Ya Allah, tiada yang mudah kecuali apa-apa yang Engkau jadikan mudah dan bila Engkau berkehendak, yang menyedihkan bisa menjadi mudah dan mnyenangkan.
Ya Allah, kami tidak memiliki suatu ilmu kecuali apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Ya Allah yang mengajari Ibrahim, berikanlah ilmu kepada kami. Ya Allah yang mengajari Daud, ajarilah kami. Ya Allah yang memahamkan Sulaiman, berilah kami kepahaman. Ya Allah yang mengajari Adam, berilah kami ilmu. Ya Allah berilah kami kemanfaatan pada ilmu yang Engkau berikan kepada kami dan ajarkanlah kepada kami ilmu yang manfaat bagi kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Saudaraku seiman yang tercinta, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang berterima kasih kepada sesama manusia dianggap tidak bersyukur kepada Allah.” Oleh karena itu, aku bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian kepada orang-orang yang memberi andil dalam terlaksananya ceramah ini. Aku mengucapkan kepada para hadirin atas kesemangatan untuk dapat hadir di sini. Aku memohon kepada Allah seraya bertawassul dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, semoga memberi manfaat kepada kita semua pada apa-apa yang katakan dan apa-apa yang kita dengar.
Ceramah ini mencakup beberapa point, yaitu:
- Nikmat Keturunan
- Pengaruh Mengharap Pahala Beramal di Dunia dan Akhirat
- Pengaruh Aqidah Keislaman dalam Perilaku Muslim
- Pengaruh Kebaikan terhadap Muslim di Dunia dan Akhirat
- Urgensi Pendidikan
- Kaum Wanita antara Cahaya Islam dan Gelapnya Jahiliyah
- Keutamaan Mendidik Anak Wanita
- Anjuran Menyambut Anak Wanita. Dalam masalah ini ada percakapan menarik antara dua sahabat yang mulia, yaitu Mu’awyah bin Abi Sufyan dan Amr bin al ‘Ash dengan judul “Si Buah Hati”.
Ditulis oleh Hamba yang Membutuhkan Ampunan Allah
Muhammad bin Ali al Arfaj
Nikmat Keturunan
Pertama-tama kita mulai pembicaraan ini dari poin nikmatnya keturunan. Anak-anak merupakan hiasan kehidupan dunia sebagaimana difirmankan oleh Allah سبحانه و تعالي dalam Al Qur’an:
الماَلُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَياَةُ الدُّنْياَ
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS. 18: 46)
Mereka merupakan penyejuk hati dan penenang jiwa bagi para orang tua; ayah dan ibu. Oleh karena itu, di antara doa hamba-hamba Allah yang mukhlis adalah
رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْواَجِناَ وَذُرِّياَّتِناَ قُرَّةَ أَعْيُنٍ
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati (kami).” (QS. 25: 74)
Demi untuk memelihara keshalihan hamba dan kebaikan negeri; untuk mencapai kebaikan bagi mereka di dunia dan akhirat; agar anak-anak menjadi keindahan dan penyejuk pandangan mata yang menyenangkan, memberi keharuman hidup di dunia, menjadi anak-anak shalih yang istiqimah dalam agama, yang berhias dengan akhlak dan budi pekerti, juga berbahagia di dunia dan akhirat; untuk mendapat semua di atas dan segala kebaikan yang menyeluruh, Allah menyuruh kita menjaga keluarga dan memelihara anak serta menumbuhkembangkan mereka di atas nilai kebaikan, petunjuk dan segala yang mengandung ridha Allah dan Rasul-Nya. Allah menyuruh kita menjaga mereka dari segala yang akan merusak mereka dan menyebabkan Allah dan Rasul-Nya murka. Allah memerintahkan hal itu dengan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ ناَراً وَقُوْدُهاَ النَّاسُ وَالْحِجاَرَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bagan bakarnya adalah manusia dan batu..” (QS. 66: 6)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
"كُلُّكُمْ راَعٍ وكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالرَّجُلُ راَعٍ فِيْ أَهْلِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهٍ، وَالْمَرْأَةُ راَعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهاَ وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهاَ"
“Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu bertanggung jawab atas bawahannya. Seorang laki-laki menjadi pemimpin di rumahnya dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Seorang wanita (istri) harus menjaga rumah suaminya dan bertanggung jawab atas segala yang ada di dalamnya.” Dalam riwayat Imam Muslim dikatakan, “Wanita pemelihara rumah suama dan anak-anaknya. Ia bertanggung jawab atas mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tarbiyah yang baik yang diperintahkan oleh Allah untuk kita terapkan dalam membina keluarga menyimpan banyak keberkahan dan manfaat nyata yang kebaikannya kembali kepada anak-anak, keluarga dan semua masyarakat; baik di dunia maupun di akhirat. Pengaruhnya yang baik di dunia untuk kesalehan dan kemaslahatan hamba serta kemakmuran negeri sudah jelas. Sementara kebaikan yang akan didapat di akhirat terletak pada akan terabadikannya kebaikan yang mengalir pada catatan amal orang tua sebagai pendidik. Kebaikan mereka akan terus bertambah dengan hasil tarbiyah tersebut. Dengan melakukan tarbiyah, mereka akan meningkat derajatnya di sisi Allah سبحانه و تعالي Kemudian, manfaat yang disebutkan tadi akan saling take and give dalam memberi manfaat antara bapak, Ibu dan nenek moyang dengan anak-cucu-keturunan. Maksudnya, orang tua (bapak dan ibu) mendapat manfaat dari perbuatan baik anak-anak mereka. Demikian pula anak, cucu dan keturunan akan mendapat manfaat dari kesalehan orang tua.
Tentang manfaat orang tua terhadap anak-cucu ditegaskan oleh Alah سبحانه و تعالي dalam firman-Nya:
وَكاَنَ أَبُوْهُماَ صاَلِحاً
“Dan ayah mereka berdua adalah orang shalih.” (QS. 18: 82)
Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang dapat menjaga keturunannya di dunia berkat ketekunan ibadahnya dengan penjagaan Allah سبحانه و تعالي terhadap mereka, dan di akhirat nanti dengan peningkatan derajat di surga. Untuk kesejukan pandangan mata seseorang dengan keberadaan mereka dan sebagai penghargaan terhadap para orang tua yang shalih, Allah akan mengumpulkan para orang tua dan anak-anak mereka di tempat penuh rahmat dan negeri kemuliaan, yaitu surga, sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيْمَانٍ أَلْحَقْناَ بِهِمْ ذُرَّيَّتَهُمْ وَماَ أَلَتْناَهُمْ مِنْ عَمَلَهُمْ مِنْ شَيْءٍ
“Dan orang-orang yang beriman beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka.” (QS. 52: 21)
Tentang manfaat anak keturunan bagi orang tua, telah diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
"إذاَ ماَتَ الإنْساَنُ انْقََطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جاَرِيَةٍ اَوْ عَلْمٍ نُنْتَفُ بِهِ أوْ وَلَدٍ صاَلِحٍ يَدْعُوْ لَهُ"
“Apabila seorang manusia meninggal dunia maka nilai pahala dari seluruh amalnya terputus, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anah shalih yang mendo’akan.” (HR. Muslim)
Tentang saling memeberi manfaat antara anak dan orang tua difirmankan oleh Allah سبحانه و تعالي dalam al Qur’an:
وَالَّذِيْنَ صَبَرُوْا ابْتِغاَءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقاَمُوْا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقَوْا مِماَّ رَزَقْناَهُمْ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً وَيَدْرَؤُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبىَ الدَّارِ جَناَّتُ عَدْنٍ يَدْخُلُوْنَهاَ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آباَئِهِمْ وَأَزْواَجِهِمْ وَذُرِّياَّتِهِمْ وَالْمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ باَبٍ، سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِماَ صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبىَ الداَّرِ
“Dan orang-orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian harta yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangnan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu surga-surga 'Adn. Mereka masuk ke dalamnya beserta orang-orang saleh dari nenek moyngnya, pasangan-pasangannya, dan anak sucunya. Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (simbul mengucapkan) "Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu." Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.”
Dalam ayat ini terkandung kabar gembira yang akan menambahkan kesenangan dan kebahagiaan bagi orang yang taat kepada orang tua. Karena, apabila Allah سبحانه و تعالي memberi kabar gembira kepada seorang muslim mukallaf bahwa ketika ia masuk surga, semua keluarganya akan hadir bersamanya maka akan semakin besar kesenangannya dan bertambah kebahagiaanya.
Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam pendidikan dan memberi kebaikan kepada mereka. Sebaliknya Islam memberi kesamaan dan keadilan dalam memberi pahala besar terhadap mereka.
Oleh karena pentingnya keturunan yang saleh bagi orang tua; ayah dan ibu maka hal itu menjadi keinginan dan permohonan para nabi, sebagaimana permohonan Nabi Ibrahim عليه السلام dengan ungkapannya:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصاَّلِحِيْنَ
“Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (serang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” (QS. 37: 100)
Demikian pula Nabi Zakaria عليه السلام memohon kepada dengan ungkapannya:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعاَءِ
“Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau maha mendengar do'a.” (QS. 3: 38)
Semua nabi dan selain mereka yang disebutkan dalam al Qur’an memohon kepada Allah agar anak cucu mereka dijadikan keturunan yang baik dan shalih.
Berdo’a merupakan sebab yang paling penting dan besar manfaatnya. Orang yang dimudahkan untuk berdo’a maka sesungguhnya telah dibuka pintu kebaikan yang besar baginya. Allah tidak akan menolak orang-orang memohon kepada-Nya. Dalam hal ini, Umar berkata: “Sungguh aku tidak memikirkan dikabulkannya do’a. Akan tetapi, yang menjadi perhatianku adalah pentingnya berdo’a.” Maksudnya, apabila Allah memberi taufiq kepadaku untuk berdo’a maka aku yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’aku.
Ungkapan di atas termasuk masalah percaya kepada Allah, tentram dengan jaminanNya dan berbaik sangka kepadaNya, sebagaimana Rasulullah صلي الله عليه وسلم menyuruh kita untuk berbaik sangka kepada Allah dalam sabdanya:
"لاَ يَمُوْتَنَّ أحَدُكُمْ إلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ باللهِ"
“Seseorang di antara kamu tidak boleh mati kecuali bersikap baik sangka kepada Allah” (HR. Muslim)
Mengharap dapat pahala dari Allah dan Pengaruhnya di dunia dan akhirat
Seorang muslim hendaknya menghadirkan niat yang baik dalam mendidik putra-putrinya. demikian pula ketika melaksanakan amal-amal yang lain, dan mengharapkan pahala dari Allah. Al Kafawi berkata: “Makna ihtisab adalah mencari pahala dari Allah. Oleh karena itu, sabar atas bencana yang menimpa merupakan penenang jiwa orang yang mengharap pahala dari Allah sehingga tidak membenci musibah yang menimpanya, melainkan ia mencari pahala dari Allah ketika bersabar atas musibah tersebut.”
Ibnul Atsir berkata: “Makna ihtisab dalam melaksanakan amal shalih dan ketika menghadapi hal-hal yang tidak disukai adalah sikap bersegera mencari dan mendapatkan nilai pahala dengan cara berpasrah diri dan sabar, atau dengan menggunakan bermacam cara untuk mendapatkan kebaikan dan melakukannya sesuai cara yang diajarkan dengan harapan mendapatkan pahala.”
Oleh karena itu, kawan-kawan tercinta, ihtisab terbagi tiga macam:
Mencari pahala dari Allah dengan bersabar atas segala masalah yang tidak disukai, seperi kehilangan anak yang sudah tumbuh besar.
Mengharap pahala dari Allah سبحانه و تعالي . ketika melakukan amal saleh, seperti berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah. Demikian pula seluruh amal-amal taat kepada Allah, sebagaiman hadits yang disabdakan oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم
"مَنْ صاَمَ رَمَضاَنَ إِيْماَناً وَاحْتِساَباً غُفِرَ لَهُ ماَ تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ"
“Barangsiap yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan menharap pahala dari Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ihtisab kepada Allah sebagai penolong bagi hamba ketika dihadapkan dengan macam-macam cobaan, seperti terhalang dari tujuan, mendapatkan sesuatu yang menakutkan atau terjadinya yang membahayakan. Jadi, arti Ihtisab adalah merasa cukup dengan Allah sebagai penolong dan rela dengan pembagianNya, sedikit ataupun banyak.
Banyak faidah dan manfaat dari sikap ihtisab, di antaranya:
Ihtisab dalam melakukan ibadah akan menjadikannya murni dan ikhlah hanya untuk Allah yang tidak ada balasannya selain surga.
Ihtisab dalam menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan akan menolak rasa sedih dan menyesal. Sebaliknya hal itu akan menarik rasa riang dan senang serta mengubah yang diduga malapetaka oleh orang menjadi suatu nikmat.
Pengaruh Aqidah Islamiyah Terhadap Perilaku Muslim
Selama 13 tahun di Mekah, Nabi Muhammad صلي الله عليه وسلم. menyeru umat manusia kepada tauhid dan mengesakan Allah. Ketika sinar iman masuk ke dalam lubuk hati, mereka tunduk, patuh dan menyerah untuk menerima perintah-perintah Allah serta mengangkat al Qur’an dan Sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم. menjadi hakim yang memutuskan hukum dalam segala urusan, sebagaimana difirmankan Allah سبحانه و تعالي .:
وَماَ كاَنَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَمْراً أنْ يَكُوْنَ لَهُمْ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهُ وَرَسُوْلُهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُبِيْنا ً
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki ynag mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasu-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. 33: 36)
Di antara aqidah seseorang itu benar demgan jelas, ia akan bersikap sabar atas takdir dan ketetapan-ketetapan Allah dan tidak merasa benci (dengan yang tidak disukainya). Tergantung atas kuat atau lemahnya iman seseorang, terjadi perasaan ridha atau kesal terhadap takdir. Hal ini tampak jelas dalam hadits yang diriwayatkan oleh Shuhaib dari Nabi صلي الله عليه وسلم bahwa beliau bersabda:
"عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ، إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذاَكَ لأَحَدٍ إلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إنْ أصاَبَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكاَنَ خَيْراً لَهُ، وَإنْ أصاَبَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكاَنَ خَيْراً لَهُ"
“Aku kagum terhadap urusan orang mukmin karena seluruh urusan baginya baik. Hal ini tidak akan terjadi kecuali pada orang mukmin. Jika ia mendapat kebaikan, ia bersyukur. Hal itu baik baginya. Dan jika ia terkena bahaya, ia sabar. Hal itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Anas ra. dari Nabi صلي الله عليه وسلم, beliau bersada:
"إِنَّ عِظَمَ الجَزاَءِ مَعَ عِظَمَ الْبَلاَءِ، وَإنَّ اللهَ إِذاَ أحَبَّ قَوْماً ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِِِيَ فَلَهُ الرِّضاَ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ"
“Sesungguhnya besarnya balasan bergantung kepada besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa merasa rela, ia akan mendapatkan ridha Allah dan barangsiapa yang merasa kesal maka akan mendapatkan murka Allah.” (HR. Tirmidzi)
Dilarang merasa tidak senang ketika mendapat anak wanita karena hal itu merupakan perbuatan jahiliyah. Allah سبحانه و تعالي . berfirman:
للهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشاَءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشاَءُ إِناَثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِناَثاً وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْماً إِنَّهُ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ
“Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang yang Dia kehendaki, atau Dia menganugrahi jenis laki-laki dan peremuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. 42: 49 – 50)
Imam Ibnul- Qoyyim menyatakan dalam kitab Tuhfatul Wadud: “Allah سبحانه و تعالي . membagi keadaan suami istri menjadi empat bagian yang pembagian itu berlaku untuk semua alam dan Allah mengkhabarkan bahwa apabila ditakdirkan mendapat anak bagi keduanya (suami dan istri) maka pasti diberikannya. Cukup bagi seorang hamba terancam mendapat murka Allah jika ia membenci pemberian dari Allah.”
Allah سبحانه و تعالي memulai penyebutan dengan anak wanita dalam firman-Nya (يهب لمن يشاء إناثا) untuk menjaga perasaan hati mereka karena kedua orang tua (pada masa itu) merasa keberatan dengan mendapatkan anak perempuan.
Ada yang mengatakan, didahulukannya anak perempuan dalam penyebutan tersebut karena ini dalam konteks bahwa hanya Allah yang aktif untuk melakukan apa yang Dia kehendaki; tidak yang dikehendaki kedua orang tua karena mereka umumnya hanya menghendaki anak laki-laki. Allah سبحانه و تعالي memberitahukan kepada kita bahwa Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya. Oleh karena itu, Allah memulai dengan menyebutkan jenis perempuan yang dikehendakiNya; apakah kedua orang tua setuju atau tidak.
Diriwayatkan dari Tsauban, ia berkata: Ketika aku berdiri di sisi Rasulullah صلي الله عليه وسلم kemudian datang seorang alim dari Yahudi. Pendeta Yahudi tersebut bekata: Aku datang untuk menanyakan tentang anak? Rasulullah صلي الله عليه وسلم menjawab:
“Air sperma laki-laki berwarna putih. Sementara ovum (cairan) dari wanita berwarna kekuning-kuningan. Apabila keduanya bertemu kemudian sperma laki-laki mengalahkan atau mendominasi ovum wanita maka akan menjadi anak laki-laki. Sebaliknya, apabila ovum perempuan mengatasi sperma laki-laki maka akan menjadi anak perempuan dengan izin Allah.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa segala urusan berjalan sesuai kadar dan ukuran yang ditentukan (oleh Allah) dan tidak dapat ditentang oleh siapa pun juga.
Allah سبحانه و تعالي mengingkari kaum jahiliyah atas ketidak senangan mereka terhadap lahirnya anak perempuan. Allah سبحانه و تعالي . berfirman:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ، يَتَوَارَى مِنَ الْقََوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلىَ هُوْنٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلاَ سَاءَ ماَ يَحْكُمُوْنَ
“Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingantlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.” (QS. 16: 58 – 59)
Cukup dianggap buruk dan tercela perasaan kesal dengan kelahiran anak perempuan karena si pelaku tidak menyukai apa-apa yang diberikan oleh Allah سبحانه و تعالي . Padahal para nabi yang menjadi panutan umat saja menjadi bapak dan orang tua dari anak-anak perempuan. Nabi kita Muhammad صلي الله عليه وسلم adalah ayah Fathimah, Zainab, Ruqoyyah dan Ummu Kultsum.
Pengaruh Kebaikan Terhadap Orang Muslim di Dunia dan Akhirat
Saudaraku, betapa kita sangat membutuhkan kebaikan untuk menigkatkan derajat dan mendapatkan pengampunan dosa-dosa. Kebaikan itu sangat banyak macamnya; ada dalam ibadah, dalam mu’amalah, dalam akhlak dan kesopanan dan lain sebagainya. Mengusahakan dan mengamalkan kebaikan tersebut telah dijadikan oleh Allah سبحانه و تعالي sebagai cara dan jalan yang sampai kepada (keridhaan) Allah dan ke negeri akhirat. Ini merupakan karunia dari Allah.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنه bahwa beliau berkata: “Sesungguhnya kebaikan itu menyebabkan cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan di badan, penambahan rejeki dan kecintaan di dalam hati orang lain. Sementara keburukan menyebabkan hitam di wajah, kegelapan di hati, kelemahan pada tubuh, pengurangan rejeki dan kebencian di hati orang lain.”
(Lihat: Madarikussalikin, 1/424; Raudhatul Muhibbin 1/441. keduanya karangan Ibnul-Qoyyim)
Hal ini dapat ditangkap oleh orang yang memiliki ketajaman mata hati dan dapat disaksikan dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Terutama bagi orang yang hatinya jernih, yang memiliki sensitifitas dan keimanan. Adapun orang kafir, jahat dan orang munafiq maka ia tidak akan merasakan hal ini sedikit pun. Sesuatu ketidakenakan apa saja yang didapatkan seorang hamba adalah disebabkan dosa yang diperbuatnya. Padahal (dosa-dosa) yang diampuni Allah سبحانه و تعالي lebih banyak, sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالي .
وَماَ أَصاَبَكُمْ مِنْ مُصَيْبَةٍ فَبِماَ كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْ عَنْ كَثيْرٍ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. 42: 30)
Urgensi Mendidik Anak-Anak
Untuk mewujudkan generasi yang baik diperlukan pendidik yang mukhlis dan murni niatnya karena Allah سبحانه و تعالي . dan hanya mengharap keridhaan-Nya disamping mampu menghadirkan contoh yang patut ditiru dalam segala hal kebaikan karena orang yang tidak memiliki sesuatu tidak dapat memberikan apa-apa.
Amer bin Utbah berwasiat kepada orang yang mendidik anaknya, “Wahai Abu Abd. Shamad, yang pertama harus Anda lakukan dalam memperbaiki anak-anakku adalah perbaikan dirimu sendiri karena mata mereka jeli dengan keberadaan dirimu. Kebaikan menurut mereka adalah apa yang Anda lakukan dan keburukan menurut mereka adalah apa yang Anda tinggalkan.”
Kaum Perempuan Antara Cahaya Islam dan Kegelapan Jahiliyah
Dahulu di zaman jahiliyah, masyarakat lebih mencintai anak laki-laki dan mendahulukannya daripada anak perempuan. Bahkan di antara mereka ada yang membenci dan menjauhi istrinya karena melahirkan anak perempuan, bukan anak laki-laki. Demikianlah, yang disukai oleh mereka adalah kehamilan anak laki-laki karena mereka orang-orang yang senang perang. Oleh karena itu, kesenangan mereka terhadap anak laki-laki tersebut lahir dari tabiat kehidupan mereka.
Kemudian, datanglah Islam dengan sinarnya yang cemerlang bagai matahari yang menyinari seluruh peloksok negeri dan semua penghuninya. (Setelah lama umat manusia membenci anak perempuan kaum jahiliyah) tiba-tiba Islam menyeru dengan lantang dengan keutamaan mendidik anak perempuan. Islam menawarkan banyak kebaikan dan pahala yang besar atas mendidik anak perempuan bagi orang melaksanakan tugas mulia ini.
Lebih dari itu, sebagian orang Arab dahulu karena kedunguan dan kebodohan mereka terhadap sifat-sifat Tuhan, mereka menguburkan hidup-hidup anak perempuan ke dalam tanah. Sebaliknya dari itu, Islam telah menjadikan berbuat ihsan terhadap anak perempuan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah) yang akan mengantarkan seorang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, kepada kebahagiaan di akhirat dan terbebas dari neraka. Oleh karena itu, tidak seyogyanya membeda-bedakan perlakuan antara anak laki-laki dan anak perempuan karena kedua-duanya merupakan anugerah dari Allah سبحانه و تعالي .
Prinsip lebih mencintai anak laki-laki ketimbang anak perempuan ini merupakan kegelapan jahiliyah. Yang sangat disayangkan adalah bahwa hal ini masih ada pengaruhnya hingga sekarang, dimana masalah ini di sebagian masyarakat, menguat, tapi di sebagian masyarakat lain melemah. Hal ini kembali kepada kuat atau lemahnya keimanan kepada Allah سبحانه و تعالي.
Keutamaan Mendidik Anak Perempuan dengan Kesabaran
Di antara anak-anak perempuan banyak yang muslimah, mukminah, ahli ibadah, jujur, sabar, khusyu', tekun shalat dan puasa, banyak bersedekah dan banyak bedzikir. Bahkan kita dapat saksikan di zaman kita sekarang banyak dari anak-naka perempuan kita –segala puji bagi Allah– sudah banyak perhatian kepada zikir, ibadah dan berinfak di jalan Allah سبحانه و تعالي . Kita dapatkan adanya perlombaan di markas-markas liburan musim panas yang banyak diikiti oleh kaum putri. Ketika mereka diseru untuk berinfak, kita banyak mendapatkan mereka bersedekah dengan perhiasan mereka. Hal ini mengingatkan kita pada tindakan shahabiyat atau para wanita di zaman Rasulullah صلي الله عليه وسلم. Kenikmatan seperti itu hendaknya tetap dilestarikan, sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi صلي الله عليه وسلم. dalam sabdanya:
"لاَ يَزاَلُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ قاَئِمَةً عَلىَ الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خاَلَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أمْرُ اللهِ"
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegak di atas kebenaran dan senantiasa ditolong. Mereka tidak akan mundur oleh celaan orang yang mencela dan menentang hingga pertolongan Allah datang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Para anak perempuan itu merupakan buah hati dan penenang jiwa para orang tua di kala masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Sebagaimana mereka adalah karunia dari Allah سبحانه و تعالي . kepada hambaNya yang dikehendaki, bukankah mereka juga adalah (manusia) sebagai ibu, saudari atau istri? Kalau sudah jelas seperti ini, siapa lagi yang akan membenci dan tidak mau mendidik anak perempuan?!
Sebenarnya, mendidik anak perempuan itu akan menjadi penghalang dari api neraka.
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata:
"Ada seorang wanita masuk besama dua anak perempuannya seraya meminta diberi sesuatu. Akan tetapi aku tidak mendapatkan sesuatu untuk diberikan kecuali sebutir buah kurma. Aku berikan sebutir buah kurma tersebut kepadanya. Kemudian si ibu itu membaginya kepada kedua anaknya. Sementara ia sendiri tidak makan. Kemudian mereka keluar dan pergi. Ketika Nabi صلي الله عليه وسلم datang dan masuk kepada kami, aku beritahukan kisah ini kepadanya. Kemudian beliau berkata:
"مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَناَتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إلَيْهِن كُنَّ لَهُ سِتْراً مِنَ النّاَرِ"
“Barangsiapa yang diuji dengan mendapatkan anak peremuaan kemudian ia berbuat baik kepada mereka (dengan mendidiknya) maka anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari sentuhan api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadits ini terdapat indikasi yang jelas atas ketinggian kasih sayang ibu yang tidak terhingga. Dan sabda Nabi صلي الله عليه وسلم. ini juga menunjukkan bahwa hal itu bisa dicapai dengan ujian mendapat satu anak perempuan saja.
Mendidik anak perempuan dapat mengantarkan masuk ke surga. Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata:
“Aku kedatangan seorang ibu miskin yang membawa kedua anak perempuannya. Aku berikan kepadanya tiga butir buah kurma. Kemudian ia memberikan masing-masing dari kedua anaknya satu butir kurma dan yang satu butir lagi ia ambil untuk dimakan sendiri. Akan tetapi, ketika ia akan memakannya, kedua anaknya itu memintanya. Akhirnya satu butir kurma itu dibelah dua dan diberikan kepada mereka berdua. Kejadian itu mengagumkanku. Maka, aku ceritakan hal itu kepada Nabi صلي الله عليه وسلم. Dengan demikian beliau bersabda:
"إِنَّ اللهَ قَدْ أوْجَبَ لَهاَ بِهاَ الْجَنَّةِ، أَوْ أَعْتَقَهاَ بِهاَ مِنَ الناَّرِ"
“Allah صلي الله عليه وسلم. mengharuskan ibu itu masuk surga atau membebaskannya dari neraka disebabkan kasih sayangnya terhadap anak perempuannya.” (HR. Muslim)
Kejadian ini persis dengan kejadian yang dikisahkan pada hadits yang sebelumnya. Akan tetapi, pengorbanan seorang ibu dalam kejadian di hadits ini lebih nampak dan sifat itsar (memperioritaskan orang lain atas diri)nya lebih besar dimana ia tidak makan sedikit pun dan mendahulukan kedua anaknya.
Mendidik anak perempuan dapat mengangkat derajat. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwa ia berkata: Rasulullah صلي الله عليه وسلم. telah bersabda:
"مَنْ عاَلَ جاَرِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغاَ جاَءَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ أناَ وَهَوَ"
“Barangsiapa mengurus dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa maka ia datang di hari kiamat bersamaku.” Beliau merapatkan jari-jemarinya. (HR. Muslim)
Dalam hadits ini terdapat bisyaroh (kabar kembira) yang besar bagi orang yang dikaruniai dua anak perempuan kemudian ia merawat dan mendidiknya dengan baik, dimana ia nanti di hari kiamat masuk dalam kelompok Rasulullah صلي الله عليه وسلم. dan senantiasa menyertainya sebagaimana jari telunjuk dan jari tengah akan selalu berdampingan dan dekat ketika digenggamkan. Hal ini cukup menjadi keutamaan dan kebanggaan karena orang yang berada di sisi Rasulullah صلي الله عليه وسلم. pada hari yang penuh dengan rasa bingung dan goncang hati Insya Allah akan terjamin dan aman dari kekacauan yang terjadi pada hari itu. Dalam riwayat lain dikatakan,
”مَنْ عاَلَ جاَرِيَتَيْنَ دَخَلْتُ أناَ وَهُوَ الْجَنَّةَ كَهاَتَيْنِ“
“Barangsiapa yang mengurus dua anak perempuan maka aku dan dia akan masuk surga seperti ini.” Beliau berisyarat dengan dua jarinya (telunjuk dan jari tengah). (HR. Tirmidzi)
Pengertian hadits ini adalah bahwa orang seperti itu akan termasuk assabiqunal-awwalun (yaitu orang-orang yang lebih dahulu) dalam masuki surga.
Mengenai keutamaan merawat dan mendidik satu anak perempuan saja, diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنه ia berkata, Rasulullah صلي الله عليه وسلم. bersabda:
”مَنْ كاَنَتْ لَهُ أُنْثَى فَلَمْ يَئِدْهاَ وَلَمْ يُهِنْهاَ وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهاَ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ“
“Barangsiapa mempunyai satu anak perempuan kemudian ia tidak menguburkannya hidup-hidup, tidak menghinakannya dan tidak mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan maka Allah akan memasukannya ke dalam surga.” (HR. Abu Dawud)
Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah صلي الله عليه وسلم. menerangkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang ingin masuk surga, yaitu dengan berbuat ihsan terhadap anak perempuan dengan rincian sebagai berikut:
Merawatnya hidup dan tidak menguburkannya hidup-hidup seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah.
Memuliakan, memelihara dengan baik dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang, kebanggaan dan penghormatan tanpa merendahkan ataupun menghinakan.
Tidak mengutamakan anak laki-laki ketimbang anak perempuan dalam memperlakukan mereka
Barangsiapa yang dapat merealisasikan tiga syarat di atas maka ia sangat patut untuk mendapatkan pahala tersebut di atas yaitu masuk surga.
Mendidik anak perempuan dan mentarbiyahnya akan menjadi tabir dan penghalang dari api neraka. Diriwayatkan dari Uqbah bin Nafie ia berkata, Rasulullah صلي الله عليه وسلم. bersabda,
"مَنْ كاَنَ لَهُ ثَلاَثُ بَناَتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقاَهُنَّ وَكَساَهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجاَباً مِنَ النّاَرِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ"
“Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan kemudian ia sabar atas (merawat dan mendidik) mereka serta ia memberi makan dan minum mereka dari apa-apa yang ia dapatkan maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka di hari kiamat.” (HR. Ahmad)
"مَنْ عاَلَ ابْنَتَيْنِ أوْ ثَلاَثَ بَناَتٍ أوْ أُخْتَيَنِ أوْ ثَلاَثَ أخَواَتٍ حَتَّى يَمُتْنَ أوْ يَمُوْتُ عَنْهُنَّ كُنْتُ أناَ وَهُوَ كَهاَتَيْنِ"
“Barangsiapa yang menanggung dua atau tiga anak perempuan; dua atau tiga saudara perempuan hingga mereka meninggal dunia atau ia lebih dahulu meninggal dunia maka aku dan dia seperti dua ini.” (Shahih al Jami')
Beliau berisyart dengan dua jarinya; telunjuk dan jari tengah. Dalam riwayat lain dikatakan,
“Barangsiapa yang mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan kemudian ia bertakwa kepada Allah dan menanggung keperluan mereka maka ia akan bersamaku di surga.” Beliau berisyarat dengan jari jemarinya.
Kesunahan Menyambut Kelahiran Anak Perempuan
Tatkala bisyarah (kabar gembira) menyenangkan seseorang maka disunahkan bagi seorang muslim segera menyatakan kegembiraannya terhadap saudaranya yang mendapat bisyarah tersebut. Tidak boleh dibedakan antara bisyarah dengan anak laki-laki atau dengan anak perempuan.
Shalih putra Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Bila ayahku mendapat keturunan anak perempuan, beliau berkata: Para nabi dahulu adalah bapak-bapak dari anak-anak perempuan.”
Abu Bakar bin al Mundzir mengatakan dalam kitab al Ausath, kami meriwayatkan dari al Hasan al Bashri bahwa ada seorang laki-laki datang kepadanya dan secara kebetulan di sisinya ada laki-laki lain yang telah mendapat kelahiran bayi laki-laki kemudian laki-laki yang baru datang tadi mengucapkan selamat kepadanya dengan ungkapan, (يُهَنِّئُكَ الْفاَرِسُ) artinya, “Anda disambut oleh penunggang kuda!”. Al Hasan menegurnya, “Dari mana kamu tahu, ia penunggang kuda atau himar?” Kemudian ia bertanya, “Jadi, kita harus mengatakan apa?” al Hasan Bashri menjawab, katakanlah:
” بُوْرِكَ فِي الْمَوْهُوْبِ، وَشَكَرْتَ الواَهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ “
Semoga anak yang diberikan itu diberkati. Semoga engkau bisa bersyukur kepada Allah sebagai Pemberi. Semoga anak itu sampai dewasa. Dan semoga engkau mendapat baktinya.
Seorang sastrawan berkata kepada orang yang dikaruniai anak perempuan, “Semoga Allah memberkati Anda pada anak perempuanmu yang akan dapat diambil faidah. Semoga anak itu dijadikan hiasan dan balasan baik untuk Anda atas merawatnya. Oleh karena itu, Anda jangan membenci anak-anak perempuan karena mereka adalah ibu, saudara perempuan, ataupun bibi. Di antara mereka ada yang shalihah, ahli ibadah, dan yang pandai menjaga diri ketika sendirian dengan pemeliharaan Allah.”
Kami ingin menuangkan sebuah percakapan indah antara dua sahabat Nabi yang agung, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan Amer bin al Aash. Suatu ketika Amer bin Ash masuk kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan sementara di sisi beliau ada putrinya yang bernama, Aisyah. Amer bertanya, “Siapakah anak perempuan ini, wahai Amirul mukminin?” Mu’awiyah menjawab, “Ini adalah buah hatiku.” Amer berkata, “Singkirkan dia dari Baginda!” Mu’awiyah balik bertanya, "Mengapa?” Amer menjawab, “Demi Allah, perempuan itu akan melahirkan musuh-musuh, akan mendekatkan yang jauh, dan akan menimbulkan kedengkian.” Mu’awiyah berkata, “Kamu jangan bicara seperti itu, wahai Amer! Demi Allah, tidak ada yang seperti kaum perempuan. Mereka dapat merawat orang-orang sakit, membantu meringankan kesedihan dan berbakti kepada yang masih hidup.” Amer berkata: “Aku tidak mengenal tuan kecuali tuan membuatku menyenangi mereka (kaum hawa). Ketika aku masuk kepada tuan, aku merasakan bahwa tidak ada yang aku lebih benci di atas permukaan bumi ini selain mereka. Dan sekarang aku keluar dari sisi tuan sungguh tidak ada yang aku lebih cintai daripada mereka.”
Ada kisah lain yang menarik, yaitu seorang laki-laki bernama Abu Hamzah ad-Dhabiy menikah dengan seorang wanita. Sedangkan anak-anak yang dilahirkan oleh istri tersebut perempuan semua, tidak adak yang laki-laki. Kemudian ia menikah lagi dengan wanita lain. Sementara anak-anaknya dari perempuan yang kedua ini laki-laki semua. Kemudian muncul dalam pikirannya untuk menjauhi istrinya yang hanya melahirkan anak perempuan. Dan, benar ia menjauhinya, pada suatu hari, sang istri itu berkata kepadanya (dengan syair):
Mengapa Abu Hamzah tidak mendatangi kami
Ia senantiasa tinggal di rumah dekat kami
Ia marah karena anak laki-laki tak lahir dari kami
Demi Allah, hal itu bukan di tangan kami
Kami hanya bagai ladang yang siap ditanami
Kami hanya menumbukan (benih) yang ditanam pada kami
Suatu pelajaran lain yang menarik: Seorang a’rabi (baduy) memiliki dua istri; yang satu melahirkan anak perempuan dan yang lain melahirkan anak laki-laki. Kemudian wanita yang melahirkan anak laki-laki menimang-nimang anaknya mencemooh madunya dengan melantunkan syair:
Segala puji bagi Allah yang Agung Maha Tinggi
Aku diselamatkan dari melahirkan perempuan
(Aku selamat) dari segala cemoohan seperti kantong air yang lapuk
Yang tak kan dapat menangkal gangguan menimpa keluarga
Istri yang melahirkan anak perempuan mendengar syair tersebut. Maka, ia maju menimang anaknya seraya melantunkan syair pula:
Tidak mengapa aku punya anak perempuan
Ia akan membantuku dan menjadi permata mahal
Ia kan mengambilkan kerudungku yang jatuh
Sehingga apabila ia sampai usia delapan tahun,
Aku akan memakaikannya cadar buatan Yaman
Dan kunikahkan ia dengan Marwan atau Mu’awiyah
(yaitu) Orang-orang jujur dan memberi mahar yang besar
Perawi cerita ini mengatakan, ungkapan syair tersebut didengar oleh Marwan kemudian ia menikahinya dengan mas kawin seratus ribu mitsqal emas. Ia menyatakan, “Sungguh ibu dari gadis ini sangat layak untuk tidak salah dugaanya dan tidak mengkhianati janjinya.”
Mu’awiyah berkata: “Andaikata Marwan tidak menikahinya lebih dahulu, pasti aku akan menikahinya dengan mahar yang berlipat ganda. Akan tetapi, ia tidak berhak dihalangi dari silaturrahim.” Kemudian Mu’awiyah mengirim hadiah baginya dua ratus ribu dirham.
Penyair lain yang sangat perhatian kepada anak-anak perempuan dan berat hati untuk meninggalkan mereka, berkata:
Andaikan tak ada anak perempuan bagai anak-anak burung
Yang berpindah-pidah dari suatu tempat ke tempat lain
Maka, aku akan selalu gelisah di bumi yang luas ini
Anak-anak kami selalu bersama kami meski pergi ke sana ke mari
Andaikan angin menyapu sebagian mereka (meninggal dunia)
Niscaya mataku tidak dapat dipejamkan
Di sini ada permasalahan penting, yaitu bahaya melalaikan anak perempuan, baik dalam mendidik, memberikan cinta dan kasih sayang atau kasar dalam mendidik yang akan menimbulkan pengaruh buruk. Oleh karena itu, para orang tua, baik bapak ataupun ibu, wajib memberi perhatian penuh terhadap anak-anak perempuan mereka sebagai pengamalan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم. yang berbunyi:
"كُلُّكُمْ راَعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ"
“Setipa kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimipinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal itu merupakan amanah yang dipikul oleh setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan, baik seorang ayah, ibu, saudara laki-laki ataupun saudara perempuan. Maka oleh karena itu, setiap orang mempunyai tanggung jawab sesuai kesanggupan dan kemampuannya atas melakukan tanggungjawab dan atas kedekatan kekerabatannya.
Termasuk dalam masalah ini adalah memperhatikan hijab untuk anak perempuan dengan membelikan busana muslimah yang akan memberikan keanggunan kepadanya. Dan mengenakan busana muslimah ini hendaknya menjadi adat dan kebiasaanya di setiap kondisi dan keadaan sehingga anak perempuan tersebut mantap dalam keimanannya yang dilidungi dengan rasa malu. Sangat tepat seorang penyair yang berkata:
الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إذاَ أعْدَدْتَهاَ أعْدَدْتَ شَعْباً طَيِّبَ الأَعْراَقِ
Seorang ibu bagaikan madarasah yang jika Anda mempersipakannya
maka Anda telah mempersiapkan suatu bangsa yang berakhlak baik
Anak perempuan tersebut perlu diajarkan al Qur’an dan sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم, lebih-lebih di zaman sekarang yang penuh gelombang dekadensi moral yang diarahkan oleh musuh-musuh Islam kepada kaum muslimin di setiap negeri. Bisa jadi akan lebih bahaya lagi di negeri ini (Saudi Arabia) karena merupakan benteng terakhir dari pertahanan Islam kecuali Allah سبحانه و تعالي menghendaki lain. Di negeri ini (Saudi) Alhamdulillah masih terdapat khisymah (kehormatan wanita dengan pakaiannya yang islami) dan iffah (keterpeliharaan diri) dan masih banyak masyarakat besar maupun kecil yang menjaga anak-anak perempuannya dan antusias mendidik mereka dengan buku-buku yang menfaat, kaset-kaset islami dan mengajarkan kitab suci al Qur’an dan sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم. Alhamdulillah masih kita dapat saksikan di negeri ini pada setiap saat halaqah-halaqah yang mengajarkan hapalan al Qur’an al Kariem; di setiap kota maupun kampung. Bahkan kita dapatkan –alhamdulillah– banyak kaum wanita yang hapal al Qur’an disamping banyaknya madrasah tahfizh al Qur’an untuk kaum putri di waktu pagi yang disediakan dan dilindungi oleh pimpinan urusan wanita. Ini merupakan karunia Allah سبحانه و تعالي yang diberikan kepada negeri ini dimana para pemimpinannya diberi kesungguhan untuk memperhatikan bidang-bidang yang baik ini.
Jika dapat disatukan semua usaha dan perjuangan dari orang tua anak, para penanggung jawab di pemerintahan dan para pendidik dan pembina untuk melaksanakan tugas suci ini maka dengan izin Allah سبحانه و تعالي kita akan dapat memetik buahnya yang nyaman dalam pendidikan anak-anak perempuan dan dapat mengantarkan mereka kepada kehidupan yang aman, nyaman dan tentram serta menyelamatkan mereka dari pengaruh parabola dan internet yang kebanyakannya membahayakan meskipun ada kebaikannya.
Oleh karena itu, setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, hendaknya paham dan menyadari adanya bahaya yang mengintai di sekelilingnya sehingga ia akan membentengi keimanan anak-anak, keluarga dan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebagai pengamalan firman Allah سبحانه و تعالي . sebagai berikut:
ياَ أَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ ناَراً وَقُوْدُهاَ النَّاسُ وَالْحِجاَرَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. 66: 6)
Kalau kita melaksanakan hal ini maka dengan izin Allah kita akan dapat membentengi anak-anak kita dengan benteng keamanan, keimanan dan kekuatan ilmu dan pengetahuan yang punya pengaruh besar untuk kesalehan anak-anak kita. Generasi akhir umat ini (seperti kita) tidak akan menjadi baik kecuali dengan sarana perbaikan yang digunakan oleh generasi awalnya (salafush shalih), yaitu menaruh perhatian besar kepada kitab Allah, al Qur’anul-Kariem, dengan rutin membacanya, mentadabburi maknanya dan mempelajari kandungannya. Demikian pula penuh perhatian dengan sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم. sebagai implementasi sabdanya:
"تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ ماَ إنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِماَ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدِيْ أبَداً"
“Aku tinggalkan pada kalian dua pusaka yang kalian tidak akan tersesat sepeninggalku untuk selamanya jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, yaitu: kitab Allah, al Qur’an dan sunnahku.” (HR. Al Hakim dan dishahihkan oleh al Albani)
Apabila kita mengamalkan hal ini maka dengan izin Allah kita akan mampu menguasai situasi dan kondisi masa kini dan mengembalikan tipu daya musuh kepada tengkuk leher mereka. Lebih dari itu, Nabi kita Muhammad صلي الله عليه وسلم. memberi kabar gembira kepada kita dengan sabdanya:
” لاَ تَزاَلُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ عَلىَ الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خاَلَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيْ أَمْرُ اللهِ “
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang ditolong dalam menegakkan kebenaran. Mereka tidak akan goyah karena adanya orang yang menghinakan atau orang yang menentang hingga datang peputusan dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, Anda semua; baik orang tua ataupun saudara dan saudari hendaknya takut kepada Allah سبحانه و تعالي . Kita harus punya perhatian penuh terhadap anak-anak perempuan; jangan sampai menyia-nyiakan mereka. Kita jangan memberikan kesempatan kepada setan masuk untuk merusak mereka. Kita harus pandai menggunakan alat-alat modern ini, baik prangkat telphon ataupun internet, dalam hal-hal yang bermanfaat dengan menjaga dan mengawasi mereka secara ketat, dengan kejujuran, keikhlasan dan penuh perhatian. Kalau kita sudah dapat melaksanakan hal ini maka akan mampu mengkanter tipu daya musuh Islam.
Alat-alat hasil teknologi modern ini kita gunakan dalam hal-hal yang bermanfaat bagi kita; dalam urusan agama ataupun urusan dunia. Dengan alat tersebut kita dapat menghemat waktu dan menghimpun ilmu pengetahuan, tetapi dengan syarat yang ketat. Hati-hatilah dan berilah perhatian penuh dengan pengawasan yang ketat terhadap anak-anak perempuan. Bersihkan rumah kita dari alat-alat permainan yang mudaratnya lebih besar ketimbang manfaatnya. Apabila hal ini berhasil kita tegakkan maka dengan izin Allah kita akan menjadi para anggota pemelihara dan penjaga gawang bagi diri kita sendiri, bagi keluarga, masyarakat dan negara kita yang semoga Allah menjaganya dengan tegaknya Islam dan memberi kemudahan untuk menjalankan segala yang maslahat bagi Islam dan kaum muslimin.
Saudara-saudaraku, kalau kita betul-betul menjaga dan memelihara anak-anak perempuan maka kita akan memetik buahnya di dunia dengan kebaikan dan bakti mereka terhadap kita dan dengan mendapat anak cucu yang shalih dan shalihah. Adapun keuntungan di akhirat maka hal itu tidak diragukan lagi. Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah bersabda:
"إذا ماَتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جاَرِيَةٍ، أوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أوْ وَلَدٍ صاَلِحٍ يَدْعُوْ لَهُ"
“Apabila seorang manusia mati maka segala amalannya akan terputus kecuali tiga perkara, yaitu: pertama, shadakoh jariah, kedua, ilmu yang bermanfaat, ketiga, anak shalih yang mendo’akan.” (HR. Muslim)
Ini merupakan kabar gembira yang ada dalam hadits Rasulullah صلي الله عليه وسلم. bagi para bapak dan para ibu, bahkan para pendidik, para guru dan para pembina akhlak. Syekh Abd. Rahman as-Sa’diy dalam mengomentari ungkapan Rasul صلي الله عليه وسلم. “anak shalih yang mendo’akan” bekata: “Seluruh pengaruh amal yang sampai kepada seorang hamba ada tiga perkara: Pertama, hal-hal yang diamalkan oleh orang lain, tapi hasil didikan dan pengarahan dari dia. Kedua, segala yang diambil manfaat oleh orang lain; manfaat apa saja, seperti mengikuti kebaikan yang pernah dilakukannya. Ketiga, hal-hal yang diamalkan oleh orang lain kemudian dihadiahkan atau dimohonkan kepada Allah agar pahalanya disampaikan kepadanya, termasuk sedekah yang diatasnamakan dia dan do’a yang dikirimkan kepadanya. Semua ini bisa saja dilakukan oleh anak-anaknya sendiri, anak-anak didiknya, sanak saudara atau para sahabat; bahkan setiap kaum muslimin sesuai dengan kedekatannya dengan agama."
Oleh karena itu, bahagia bagi Anda yang mengajarkan kebaikan kepada umat dan bahagia juga bagi para guru dan para pembimbing masyarakat, yaitu dengan akan meraih kebaikan dan pahala yang mengalir sepanjang ilmu yang diajarkan itu terus diamalkan dan berantai kepada yang mengajarkan seterusnya. Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
"إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِ النّاَسِ الْخَيْرَ"
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada umat manusia.” (HR. Tirmidzi)
Demikian pula patut disampaikan selamat kepada para pengajar tahfizh al Qur’an; baik perlajar putera maupun pelajar puteri, yaitu dengan mendapatkan kebaikan yang disabdakan oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم.
"خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ"
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu semua, apabila seluruh usaha dari semua pihak; orang tua, para penanggung jawab pendidikan, masyarakat dan sistem pengajaran, dikerahkan menjadi satu maka insya Allah kita akan mampu menghadang tipu daya musuh-musuh Islam dan dengan izin Allah kita akan dapat memperbaiki bangsa dan negara dalam urusan dunia dan agama.
Aku memohon kepada Allah سبحانه و تعالي . dengan nama dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, semoga Allah memperbaiki anak-anak perempuan dan keturunan kita, memberi kejelian mengetahui titik-titik kelemahan diri, memberi petunjuk ke jalan-Nya, dan memperbaiki para pemimpin dan yang mengatur urusan kita. Semoga Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk melakukan segala yang membawa kebaikan bangsa dan negara. Semoga Allah mengaruniai mereka dan kita semua dengan mendapatkan kawan dan pendukung yang baik. Semoga Allah memberi aku keikhlasan dalam berkata dan berbuat beserta ketabahan untuk itu. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang mengurusi semua dan maha mampu untuk itu. Terakhir ucapan dalam do’a kami al hamdu lillahi rabbil-‘alamin. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya semua.
Aku memohon kepada Allah; semoga kita diberi manfaat dalam apa-apa yang kita ketahui dan mengajarkan kita apa-apa yang bermanfaat bagi kita. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya semua.
Ditulis oleh hamba yang sangat butuh ampunan Rabbnya
Muhammad bin Ali al Arfaj
***
Abu Muhammad Herman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar