Rasulullah berkata: "Barangsiapa memaafkan kesalahan orang lain, niscaya Allah memaafkan kesalahan-kesalahannya".
Orang-orang yang berjalan menuju kedekatan kepada Allah Ta'ala (salik, darwis, murid atau sufi), akan semakin menyadari bahwa banyak sekali dosa dan kesalahan yang mereka lakukan.
Mereka akan merasakan bahwa dari hari ke hari kehidupannya yang mereka lakukan adalah menumpuk dosa dan jauh dari pahala. Ya, karena semakin halus hati mereka, semakin dapat mereka melihat hal-hal yang halus yang sebelumnya tidak terlihat. Semakin jernih hati mereka, semakin dapat mereka membedakan kebenaran dan kesalahan, dan semakin terbuka hati mereka maka semakin terbuka perkara-perkara agama, bukan hanya kulitnya saja.
Mereka demikian menyadari apa yang dikatakan dalam Al Quran: "wa intubdu ma fi anfusikum aw tukhfu huyuhasibkum bihillah" yang artinya 'dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam dirimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan atasnya'.
Mereka juga demikian sadar akan kata-kata Rasulullah: "jika ada dua orang manusia menghunus pedang, yang membunuh dan yang terbunuh masuk neraka". Ketika ditanya kenapa yang terbunuh masuk neraka, Rasulullah menjawab: "karena ia juga berniat membunuh".
Para salikin (para pejalan: Salik, Sufi, Darwis, Murid) sangat mengimani bahwa niat kotor dan pikiran yang jelek mereka sudah diperhitungkan oleh Allah Swt. Memang kita tidak pernah mencelakai orang lain, namun betapa sering kita berpikir mencelakakan orang. Kita memang tidak pernah berzina tetapi betapa pikiran kita tidak jarang menzina. Kita memang tidak pernah membunuh, tetapi tidak terhitung kita berpikir orang lain binasa oleh tangan kita. Sebagaimana orang yang menghunus pedang ingin membunuh, maka tentulah niat dan pikiran buruk kita sudah diperhitungkan kita melakukan sebagaimana niat kita tersebut.
Jika diperhatikan hal-hal tersebut, maka akan sadarlah kita bahwa hari-hari kita hanya diisi dengan menumpuk dosa demi dosa.
Bahkan ibadah-ibadah yang kita lakukan untuk mengimbangi dosa-dosa kita, seperti shalat, puasa, dzikir, sedekah kita, tidak jarang malah semakin mengundang murka Allah, karena kita lakukan dengan selipan niat mendapat pujian atau seminimalnya dukungan dari manusia.
Di sisi lain hidup kita, selalu kita penuhi dengan keluhan. Keluhan ini dan itu telah menjadi pakaian kita. Padahal keluhan-keluhan tersebut adalah merupakan bentuk ketidaksukaan kita atas pemberian Allah. Dan sebuah pemberian Allah sesunnguhnya hadir sudah dengan latar belakang Dia yang Maha Ilmu, Dia yang Maha Adil, Dia yang Maha Pengasih. Betapa sering keluhan-keluhan kita itu telah mengundang kemurkaan Dia?
Duhai betapa kita sungguh-sungguh telah terkubur dalam dosa dan entah bagaimana cara keluar darinya kalau tidak ditolong Allah?
Duhai Tuhanku, kalau bukan karena rahmatMu niscaya tidak akan pernah diriku bersih selama-lamanya. Duhai Yang Maha Pengasih, jika bukan karena rahmat dan pertolonganMu niscaya kami termasuk orang2 yang merugi. Irhamna Ya Rabb
Ketahuilah bahwa Allah memberikan cara mudah agar kita dapat keluar dari dosa dan kesalahan kita. Ia memberikan jalan sederhana untuk mengundang hadir rahmat-Nya.
Maafkanlah kesalahan orang lain kepadamu, niscaya Allah memaafkan kesalahanmu padaNya. Inilah jalan itu.
Gembiralah ketika ada orang lain menyakitimu. Bersyukurlah ketika ada keluarga, tetangga, teman kantor, atau bahkan saudara seperjalananmu mendzalimimu. Karena sesungguhnya itu adalah jalan yang diberikan Allah, untuk mengampuni seluruh dosa-dosamu.
____________
Sumber : Imam Suhadi
Gemuruh Tasbih Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar