Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ,
Sahabat yang dimuliakan Allah ..
Marilah kita renungkan bunyi QS At Takatsur dibawah ini :
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (3) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, (6) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. (7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (8).” (QS. At Takatsur: 1-8)
Ibnu Katsir berkata, “Kecintaan terhadap dunia, kenikmatan dan perhiasannya telah melalaikan kalian dari mencari akhirat. Hal itu pun berlanjut dan baru berhenti ketika datang maut dan ketika berada di alam kubur saat kalian menjadi penghuni alam tersebut.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)
Harta dan Kebanggaan akan Sirna
Dari Qotadah, dari Muthorrif, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” (sungguh berbangga-bangga telah melalaikan kalian dari ketaatan), lantas beliau bersabda,
“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim)
Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang akan mengiringi mayit (hingga ke kubur) ada tiga. Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” (HR. Bukhari - Muslim )
Al Hafizh Ibnu ‘Asakir , bahwasanya beliau melihat dirham di genggaman tangan seseorang. Lantas Al Ahnaf bertanya, “Dirham ini milik siapa?” “Milik saya”, jawabnya. Al Ahnaf berkata, “Harta tersebut jadi milikmu jika engkau menginfakkannya untuk mengharap pahala atau dalam rangka bersyukur.” Kemudian Al Ahnaf berkata seperti perkataan penyair,
Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut,.. Namun jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah jadi milikmu.
Kenapa dikatakan harta yang disedekahkan atau disalurkan sebagai nafkah itulah yang jadi milik kita? Jawabnya, karena harta seperti inilah yang akan kita nikmati sebagai pahala di akhirat kelak. Sedangkan harta yang kita gunakan selain tujuan itu, hanyalah akan sirna dan tidak bermanfaat di akhirat kelak.
Sekali-kali Pandanglah Orang di Bawah kita
Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya):
(1) Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka,
(2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. ...” (HR. Ahmad)
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim)
Harta hanyalah titipan .. Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta yang kekal milik kita kelak sesungguhnya adalah jika digunakan dalam kebaikan.
Seharusnya yang kita banggakan adalah bagaimana keimanan kita, bagaimana ketakwaan kita di sisi Allah, bagaimana kita bisa amanat dalam menggunakan harta titipan ilahi.
Allah Ta'ala berfirman :
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7).
“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar yaitu SURGA.”
Berlomba-lombalah dalam Kebaikan dan Takwa
Allah Ta'ala pun menjanjikan derajat tinggi di surga , bagi mereka yang senang dan ikhlas mendermakan harta mereka untuk kemaslahatan umat , berjihad harta untuk syiar-syiar Allah ( berinfaq untuk jalannya dakwah, membangun prasarana tempat ibadah, prasarana umum, mencintai anak yatim dan fakir miskin ) semata-mata karena kecintaan kepada Allah Ta'ala .
“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Sesungguhnya kepada Allah-lah tempat kalian semua kembali.” (QS. Al Ma’idah: 48)
Al Hasan Al Bashri mengatakan,
“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dalam masalah akhirat.”
karena sesungguhnya bagian mereka adalah untuk dunia (orang-orang kafir disegerakan kebaikannya di dunia saja, dan di akhirat tidak tersisa), sedangkan untukmu (orang-orang muslim) adalah di akhirat ( Allah akan berikan nikmat rezeki di dunia dan disempurnakan nikmat Allah kelak di akhirat bagi yang beriman)
Menuntut ilmu, Mencari rezeki dan karunia Allah adalah diwajibkan bagi seluruh muslim , karena Muslim yang kuat lebih Allah sukai daripada yang lemah.
Maka , bila sesungguhnya dunia hanyalah persinggahan sementara dalam mencari bekal .. berlomba-lombalah menjadikan nikmat-nikmat Allah ... agar sampai pada Ridha dan Cinta Allah Azza Wa Jalla ...
Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat sombong dan membanggakan diri dalam hal harta dan dunia. Karuniakanlah pada kami sifat Tawadhu' (rendah hati) dan qona’ah, selalu merasa berkecukupan.
Sesungguhnya Engkau Maha Pemelihara bagi kami di dunia dan di akhirat . Aamiin ya Robbal alamin.
Wallahu a'lam bishawab,
Barakallahufikum,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar