Ketika Rasulullah s.a.w. sedang berjalan, seorang pemuda Anshar menghampirinya. Beliau s.a.w. menyapa pemuda itu, ”Hai Haritsah, bagaimana engkau menyambut harimu?” Sang pemuda menjawab, ”Aku menyambut hariku dalam keadaan beriman kepada Allah dengan iman al-Haqq.”
”Jelaskan apa yang kau ucapkan, sebab setiap ucapan memiliki makna.”
”Wahai Rasulullah, aku menjauhkan jiwaku dari dunia. Aku menghabiskan malam dengan beribadah dan siang dengan berpuasa. aku pun melihat Arasy Tuhan tampak nyata, para penduduk surga saling mengunjungi, dan para penghuni neraka melolong minta tolong.”
”Engkau sudah tahu, kukuhkan tekadmu! Engkau adalah hamba yang Allah teangi hatinya dengan cahaya iman.”
”Ya Rasulullah, doakanlah agar aku mati syahid.”
Rasulullah s.a.w. mengabulkan permintaan ini dan berdoa agar Haritsah mati syahid. [1]
Dalam suatu peperangan, Haritsah menyerang musuh dengan gagah perkasa di atas kudanya. Ia lantas menjadi tentara berkuda pertama yang mati syahid. Ketika berita kematian Haritsah sampai kepada ibunya, sang ibu segera menemui Rasulullah s.a.w. dan berkata, ”Wahai Rasulullah, tolong beritahukan keadaan anakku! Kalau ia berada di surga, aku tak akan meratapinya, tetapi jjika tidak, aku akan menangisinya sepanjang hidupku.”
”Ibunda Haritsah,” jawab Rasulullah s.a.w., ”surga tidak satu tapi bertingkat-tingkat, dan Haritsah sekarang berada di surga tertinggi, surga Firdaus.”
Ibu Haritsah pun pulang sambil tersenyum bahagia, ”Selamat...! Selamat... Haritsah!”
________________
[1] HR ’Abd al-Jabbar ibn al-’Ala dari Yusuf ibn ’Athiyyah, dari Anas ibn Malik r.a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar