Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Salah satu peristiwa dahsyat yang bakal dialami oleh setiap orang yang telah mengucapkan ikrar syahadat Tauhid ialah keharusan menyeberangi suatu jembatan yang dibentangkan di atas kedua punggung neraka jahannam. Ia tidak saja dialami oleh ummat Islam dari kalangan ummat Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam, melainkan semua orang beriman dari ummat para Nabi sebelumnya juga wajib mengalaminya.
Peristiwa ini akan dialami oleh setiap orang beriman, baik mereka yang imannya sejati maupun yang berbuat banyak maksiat termasuk kaum munafik. Menurut sebagian ahli tafsir peristiwa menyeberangi jembatan di atas neraka telah diisyaratkan Allah di dalam Al-Qur’anul Karim.
Salah satu peristiwa dahsyat yang bakal dialami oleh setiap orang yang telah mengucapkan ikrar syahadat Tauhid ialah keharusan menyeberangi suatu jembatan yang dibentangkan di atas kedua punggung neraka jahannam. Ia tidak saja dialami oleh ummat Islam dari kalangan ummat Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam, melainkan semua orang beriman dari ummat para Nabi sebelumnya juga wajib mengalaminya.
Peristiwa ini akan dialami oleh setiap orang beriman, baik mereka yang imannya sejati maupun yang berbuat banyak maksiat termasuk kaum munafik. Menurut sebagian ahli tafsir peristiwa menyeberangi jembatan di atas neraka telah diisyaratkan Allah di dalam Al-Qur’anul Karim.
Jembatan yang menghubungkan Padang Mahsyar dengan Syurga, menurut keterangan sahabat Abu Said, "Jembatan ini lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam pernah bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah menciptakan Sirath yang berada diatas neraka, iaitu jambatan yang terletak ditengah-tengah neraka jahannam yang sangat licin dan dapat menggelincirkan.
Jembatan ini mempunyai 7 gardu (pos), yang setiap gardu jaraknya sama dengan perjalanan 3000 tahun, seribu tahun berupa tanjakan yang tinggi, seribu tahun berupa dataran, dan seribu tahun berupa lereng yang curam. Ia lebih kecil dan lembut dari pada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih gelap dibandingkan malam yang pekat. Setiap gardu mempunyai 7 cabang, setiap cabang bentuknya bagai panah yang ujungnya tajam. Duduklah setiap hamba diatas setiap gardu tersebut dan ditanyakan kepadanya tentang perintah-perintah Allah
Selama perjalanan di shirath, setiap seorang hamba akan ditanyakan tentang apa saja yang telah ia kerjakan selama hidupnya. Pertanyaan disetiap pos adalah sebagai berikut:
Pos pertama iman,
Pos kedua solat,
Pos ketiga zakat,
Pos keempat puasa,
Pos kelima haji dan umrah,
Pos keenam whudu dan mandi wajib,
Pos ketujuh tentang sikap terhadap kedua orang tua, menyambung tali persaudaraan dan penganiayaan terhadap sesama makhluk hidup.
Jika seorang hamba meloloskan dari semua pertanyaan-pertanyaan ini, maka tetaplah ia pada pos dan jika tidak, maka ia akan dilemparkan ke dalam neraka.
Dalam suatu riwayat diceritakan: Sesungguhnya ketika manusia melewati jambatan, maka api neraka berada di bawah telapak kaki mereka, ada yang berada diatas kepala mereka, ada yang berada di sebelah kanan dan kiri mereka, serta ada yang berada di belakang dan di depan mereka.
Allah berfirman dalam Surah Maryam:
“ Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu, hal itu bagi Tuhanmu adalah kepastian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim didalam neraka dalam keadaan berlutut." (Templat:Quran-s).
Sedangkan api neraka itu selalu memakan tubuhnya, mulai dari kulit sampai dagingnya, sehingga orang yang lewat diatas jambatan itu bagaikan arang yang hitam, kecuali orang-orang yang selamat dari api neraka. Sebagian mereka ada yang melewati neraka tanpa disertai rasa takut terhadap apapun dari kesulitan dan tidak pula merasakan panasnya, hingga ia berkata pada akhir perjalanannya: "Dimanakah jembatan itu ?" Lalu dikatakan kepadanya: "Telah engkau lalui jembatan itu tanpa kesusahan berkat rahmat Allah.
Manusia yang pertama kali menginjakkan kakinya di Sirath adalah Muhammad, dia akan memimpin kumpulan-kumpulan umatnya.
Kumpulannya terbagi menjadi 10 bagian, yaitu:
Kumpulan pertama berjaya melintasi seperti kilat yang memancar.
Kumpulan kedua melintasi seperti angin yang kencang.
Kumpulan ketiga melintasi seperti kuda yang baik.
Kumpulan yang keempat seperti burung yang pantas.
Kumpulan yang kelima berlari.
Kumpulan keenam berjalan.
Kumpulan ketujuh berdiri dan duduk karena mereka dahaga dan penat. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka.
Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berhenti di atas Shirath. Setiap
kali, Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam melihat seorang dari umatnya
bergelayut di atas Shirath, kemudian ia akan menarik tangannya dan
membangunkan dia kembali.
Kumpulan kedelapan menarik muka-muka mereka dengan rantai kerana terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: "Wahai Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam!" Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam kemudian berkata: "Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan mereka"!
Kumpulan kesembilan dan kesepuluh tertinggal di atas Shirath, mereka tidak diizinkan untuk menyeberang.
Bagaimana seseorang dapat menyeberanginya dengan selamat? Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa pada saat peristiwa menegangkan itu sedang berlangsung para Nabi dan para malaikat sibuk mendoakan keselamatan bagi orang-orang beriman. Mereka berdoa: ”Rabbi sallim. Rabbi sallim. (Ya Rabbi, selamatkanlah. Ya Rabbi, selamatkanlah).” Selanjutnya Allah akan memberikan cahaya bagi setiap orang. Baik mereka yang beriman sejati, mereka yang banyak berbuat dosa, maupun yang munafik sama-sama memperolehnya.
Namun ketika sedang melintasi jembatan tersebut orang-orang yang imannya emas akan terus ditemani dan diterangi oleh cahaya tersebut hingga selamat sampai ke ujung penyeberangan. Sedangkan orang-orang munafik hanya sampai setengah perjalanan melintas jembatan tersebut tiba-tiba Allah mencabut cahaya yang tadinya menerangi mereka sehingga mereka berada dalam kegelapan lalu terjatuhlah mereka dari atas jembatan shirath ke dalam api menyala-nyala Neraka Jahannam. Na’udzubillahi min dzaalika!
“Allah akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka ada tirai penghalang dari-Nya. Adapun di atas jembatan Allah memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada ditengah jembatan, Allah-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.” (QS Al-Hadid ayat 13) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.”(QS At-Tahrim ayat 8) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR Thabrani 11079)
Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, dan ‘amal perbuatan kami dari riya dan lisan kami dari dusta serta pandangan mata kami dari khianat. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu khianat pandangan mata dan apa yang disembunyikan hati.
Allahumma Sholli Wasalim 'ala Muhammad Wa 'ala ali Muhammad
KESIMPULAN
1. Setiap muslim/muslimat memohon kepada Allah minima 17 kali dalam sehari agar mereka ditunjukkan ke Jalan Yang Lurus, “Ihdinash Shirathal Mustaqiim”. Ini menandakan bahwa Jalan Yang Lurus itu adalah sesuatu yang paling mustahak bagi umat manusia.
2. Para Mufassiriin (Pakar Tafsir) berbeda pendapat tentang makna Shirathal Mustaqiim. Ada yang menafsirkannya dengan Islam, Al-Quran, Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah. Kesemua tafsiran itu adalah benar karena saling melengkapi.
3. Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) menggambarkan dalam hadis di atas bahwa Jalan Yang Lurus itu adalah ISLAM. Dua pagar di kiri dan kanannya adalah batasan-batasan Allah. Pintu-pintu yang terbuka pada pagar adalah perkara yang diharamkan oleh Allah. Yang memanggil di permukaan jalan adalah Al-Quran, sedangkan yang memanggil dari atas jalan pula adalah suara hati muslim yang beriman kepada Allah.
4. Jadi Shirathal Mustaqiim yang ada di atas muka bumi bukanlah titian atau jembatan yang terbentang, tetapi ia adalah ISLAM yang kandungan utamanya ialah himpunan suruhan dan larangan Allah sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam).
5. Keadaan manusia ketika melalui Shirathal Mustaqiim di akhirat nanti adalah sama betul dengan keadaan mereka ketika meniti Shirathal Mustaqim di dunia ini. Semakin kuat dan kokoh pegangan mereka dengan Islam, maka akan semakin lancarlah perjalanan mereka di sana nanti. Al-Jazaa Min Jinsil ‘Amal (Balasan sesuai dengan jenis amal). —
Wallahu'alam
Barakallahufikum ...
Dari berbagai sumber
Ayesha Natasha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar