Jika engkau tidak berbaik sangka kepada Allah karena sifat-Nya yang baik itu,
maka berbaik sangkalah kamu kepada-Nya
karena nikmat yang telah dilimpahkan kepadamu.
Bukankah Dia Selalu Memberimu sesuatu yang baik-baik
Dan bukankah Dia Selalu Memberimu nikmat?
Sesungguhnya Allah Itu Maha Rahman dan Maha Rahim, Maha Pengasih dari segala yang kasih, Maha Penyayang dari segala yang menyayangi. Sifat-Nya Maha Baik kepada siapapun. Meskipun makhluk-Nya durhaka kepada-Nya, namun Dia Tidak Menghentikan takdir-Nya. Allah tetap Memberi rahmat-Nya.
Allah Memberi rahmat dan karunia-Nya kepada manusia tidak mengharapkan agar Dia disembah. Allah tidak butuh dita’ati. Seandainya manusia seluruh dunia ini, baik yang pertama sampai yang terakhir, semuanya durhaka, Allah pun tidak merasa dirugikan. Dia tetap Memberi rahmat dan karunia-Nya. Begitu pula, seandainya manusia ini seluruhnya ta’at, Allah pun tidak merasa diuntungkan. Sebenarnya yang membutuhkan Allah adalah manusia. Begitulah sifat Allah, Dia sungguh Maha Baik.
Namun, hanya sedikit hamba yang menyadari akan kebaikan Allah. Karena kebanyakan di antara mereka menilai ‘kebaikan’ Allah hanya dari mata lahiriahnya saja; hanya melalui pengamatan yang tampak. Mereka menilai Allah ‘baik’ kepadanya, jika ia mendapatkan karunia dan kenikmatan. Bila nasibnya kurang baik, ia berkeluh kesah dan menganggap Allah ‘tak sayang’. Kebaikan dan pemberian Allah hanya diukur dengan materi/harta benda.
Padahal, semua yang melekat di tubuh ini merupakan karunia dari-Nya. Renungkanlah, mulai dari rambut kepala, biji mata, organ tubuh, kulit, dan kesempurnaan bentuk, bahkan akal, hati, semuanya adalah pemberian Allah. Bayangkan, seandainya Allah Meminta untuk menebus apa yang kita miliki. Mampukah kita membelinya????
Seorang yang biji matanya rusak lalu menggantikan dengan yang baru, maka ia harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Kalaupun medis berhasil menanam biji mata baru, itupun pasti tidak sempurna.
Kitapun jarang menyadari oksigen yang kita hirup setiap detik tanpa henti, itupun pemberian Allah. Udara ini merupakan karunia Cuma-Cuma dari-Nya. Bayangkan, jika di sekitar kita tidak ada oksigen. Tentu untuk bernapas kita akan membelinya. Maka, berapa biaya yang harus dikeluarkan setiap hari???
Sungguh Allah itu Maha Baik. Ternyata, terhadap orang yang mendurhakai-Nya pun Allah tetap memberi oksigen untuk bernafas, Dia tidak Menghentikannya.Maka, tidak ada alasan jika kita tidak berbaik sangka kepada-Nya.
Orang-orang yang sudah mencapai makrifat, maka ia selalu berprasangka baik. Bukan karena karunia dan nikmat yang diterimanya sehingga ia bersikap begitu, namun dengan kesadaran tinggi dan ikhlas bahwa mereka memandang Allah Mempunyai sifat Maha Baik, maka mereka harus berbaik sangka.
Baiklah, jika kita tidak mampu melihat sifat Baik-Nya Allah, tetapi cobalah merenungkan ‘kebaikannya’ berupa rahmat dan karunia-Nya. Itu sudah cukup buat kita untuk berbaik sangka kepada-Nya. Jika kita melakukan perenungan tentang masa lalu dan sederetan kemurahan-Nya, maka tak ada alasan bagi kita untuk berkeluh kesah dan berprasangka buruk kepada Allah.
Sumber: Buku Telaga Makrifat, karya Syaikh Ibnu Atha’illah
Ukhuwah wal islah
maka berbaik sangkalah kamu kepada-Nya
karena nikmat yang telah dilimpahkan kepadamu.
Bukankah Dia Selalu Memberimu sesuatu yang baik-baik
Dan bukankah Dia Selalu Memberimu nikmat?
Sesungguhnya Allah Itu Maha Rahman dan Maha Rahim, Maha Pengasih dari segala yang kasih, Maha Penyayang dari segala yang menyayangi. Sifat-Nya Maha Baik kepada siapapun. Meskipun makhluk-Nya durhaka kepada-Nya, namun Dia Tidak Menghentikan takdir-Nya. Allah tetap Memberi rahmat-Nya.
Allah Memberi rahmat dan karunia-Nya kepada manusia tidak mengharapkan agar Dia disembah. Allah tidak butuh dita’ati. Seandainya manusia seluruh dunia ini, baik yang pertama sampai yang terakhir, semuanya durhaka, Allah pun tidak merasa dirugikan. Dia tetap Memberi rahmat dan karunia-Nya. Begitu pula, seandainya manusia ini seluruhnya ta’at, Allah pun tidak merasa diuntungkan. Sebenarnya yang membutuhkan Allah adalah manusia. Begitulah sifat Allah, Dia sungguh Maha Baik.
Namun, hanya sedikit hamba yang menyadari akan kebaikan Allah. Karena kebanyakan di antara mereka menilai ‘kebaikan’ Allah hanya dari mata lahiriahnya saja; hanya melalui pengamatan yang tampak. Mereka menilai Allah ‘baik’ kepadanya, jika ia mendapatkan karunia dan kenikmatan. Bila nasibnya kurang baik, ia berkeluh kesah dan menganggap Allah ‘tak sayang’. Kebaikan dan pemberian Allah hanya diukur dengan materi/harta benda.
Padahal, semua yang melekat di tubuh ini merupakan karunia dari-Nya. Renungkanlah, mulai dari rambut kepala, biji mata, organ tubuh, kulit, dan kesempurnaan bentuk, bahkan akal, hati, semuanya adalah pemberian Allah. Bayangkan, seandainya Allah Meminta untuk menebus apa yang kita miliki. Mampukah kita membelinya????
Seorang yang biji matanya rusak lalu menggantikan dengan yang baru, maka ia harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Kalaupun medis berhasil menanam biji mata baru, itupun pasti tidak sempurna.
Kitapun jarang menyadari oksigen yang kita hirup setiap detik tanpa henti, itupun pemberian Allah. Udara ini merupakan karunia Cuma-Cuma dari-Nya. Bayangkan, jika di sekitar kita tidak ada oksigen. Tentu untuk bernapas kita akan membelinya. Maka, berapa biaya yang harus dikeluarkan setiap hari???
Sungguh Allah itu Maha Baik. Ternyata, terhadap orang yang mendurhakai-Nya pun Allah tetap memberi oksigen untuk bernafas, Dia tidak Menghentikannya.Maka, tidak ada alasan jika kita tidak berbaik sangka kepada-Nya.
Orang-orang yang sudah mencapai makrifat, maka ia selalu berprasangka baik. Bukan karena karunia dan nikmat yang diterimanya sehingga ia bersikap begitu, namun dengan kesadaran tinggi dan ikhlas bahwa mereka memandang Allah Mempunyai sifat Maha Baik, maka mereka harus berbaik sangka.
Baiklah, jika kita tidak mampu melihat sifat Baik-Nya Allah, tetapi cobalah merenungkan ‘kebaikannya’ berupa rahmat dan karunia-Nya. Itu sudah cukup buat kita untuk berbaik sangka kepada-Nya. Jika kita melakukan perenungan tentang masa lalu dan sederetan kemurahan-Nya, maka tak ada alasan bagi kita untuk berkeluh kesah dan berprasangka buruk kepada Allah.
Sumber: Buku Telaga Makrifat, karya Syaikh Ibnu Atha’illah
Ukhuwah wal islah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar