Jumat, 04 Oktober 2013

:: KETIKA NABI ADAM IRI DENGAN UMAT NABI MUHAMMAD



Jangan sia siakan waktu untuk bertaubat...
Sebesar apapun dosa kita, jika seorang hamba mampu menghadirkan ketulusan bertaubat, maka Allah Ta'ala niscaya akan menerima taubatnya, kendati belum pernah ‘beramal shalih’ sekali pun.

Subhanallah , betapa beruntung menjadi umat Muhammad. Taubatnya mudah diterima. Sementara Adam a.s dengan kesalahan yang kecil telah didera dengan hukuman yang panjang. Kondisi ini sempat membuat Nabi Adam a.s iri hati.

Disebutkan bahwa Nabi Adam a.s berkata: “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umat Muhammad empat kelebihan yang tidak diberikan kepadaku,” katanya.

Apa itu?

Pertama, kata Nabi Adam, taubatku hanya diterima di kota Makkah, sementara taubat umat Muhammad diterima di sebarang tempat alias di mana saja.

Kedua, “Pada mulanya aku berpakaian, tetapi ketika aku berbuat durhaka kepada-Nya, maka Allah Ta'ala menjadikan aku telanjang. Sebaliknya dengan umat Muhammad yang berbuat durhaka dengan telanjang, tetapi Allah tetap memberi mereka pakaian.”

Ketiga, lanjut Nabi Adam, setelah aku durhaka kepada Allah, maka Dia langsung memisahkan aku dengan isteriku. Tetapi tidak untuk umat Muhammad. Mereka berbuat durhaka, sementara Allah Subhana wa Ta'ala tidak memisahkan isteri mereka.

Yang keempat, “Memang benar aku pernah durhaka kepada Allah di dalam surga dan aku kemudian dikeluarkan dari surga, sebaliknya umat Muhammad durhaka kepada Allah, tetapi justru dimasukkan ke dalam surga apabila mereka bertaubat kepada-Nya.”

Lalu, ada kisah lain disabdakan langsung oleh Rasulullah. Kata Nabi Shalallahu alaihi wasallam kisah ini terjadi di zaman Bani Israil. Demikian Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, Sa’id bin Malik bin Sinan r.a. Intinya Nabi pernah bercerita, bahwa pada zaman dahulu, di zaman orang-orang sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang.

Dia kemudian sedih dan bertanya, ingin mencari orang yang paling alim di muka bumi, lalu ditunjukkan kepadanya tentang seorang rahib (pendeta, ahli ibadah).

Maka dia bergegas mendatangi rahib tersebut lalu mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 99 jiwa. “Apakah masih ada pintu taubat bagi saya?,” tanyanya.

Ahli ibadah itu berkata: “Tidak. Tidak ada pintu taubat bagi pembunuh 99 orang.”
Mendengar jawaban rahib ini, seketika laki-laki itu marah dan membunuhnya. Maka dia pun menggenapi korban pembunuhannya menjadi 100 jiwa.

Pembunuh ini kemudian mencari orang alim lainnya. Lalu ditunjukkanlah kepadanya tentang seorang yang berilmu. Dia bergegas menemuinya. Maka dia pun mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 100 jiwa. “Apakah masih ada pintu taubat bagi saya?” tanyanya.

Orang alim itu berkata: “Ya. Siapa yang menghalangi dia dari taubatnya? Pergilah ke daerah ini dan ini. Karena sesungguhnya di sana ada orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka. Dan jangan kamu kembali ke negerimu, karena negerimu itu adalah negeri yang buruk, negeri orang jahat.”

Pembunuh itu pun bergegas melaksanakan perintahnya. Dia berangkat. Akhirnya, ketika tiba di tengah perjalanan datanglah kematian menjemputnya. Belum sampai tujuan dia sudah mati. Maka berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang dia.
Malaikat rahmat mengatakan: “Dia sudah datang dalam keadaan bertaubat, menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.” Sementara malaikat azab berkata: “Sesungguhnya dia belum pernah mengerjakan amalan kebaikan sama sekali. Maka dia juga belum bertaubat.”

Nah, dalam perselisihan ini, datanglah seorang malaikat berwujud manusia, lalu dijadikan dia (sebagai hakim pemutus) di antara mereka berdua. Maka malaikat itu memberikan solusi. “Ukurlah jarak antara (dia dengan) kedua negeri tersebut. Maka ke arah negeri mana yang lebih dekat, dialah yang berhak membawanya.”
Lalu keduanya mengukurnya, dan ternyata mereka dapatkan bahwa orang itu lebih dekat kepada negeri yang diinginkannya untuk taubat. Maka malaikat rahmat pun segera membawanya, dan memasukkan sebagai hamba yang bertaubat. Subhanallah!

Terdapat kisah lain. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam pernah didatangi Jibril dengan membawa kabar baik untuk umatnya. Jibril menyampaikan salam Allah kepada Baginda Rasul lalu memberitahu bahwa Allah akan mengampuni dosa umatnya setahun sebelum dia meninggal sekiranya dia bertaubat.

Tetapi Baginda Nabi mengatakan setahun terlalu lama. Bisa saja kesalahan terus terjadi. Nabi Shalallahu alaihi wasallam minta Jibril kembali menghadap Allah memohon kemudahan. Jibril pun menghadap Allah.
Ketika berjumpa Nabi Muhammad Jibril mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni dosa umat Muhammad sebulan sebelum dia meninggal dunia, jika dia bertaubat. Nabi pun mengetahui kelemahan umatnya dan meminta Jibril menghadap Allah sekali lagi. Tanpa payah Jibril menghadap lagi.

Kali ketiga berjumpa Nabi, Jibril mengatakan Allah akan menerima taubat umat Muhammad sehari sebelum meninggal dunia. Sebagai Nabi yang sangat menyayangi umat, Baginda masih menaruh harapan agar Allah melonggarkan syarat taubat bagi umatnya. Nabi meminta Jibril menghadap Allah kembali.

Pada kali keempat, Jibril menemui Nabi dan mengatakan Allah bersedia menerima taubat umatnya selagi nyawanya belum sampai tenggorokan.

***
Subhanallah , Alangkah besar karunia dan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Tetapi alangkah banyak hamba Nya yang tidak mengetahui dan tiada mensyukuri nikmat tersebut...
Bisa dibayangkan bagaimana seandainya kedhaliman yang dikerjakan anak cucu Adam harus diselesaikan dengan azab dan siksa di dunia, niscaya tidak akan ada lagi satu pun makhluk yang melata di atas muka bumi ini. Seandainya murka Allah lebih dahulu daripada rahmat-Nya, niscaya tidak akan pernah ada rasul yang diutus, tidak ada kitab suci yang diturunkan, tidak ada ulama dan orang shalih serta berilmu yang memberi nasihat, peringatan, dan bimbingan.

Lingkungan yang baik dan bergaul dengan orang shalih akan menambah iman seseorang.
Hijrah termasuk salah satu amalan shalih paling utama, bahkan merupakan sebab keselamatan agama seseorang serta perlindungan bagi imannya. Jika hijrah itu memang dibalut dengan kemauan keras untuk berbuat baik.

Hijrah bisa berarti meninggalkan apa yang tidak/kurang baik menuju yang lebih baik yang disukai Allah dan Rasul-Nya.
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: An-Nisa 4 ayat 100)

*******


Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hambaNya yang senantiasa taubat dan berserah diri .. اَمِيـْنْ يَـارَبَّ الْعَـالَمِيْــ




Wallahu’alam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar