Jumat, 18 Mei 2012

::: HARITSAH DENGAN TINGKAT IMANNYA YANG TINGGI MAMPU MELIHAT SURGA



Ketika Rasulullah s.a.w. sedang berjalan, seorang pemuda Anshar menghampirinya. Beliau s.a.w. menyapa pemuda itu, ”Hai Haritsah, bagaimana engkau menyambut harimu?” Sang pemuda menjawab, ”Aku menyambut hariku dalam keadaan beriman kepada Allah dengan iman al-Haqq.”

”Jelaskan apa yang kau ucapkan, sebab setiap ucapan memiliki makna.”

”Wahai Rasulullah, aku menjauhkan jiwaku dari dunia. Aku menghabiskan malam dengan beribadah dan siang dengan berpuasa. aku pun melihat Arasy Tuhan tampak nyata, para penduduk surga saling mengunjungi, dan para penghuni neraka melolong minta tolong.”

”Engkau sudah tahu, kukuhkan tekadmu! Engkau adalah hamba yang Allah teangi hatinya dengan cahaya iman.”

”Ya Rasulullah, doakanlah agar aku mati syahid.”

Rasulullah s.a.w. mengabulkan permintaan ini dan berdoa agar Haritsah mati syahid. [1]

Dalam suatu peperangan, Haritsah menyerang musuh dengan gagah perkasa di atas kudanya. Ia lantas menjadi tentara berkuda pertama yang mati syahid. Ketika berita kematian Haritsah sampai kepada ibunya, sang ibu segera menemui Rasulullah s.a.w. dan berkata, ”Wahai Rasulullah, tolong beritahukan keadaan anakku! Kalau ia berada di surga, aku tak akan meratapinya, tetapi jjika tidak, aku akan menangisinya sepanjang hidupku.”

”Ibunda Haritsah,” jawab Rasulullah s.a.w., ”surga tidak satu tapi bertingkat-tingkat, dan Haritsah sekarang berada di surga tertinggi, surga Firdaus.”

Ibu Haritsah pun pulang sambil tersenyum bahagia, ”Selamat...! Selamat... Haritsah!”
________________
[1] HR ’Abd al-Jabbar ibn al-’Ala dari Yusuf ibn ’Athiyyah, dari Anas ibn Malik r.a.




::: MENYEMPURNAKAN BUDI PEKERTI - MENELADANI AL HALIIM (MAHA PENYANTUN)



Kita sudah sangat faham tentang konsep bahwa orang Islam itu harus memenuhi Hablum minallah dan Hablum minannas. Perjalanan menuju Allah Ta’ala di atas jalan tol ash-Shirathal Mustaqim harus memenuhi dengan baik kualitas ibadah langsung kepada Allah dan harus memenuhi dengan baik kulitas hubungan dengan makhluk Allah Ta’ala yang lain. Kedua komponen ini yang akan mengantarkan manusia kepada kedekatan kepada Allah Ta’ala. Bukankah Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, menyeluruh untuk seluruh ciptaan Allah?

Kebanyakan orang mengejar hablum minallah-nya tanpa memperhatikan hamblum minannas, orang yang demikian dikatagorikan sebagai orang yang fasik. Orang fasik itu adalah orang yang sudah mapan ritual ibadahnya tetapi masih ada keburukan di dalam perilaku atau budi pekertinya,. Shalatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, sudah dijalankan dengan baik bahkan sudah mengerjakan amalan-amalan sunnahnya, namun dia belum bisa mengendalikan emosinya, mudah marah, mau menang sendiri, menganggap dirinya paling baik, berbicaranya kasar dan meninggi. Orang yang demikian masih kotor jiwanya, karena masih mengotori hatinya dengan budi pekerti yang buruk.

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut:
dan nafs (jiwa) serta penyempurnaannya (ciptaannya),
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. [1]
Di ayat ini, Allah Ta’ala telah bersumpah dengan sumpah kepada anfus (jiwa-jiwa) manusia yang bercahaya bahwa Dia Ta’ala telah memberikan ilham kepada masing-masing nafs (jiwa) manusia ilham, yaitu ilham kefasikan dan ilham penyucian jiwa. Kemudian jiwa manusia diberikan hak otonomi untuk memilih, bila dia memilih jalan kefasikan, maka dia mengotori (mendzalimi) jiwanya, hal yang demikian disebut manusia yang merugi. Bila manusia memilih jalan ketakwaan, maka dia memilih jalan yang menyucikan (tidak mengotori sedikit pun) jiwanya, hal demikian disebut manusia yang beruntung atau yang memperoleh kemenangan.

Perhatikan pula sabda Nabi s.a.w. yang menerangkan untuk apakah beliau s.a.w. itu diutus sebagai Rasulullah di muka bumi, “Diutusnya aku adalah untuk menyempurnakan budi pekerti.” Jelaslah di sini tugas Rasulullah s.a.w. bukan memperbaiki budi pekerti tetapi menyempurnakan budi pekerti. Ada seseorang yang suka berderma, membantu keuangan kegiatan masjid, memberikan shadaqah kepada orang miskin, tetapi mudah tersinggung dan gampang marah-marah, maka orang itu masih belum beruntung alias masih mengotori jiwanya.

Bagaimanakah orang rajin shalat, puasa, zakat tapi masih belum menyempurnakan budi pekertinya? Orang ini masih belum suci jiwanya atau masih belum bersih dari dosa, seandainya dia meninggal dunia belum juga mampu menyempurnakan budi pekertinya, maka dipastikan dia masuk neraka Jahannam. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala mengenai orang yang dating kepada-Nya tetapi masih membawa dosa, “Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.” [2]
Kemudian perhatikan hadits Nabi s.a.w. melalui sabdanya, “Yang terbanyak manusia masuk surga, adalah taqwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik…” [3]
Rasulullah s.a.w. ditanya oleh sahabat, “Wahai Rasulullah! Apakah yang terbaik diberikan kepada manusia?” Nabi s.a.w. menjawab, ”Budi pekerti yang baik...” [4]
Nabi s.a.w. bersabda, ”Yang terberat dari apa yang diletakkan dalam al-Mizan (timbangan amal), ialah budi pekerti yang baik.” [5]
Budi pekerti yang buruk di dunia akan menjadi bahan bakar api neraka yang membakar dirnya, perhatikan sabda Nabi s.a.w. ini, ”Tiada dibaguskan (disempurnakan) oleh Allah akan kejadian dan budi pekerti seseorang manusia, lalu dia itu dijadikannya menjadi makanan neraka.” [6]

Nabi s.a.w. menyuruh sahabatnya berbudi pekerti yang baik, ”Hai Abu Hurairah! Engkau harus berbudi pekerti yang baik.” Lalu Abu Hurairah r.a. bertanya, ”Bagaimana budi pekerti yang baik itu, ya Rasulullah?” Nabi s.a.w. pun menjawab, ”Engkau menyambung silaturahmi dengan orang-orang yang memutuskannya denganmu, engkau memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, dan engkau berbagi memberikan sesuatu yang baik kepada orang tidak mau memberikan kepadamu.” [7]
Nasihat Rasulullah s.a.w. yang demikian lumayan ekstrim sulit, tetapi ini adalah sebuah terapi dan pelatihan sehingga apabila berhasil, maka budi pekerti yang lain akan mudah ditata dan disempurnakan. Semoga saja kita adalah orang-orang yang mudah menerima ajaran ketakwaan.
_________________
[1] QS Asy-Syam 91:7-10
[2] QS ThaaHaa 20:74
[3] HR At-Tirmidzi & al-Hakim dari Abu Hurairah
[4] HR Ibdnu Majah
[5] HR Abu Dawud & At-turmidzi dari Abu Darda’
[6] HR At-Thabrani dari Abu Hurairah
[7] HR Al-Baihaqi & Al-Hasan dari abu Hurairah.



Gemuruh Tasbih Alam

::: MENGHADIRKAN HATI KETIKA SHALAT


Bismillahirahmannirahim,

Ibnul Qayyim – rahimahullah – menguraikan wasiat Nabi Yahya bin Zakariya – ‘alaihimassalam – yang berbunyi :

وآمركم بالصلاة، فإذا صليتم، فلا تلتفتوا فإن الله ينصب وجهه لوجه عبده في صلاته ما لم يلتفت , رواه البخاري

♥ ♥ ♥ ♥ “Dan aku memerintahkan kamu untuk shalat, jika kamu shalat maka janganlah kamu berpaling (menoleh) karena sesungguhnya Allah menghadapkan wajah-Nya kewajah hamba tersebut dalam shalat selama dia tidak berpaling.” (HR. Bukhari)

Beliau (Ibnul Qayyim) berkata: Berpaling (iltifat) yang dilarang dalam shalat ada dua macam:

• PERTAMA: Berpalingnya hati dari Allah - azza wa jalla – kepada selain-Nya.

• KEDUA: Berpalingnya pandangan mata.

Kedua-duanya dilarang dalam shalat. Allah senantiasa menghadap ke hamba-Nya selama hamba tersebut menghadap kepada-Nya, maka tatkala dia berpaling dengan hati ataupun pandangannya, maka Allah pun akan berpaling darinya. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang iltifat (berpaling) nya seorang laki-laki dalam shalat, maka beliau bersabda:

♥ ♥ ♥ ♥ “(iltifat) merupakan pencurian yang dilakukan oleh syaithan dalam shalat seseorang.” (HR. Bukhari)

Dalam sebuah atsar disebutkan, Allah Subhanahu wata’ala berfirman (dalam hadits qudsi):

|| “(apakah kamu berpaling) kepada yang lebih baik dari-Ku?”


||||||||||||||||||||||||||||||||||||

NILAI SHALAT ORANG YANG KHUSYU’

Perumpamaan orang yang berpaling (iltifat) dalam shalatnya dengan pandangan ataupun hati sama seperti orang yang dipanggil oleh penguasa, kemudian dia berdiri di hadapan penguasa tersebut dan berbicara dengannya, ketika sedang berbicara orang tersebut menoleh (berpaling) ke kiri dan ke kanan, hatinya tidak sedang bersama penguasa tersebut sehingga dia tidak paham apa yang dibicarakan. Kira-kira tindakan apa yang akan dilakukan oleh penguasa tersebut menghadapi laki-laki ini?

Paling tidak penguasa tadi akan pergi meniggalkannya dalam keadaan marah, dan harga diri laki-laki tadi menjadi hilang di hadapan penguasa tersebut.

Tidaklah sama nilainya orang yang shalat seperti itu dengan orang yang shalat dengan hati yang hadir (khusyu’) menghadap Allah Subhanahu wata’ala, hatinya diselimuti dengan pengagungan kepada Allah ketika dia berdiri di hadapan-Nya, hatinya dipenuhi dengan rasa sungkan (BiHi: menaruh hormat; segan) dan tunduk kepada Allah, dia malu kepada Allah ketika berpaling kepada selain-Nya. Sungguh sangat jauh perbedaan diantara shalat kedua orang tersebut sebagaimana dikatakan oleh Hassan bin ‘Athiyah. [1]

Beliau (Hassan bin ‘Athiyah) mengatakan:

|| “Dua orang laki-laki bisa saja sama-sama melakukan shalat, tetapi nilai keduanya sangat jauh berbeda sebagaimana perbedaan antara langit dan bumi, ini disebabkan karena salah seorang diantara mereka shalat dengan hati yang khusu’ menghadap Allah ‘Azza wa Jalla, sementara hati yang satunya lagi lupa dan lalai. Seseorang apabila menghadap makhluk lain dan diantara mereka ada hijab (penghalang) maka itu tidaklah dinamakan menghadapnya, dan juga tidak dikatakan mendekatinya, apalagi kalau itu dilakukan pada Pencipta (Allah) ‘Azza wa Jalla. Apabila seseorang menghadap kepada Allah ‘Azza wa Jalla sementara antara dia dan Allah terdapat penghalang berupa hawa nafsu dan was-was (godaan), jiwanya sibuk dan penuh dengan hawa nafsu dan was-was tersebut, bagaimana mungkin itu dikatakan menghadap (Allah) padahal dia dipermainkan oleh godaan dan bermacam fikiran yang membawanya kesana kemari.”


||||||||||||||||||||||||||||||||||||

GELISAHNYA SYAITHAN

Seorang hamba apabila sudah berdiri untuk shalat, maka syaithan akan gelisah karena dia berdiri di tempat yang paling mulia dan paling dekat (kepada Allah) yang sangat tidak disukai syaithan. Makanya syaithan berusaha semaksimal mungkin untuk menghalanginya, dia senantiasa menggoda hamba tersebut, membuatnya berangan-angan, dan lupa. Syaithan akan berusaha mengerahkan semua kemampuan yang dimilikinya untuk menjadikan hamba tadi menganggap enteng shalat tersebut, sehingga akhirnya dia meninggalkannya.

Kalau dia (syaithan tersebut) gagal dalam usahanya, maka dia akan berusaha menjadi penghalang bagi hamba tersebut dalam shalat, menjadi penghalang dalam hatinya, dia mengingatkan hamba tersebut dalam shalat dengan berbagai macam persoalan yang terlupakan sebelum shalat.

Bisa jadi hamba tadi lupa sesuatu hal, atau lupa sesuatu yang sangat penting yang membuat dia telah putus asa, maka syaithan datang mengingatkannya ketika dia sedang shalat, sehingga hatinya menjadi sibuk, tidak lagi menghadap Allah, maka diapun (hamba tadi) berdiri di hadapan Allah tidak dengan hatinya. Dia tidak akan mendapatkan kemuliaan dan kedekatan dari Allah sebagaimana yang didapatkan oleh orang yang melakukan shalat dengan sepenuh hati. Shalat bisa menghapuskan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan kalau dikerjakan dengan sempurna, khusyu’ dan berdiri di hadapan Allah dengan sepenuh hati.


||||||||||||||||||||||||||||||||||||

KETENTRAMANKU DICIPTAKAN DALAM SHALAT

Ketika seseorang sudah bisa menghindari godaan syaithan tadi, maka dia akan merasakan keringanan dalam dirinya, seolah-oleh dia telah meletakkan beban berat yang dipikulnya, dia akan merasakan semangat dan ketenangan sehingga dia berharap untuk tidak selesai dari shalat tersebut, karena shalat itu sudah menjadi harapannya, kenikmatan jiwanya, sorga hatinya dan tempat peristirahatannya dari kesibukan dunia. Dia akan merasakan dirinya dalam penjara dan kesempitan sehingga dia melaksanakan shalat, dia menjadi tentram dengan shalat tersebut. Orang-orang yang cinta dengan shalat akan mengatakan: mari kita shalat sehingga kita bisa merasakan ketentraman dengan shalat tersebut, sebagaimana dikatakan oleh panutan dan Nabi mereka:

يا بلال أرحنا بالصلاة

“Wahai Bilal, tentramkanlah kami dengan Shalat ”. (HR. Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Bani)

Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam TIDAK mengatakan: "Tentramkan kami dengan menjauhkan shalat tersebut dari kami."

Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

جُعلت قرة عيني في الصلاة

“Ketentramanku diciptakan dalam shalat.” (HR. Ahmad dan disahihkan oleh al-Bani)

Kalau ketentraman itu diciptakan di dalam shalat, bagaimana mungkin dia bisa tentram tanpa shalat tersebut? Bagaimana mungkin dia sanggup meninggalkannya? Shalat orang yang menghadirkan hatinya inilah yang akan naik (menuju Allah), shalat itulah yang punya cahaya dan bukti, sehingga diterima oleh Allah ‘azza wa jalla. Shalat itu akan bicara: Allah akan menjagamu sebagaimana kamu menjagaku.

Adapun shalat orang yang lalai, tidak melaksanakannya sebagaimana mestinya dan tidak khusyu’ di dalamnya, maka shalat itu akan dilipat sebagaimana dilipatnya kain yang sudah lusuh dan dipukulkan kepada orang tersebut, kemudian dia berkata: Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhuma berkata:

“Tidaklah seorang mukmin menyempurnakan wudhu’nya kemudian dia melaksanakan shalat pada waktunya, dia laksanakan dengan ikhlas kepada Allah, tanpa ada kekurangan pada waktunya, rukuknya, sujudnya dan sunnah-sunnahnya melainkan dia akan mendapatkan cahanya antara barat dan timur sampai akhirnya berakhir di sisi Allah ‘azza wajalla. Dan siapa saja yang melaksanakan shalat, dia tidak menyempurnakan wudhu’nya, mengakhirkan waktunya, tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan sunnah-sunnahnya maka diangkatkan darinya benda hitam gelap dan langsung mengatakan kepadanya: Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku … Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku ... “ (Haditsnya Lemah/Dha’if)


||||||||||||||||||||||||||||||||||||

AMALAN YANG MAKBUL

Shalat dan amalan yang maqbul (yang akan diterima Allah) adalah apabila dilakukan dengan cara yang sesuai dengan kebesaran Allah ‘Azza wajalla, kalau shalat tersebut dilakukan dengan benar dan pantas maka pasti akan diterima.

Amalan yang Maqbul (diterima di sisi Allah) ada dua macam :

• PERTAMA: Shalat dan amalan lainnya yang dilakukan seorang hamba dengan sepenuh hati kepada Allah ‘azza wajalla, ia senantiasa ingat (zikir) kepada Allah ‘azza wajalla. Maka amalan ini akan dibawa kehadapan Allah, diletakkan di depan-NYa, kemudian Allah memandang amalan tersebut, kalau Allah melihat amalan tersebut dilakukan dengan ikhlas mengharapkan ridha-Nya, timbul dari hati yang selamat (bersih), ikhlas dan cinta serta bertaqarrub kepada-Nya, maka Allah akan mencintai amalan tersebut, meridhainya dan menerimanya.

• KEDUA: Amalan yang dilakukan karena sekedar kebiasaan dan dilakukan dengan lalai, meskipun niatnya untuk ketaatan dan taqarrub kepada Allah, anggota tubuhnya melakukan gerakan-gerakan ketaatan, tetapi hatinya lalai dari mengingat Allah. Ketika amalan tersebut diangkat menghadap Allah, dia tidak diletakkan di hadapan-Nya, dan Allah tidak memperhatikannya, tapi amalan tersebut langsung di letakkan di tempat catatan amal, sehingga nanti ditampilkan pada hari kiamat. Allah akan memberikan balasan sesuai dengan bagian yang dikerjakan karena mengharapkan ridha-Nya, sementara yang dikerjakan bukan karena mengharapkan ridha-Nya akan ditolak. Itulah bentuk penerimaan-Nya terhadap amalan ini. Balasan yang akan diberikan untuk amalan seperti ini adalah berupa ciptaan-Nya seperti istana (di syurga), makanan, minuman dan bidadari.

Adapun balasan untuk yang pertama tadi maka Allah ridha dengan amalan tersebut, ridha dengan cara hamba tersebut melakukannya, ridha dengan taqarrub yang dilakukannya, Allah akan meninggikan derajat dan tempatnya, yang diberikan tanpa dihitung lagi. Jadi ada perbedaan antara amalan pertama dan kedua.


||||||||||||||||||||||||||||||||||||

LIMA TINGKATAN SHALAT

Manusia dalam melaksanakan shalat dikelompokkan menjadi lima tingkatan:

• PERTAMA: tingkatan orang-orang yang zhalim terhadap dirinya, yaitu orang-orang yang tidak menyempurnakan wudhu’nya, waktunya, batasan-batasannya dan rukun-rukunnya.

• KEDUA: orang yang menjaga waktu shalatnya, batasan-batasannya, rukun-rukunnya dan wudhu’nya, tetapi dia tidak berusaha melepaskan dirinya dari godaan, sehingga dia hanyut dalam godaan dan berbagai macam fikiran yang timbul.

• KETIGA: orang yang menjaga batasan-batasan shalat, rukun-rukunnya dan berusaha untuk melawan godaan dan pemikiran yang muncul, akhirnya dia larut dalam usaha melawan syaithan supaya tidak mencuri shalatnya, maka berarti dia berada dalam shalat dan jihad.

• KEEMPAT: orang yang melaksanakan shalat dengan menyempurnakan hak-haknya, rukun dan batasan-batasannya, hatinya larut menjaga batasan-batasan dan hak-hak shalat tersebut sehingga tidak ada yang luput, semua perhatiannya tercurah untuk mendirikan dan menyempurnakan shalat sebagaimana mestinya , berarti hatinya larut dalam shalat dan beribadah kepada Allah tabaaraka wata’ala.

• KELIMA: orang yang melaksanakan shalat seperti tingkatan ke empat tadi, ditambah lagi dia meletakkan hatinya sepenuhnya di hadapan Allah ‘azza wajalla, dia melihat kepada Allah dengan hatinya dan mengawasi-Nya, hatinya dipenuhi dengan rasa cinta dan pengagungan kepada Allah, seolah-olah dia melihat dan menyaksikan-Nya. Godaan-godaan sudah hilang darinya, sudah tidak ada lagi godaan yang jadi penghalang antara dia dengan Tuhannya. Orang yang seperti ini dibanding dengan yang lainnya jelas lebih utama sebagaimana perbedaan antara langit dan bumi, karena dia dalam shalatnya sibuk dengan Tuhannya ‘azza wajalla, dia tentram bersama-Nya.

Orang-orang di tingkat pertama akan mendapat ‘iqab, yang kedua akan dihisab, yang ketiga (shalatnya) jadi penghapus dosa-dosanya, yang ke empat mendapatkan balasan dan yang kelima menjadi orang yang akan di dekatkan kepada Allah, karena dia menjadikan ketentraman bersama Allah dalam shalatnya. Siapa saja yang tentram hatinya dengan shalat di dunia ini, maka dia akan tentram juga di akhirat karena dekat dengan Allah. Orang yang tentram hatinya bersama Allah di dunia, maka hati-hati yang lainpun akan merasa tentram karenanya, sedangkan orang yang tidak tentram hatinya bersama Allah maka jiwanya akan terpecah belah mengikuti dunia dengan penuh kerugian.

Diriwayatkan bahwa seorang hamba tatkala berdiri untuk melaksanakan shalat maka Allah ‘azza wajalla berfirman:

♥ ♥ ♥ ♥ “Angkat hijab (pembatas) antara Aku dengan hamba-Ku, namun tatkala ia berpaling maka Allah berfirman: turunkan hijab (kembali).”

Berpaling (iltifat) di sini ditafsirkan dengan berpalingnya hati orang tersebut dari Allah ‘azza wajalla kepada selain-Nya, maka ketika dia berpaling kepada selain-Nya diturunkanlah hijab antara Dia dan hamba-Nya, ketika itulah syaitan datang dengan urusan dunia, dia memperlihatkan kepada orang tersebut godaan dunia di cermin (sehingga kelihatan nyata). Jadi ketika seorang hamba menghadap Allah dengan hatinya dan dia tidak berpaling, maka syaithan tidak sanggup menghalangi antara hati tersebut dan Allah, syaithan hanya akan masuk ketika ada hijab. Ketika hamba tersebut kembali kepada Allah dan menghadirkan hatinya maka syaithan akan lari, jika dia berpaling lagi (dari Allah) maka syaithan akan datang. Demikian seterusnya antara hamba dan syaithan selama dalam shalat.

Manusia hanya akan sanggup untuk menghadirkan hatinya dalam shalat dan menyibukkan hati tersebut dalam shalat bersama dengan Tuhannya ketika dia bisa menguasai syahwat dan hawa nafsunya, kalau tidak maka hatinya akan dikuasai oleh syahwat dan dipenjara oleh nafsu, ketika itulah syaithan mendapatkan tempat untuk duduk dengan nyaman di dalamnya sehingga dengan mudah dia menggoda dengan was-was dan berbagai macam fikiran (dunia).


||||||||||||||||||||||||||||||||||||

HATI MANUSIA ADA TIGA MACAM:

• PERTAMA: Hati yang kosong dari keimanan dan kebaikan, ini adalah hati yang sudah hitam penuh dengan kegelapan, syaithan dengan tenang bisa menggodanya, karena dia telah mendapatkan tempat yang nyaman untuk rumah tempat tinggalnya, sehingga dia bisa berbuat sekehendaknya dengan sangat leluasa.

• KEDUA: Hati yang mendapat cahaya keimanan dan menyalakan lampu didalamnya, tapi masih ada bekas-bekas kegelapan syahwat dan gelombang hawa nafsu di dalamnya, maka di sini syaithan mondar-mandir tergantung situasi, di sinilah terjadi perang antara hati dan syaithan. Kondisinya berbeda antara seorang hamba dengan yang lainnya tergantung porsi kegelapan tersebut, ada orang yang waktu kemenangannya lebih banyak dibanding kekalahannya, dan sebaliknya ada juga orang yang waktu kekalahannya lebih banyak dibanding waktu kemenangannya, dan ada juga yang seimbang.

• KETIGA: HATI yang sudah dipenuhi dengan keimanan, diterangi dengan cahayanya, tirai syahwat telah menjauh dari dirinya, kegelapan sudah pergi meninggalkannya, cahaya di dalam hatinya bersinar cemerlang, sehingga ketika ada godaan syahwat yang datang maka dia (godaan tersebut) akan langsung terbakar, dia ibaratkan langit yang dijaga dengan bintang-bintang, ketika ada syaithan yang mendekat akan langsung dilemparnya hingga terbakar.

Semoga Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

________
[1] Ibnu Hibban menyebutkan dalam Masyahir Atba’it tabi’in bisy syam bahwa Hassan bin ‘Athiyah termasuk ulama yang paling mulia di zamannya, dari segi keterpercayaannya (ke tsiqahannya), keprofesionalannya, keutamaan dan kebaikannya. Lihat kitab Masyahir Ulama al-amshar nomor 1433. Atsar ini diriwayatkan oleh Abdullah bin al-Mubarak dalam kitab Az-Zuhdu wa ar-Raqaaiq



 

Islamhouse.com
Penyusun: Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Terjemah: Abu Mushlih Muhammad Thalib MZ
Editor: Eko Haryanto Abu Ziyad
________________________________________

Shared By: bicara.hidayah 2

::: KEWAJIBAN SEORANG SUAMI TERHADAP ISTRI ..





1. Memberikan mahar kepada isteri

“Berikanlah mahar kepada wanita yang kalian nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan”.(An-Nisa`:4)

“…berikanlah kepada isteri kalian maharnya dengan sempurna sebagai suatu kewajiban”.(An-Nisa`:24)

“Lihatlah apa yang boleh engkau jadikan mahar dalam pernikahanmu, walaupun hanya cincin dari besi”. (HR. Bukhari-Muslim)


2. Menjadi pelindung dan pemimpin bagi isteri

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), kerana Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya”. (Q.S. An-Nisa:34)


3. Berlemah-lembut dalam memperlakukan, mendidik dan memimpin isteri

“Bergaullah kalian dengan para isteri secara patut. Apabila kalian tidak menyukai mereka maka bersabarlah kerana mungkin kalian tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (An-Nisa`: 19)

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, janganlah dia mengganggu tetangganya, dan perlakukanlah wanita dengan baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan sesungguhnya bahagian tulang rusuk yang paling bengkok adalah bahagian atasnya. Jika engkau bermaksud meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya dan jika engkau membiarkannya, maka ia akan tetap bengkok. Oleh kerana itu, perlakukanlah wanita dengan baik”. (HR. Al-Bukhari Muslim)


4. Memberikan nafkah kepada isteri

“Hendaklah orang yang diberi kelapangan memberikan nafkah sesuai dengan kelapangannya dan barangsiapa disempitkan rezekinya maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya”. (Ath-Thalaq: 7)

“Bertakwalah kepada Allah dalam perihal wanita. Karena sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanat Allah dan dihalalkan atas kalian kemaluan mereka dengan kalimat Alah. Maka hak mereka atas kalian adalah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan cara yang ma’ruf”. (HR. Muslim)

“Engkau beri makan isterimu apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian bila engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul wajahnya, jangan menjelekkannya, dan jangan memboikotnya (mendiamkannya) kecuali di dalam rumah”. (HR. Abu Dawud)

“Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap isteri-isteri kalian dan mereka pun memiliki hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seseorang yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak boleh mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian. Sedangkan hak mereka terhadap kalian adalah kalian berbuat baik terhadap mereka dalam hal pakaian dan makanan mereka”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

“Seseorang sudah cukup berdosa apabila menyia-nyiakan siapa yang wajib diberinya makan”. (HR. Muslim)


5. Tidak menyebarkan aib isterinya

“Manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah laki-laki yang ‘mendatangi’ isterinya, dan wanita itu pun ‘mendatangi’ suaminya, kemudian ia menyebarkan rahsia isterinya”. (HR. Muslim)


6. Berbuat baik (ma’ruf) dan sabar terhadap isteri

“Dan para isteri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma’ruf”. (Al-Baqarah: 228)

“Kaum mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian ialah yang terbaik kepada isteri-isterinya”. (HR. At-Tirmidzi)

“Islam itu mempunyai tanda dan petunjuk jalan,” dan seterusnya…, di antaranya disebutkan, “Engkau memberi salam kepada keluargamu ketika menemui mereka dan engkau memberi salam kepada suatu kaum ketika melewati mereka. Siapa yang meninggalkan sesuatu dari hal itu, maka dia telah meninggalkan satu bahagian dari Islam. Dan siapa yang meninggalkan semuanya, maka ia telah berpaling dari Islam”. (HR. At-Tirmidzi)

“Barang siapa antara para suami- bersabar atas perilaku buruk dari isterinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub a.s atas kesabarannya menanggung penderitaan. Dan barang siapa antara para isteri bersabar atas perilaku buruk suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiyah, isteri fir’aun”. (HR. Nasa`i dan Ibnu Majah)


7. Membantu isteri untuk taat kepada Allah SWT, menjaganya dari api neraka, dan memberikan pengajaran agama

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….” (At-Tahrim: 6)

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Penguasa yang memimpin atas manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang mereka dan seorang pria adalah pemimpin atas keluarganya, dan ia akan ditanya tentang mereka”. (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Abu-Dawud, Ahmad)

“Semoga Allah merahmati seorang pria yang bangun malam untuk solat dan membangunkan isterinya untuk solat. Jika isterinya menolak, maka ia memercikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun malam untuk mengerjakan solat dan membangunkan suaminya untuk solat. Jika suaminya menolak, maka ia memercikkan air ke wajahnya”. (HR. An-Nasa’i)


8. Suami berhak cemburu dan menjaganya

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu dan putri-putrimu serta wanita-wanita kaum mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) hingga mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Penyayang”. (Al-Ahzab: 59)

“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: ‘Hendaklah mereka menundukkan sebahagian pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka…” (An-Nur: 31)

“… janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa tampak darinya (tidak mungkin ditutupi). Hendaklah pula mereka menutupkan kerudung mereka di atas leher-leher mereka dan jangan mereka tampakkan perhiasan mereka kecuali di hadapan suami-suami mereka, atau ayah-ayah mereka, atau ayah-ayah suami mereka (ayah mertua), atau di hadapan putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau di hadapan saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka (keponakan laki-laki), atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau di hadapan wanita-wanita mereka..” (An-Nur:31)

Dalam khutbah haji wada’ Rasulullah SAW berpesan kepada umatnya tentang banyak hal. Salah satunya adalah mengenai hidup berumah tangga. Rasulullah SAW berpesan:

“Ingatlah, berilah pesan yang baik terhadap isteri kalian. Sesungguhnya mereka memerlukan perlindunganmu. Sedikitpun kamu jangan berbuat kejam kepada mereka. Janganlah berbuat sesuatu yang melampaui batas kepada mereka, kecuali telah nyata bahawa mereka melakukan kejahatan. Jika memang mereka melakukan kejahatan, janganlah kamu menemui mereka di tempat tidur. Jika engkau telah memisahkan mereka dari tempat tidurmu, mereka masih tidak merasa bersalah, maka pukullah mereka dengan pukulan yang ringan yang tidak melukai. Apabila mereka taat, janganlah berlaku keras terhadap mereka”.

“Ingatlah, sesungguhnya isterimu mempunyai hak terhadap kalian para suami. Hak kalian terhadap isterinya adalah melarang mereka mengizinkan masuk seseorang yang tidak kamu sukai kedalam kamarmu dan tidak mengizinkan masuk orang yang tidak kamu sukai ke dalam rumahmu. Hak mereka atas kamu adalah kamu pergauli mereka dengan cara yang baik, tidak memukul mukanya, tidak boleh menjelek-jelekkannya dan memenuhi segala keperluan mereka terutama makanan dan pakaian serta tidak boleh mendiamkannya kecuali di dalam rumah”. (HR Abu Daud dan At Tirmidzi)

Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda, “Ingatlah, orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya. Orang yang paling baik budi pekertinya adalah yang paling baik perlakuannya terhadap isterinya” (HR At Tirmidzi)

“Janganlah seorang mukmin memarahi isterinya ataupun seorang wanita beriman. Jika tidak suka terhadap salah satu sifatnya, maka pasti ada sifat lainnya yang menyenangkan. Dunia ini adalah suatu kesenangan yang sementara, dan sebaik-baik kesenangan di dunia adalah wanita yang solehah” (HR Muslim)




Mutiara Hati

::: SEBUAH KISAH PERJALANAN MENDAPATKAN HIDAYAH



Wajah saudariku terlihat pucat dan tubuhnya terlihat kurus,tapi seperti biasanya dia mengisi hari-harinya untuk mentadabburi AlQur'anul karim.Jika ingin mencarinya,maka akan mudah mendapatinya karena ia selalu ditempat sholat,ruku,sujud dan berdoa menengadahkan kedua tangannya dilangit.

Saudariku ini tak pernah merasa jenuh dan bosan,sedangkan aku,aku orang yang gemar membaca majalah hiburan dan novel.kebiasaanku jugasenang menyaksikan pertunjukan-pertunjukan,hingga aku jadi terkenal dikalangan teman-temanku.memang seseorang bisa dikenal karena kebiasaan-kebiasaan yang dialakukan.

Aku tidak pernah menunaikan kewajibanku dengan baik dan disiplin dalam mengejarkan sholat 5 waktu.,kebiasaanku sehabis mandi,menonton berbagai film sehingga aku ketiduran,menjelang sholat shubuh,saudaraku selalu memanggilku untuk membangunkan aku sholat."Jangan tidur lagi sebelum kamu sholat shubuh.,tapi aku selalu menjawab"kan sholat shubuh masih satu jam lagi..ini baru pemberitahuan dari merbot mesjid saja."jawabku,begitulah Nauro selalu mengingatkanku,sebelum dia menderita penyakit parah dan sekarang hanya bisa berbaring ditempat tidur.



Suatu ketika, Nauro memanggilku."Hana,kemarilah duduk disampingku"akupun tidak bisa menolak permintaannya.kesucian hati dan kejujurannya begitu terasa,dalam hati aku bepikir"pasti dia akan berceramah dan menasehatiku'.

"Apa yang kau inginkan.?"ujarku lirih, duduklah, Jawabnya,

Lalu dia berkata lagi setelah aku duduk,dengan suara yang halus dan lembut,dia mengutip ayat Al Qur'an yang artinya." Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran:145)


Dia terdiam sejenak,kemudian dia bertanya kepadaku"Tidakkah kamu percaya tentang adanya kematian?

Ya aku percaya"jawabku..lalu dia bertanya lagi."Tidakkah kamu percaya bahwa kamu akan dihisab atas setiap dosa yang kecil dan yang besar?'benar..tapi bukankah Allah Maha Pengampun,lagi MahaPenyayang,umurku kanmasih panjang dik.."ujarku dengan penuh keyakinan

Nauro kembali bertanya"Tidakkah kamu takut dengan kematian yang tiba-tiba?tidakkah kamu lihat hindun,ia lebih muda darimu,tapi dia meninggal karena tertabrak mobil,begitu juga dengan fulanahyang tertabrak bis dan yang lainnya.Kematian itu tidak mengenal usia dan tidak memiliki ukuran hana"Kata Nauro..


Akupun mulai termenung,dan dengan suara ketakutan,aku menjawab sambil mengalihkan pembicaraan"cahaya ditempat sholat ini sangat redup,aku kan takut gelap,lalu kamu membicarakan kematian,lebih baik kita bicarakan tentang rencana berpergian dimusim liburan ini."

Tiba-tiba dia kembali berkata:"semoga saja aku bisa melakukan perjalanan jauh pada liburan tahun ini,atau mungkin berpergian ditempat lain,mungkin saja kan..hana!karena umur kan ada ditangan Allah.."


Tiba-tiba airmataku berderai dan akupun menangis terisak-isak,aku terbayang akan penyakit saudaraku yang parah,dan dokterpun telah memberitahu ayah secara diam-diam bahwa mungkin umurnya tidak akan lama lagi.

"Mengapa kamu Hana?apakah kamu sedih melihat aku sakit?"bisa saja umurku lebih panjang dari umurmu..dan dia memegang tanganku kuat-kuat sambil berkata "Hana..sesungguhnya antara kita tidak ada perbedaan dan masing-masing kita akan pergi meninggalkan dunia ini, dan bila akhir perjalanan kita terbebas dari siksaan api neraka dan dimasukkan syurga, berarti ia telah selamat, semoga Allah memberimu petunjuk, Jangan pernah kamu meninggalkan sholat Hana.. "akupun memeluknya erat-erat saudaraku ini.

**************

Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi.

Aku mendengar suara tangisan dan hiruk pikuk,sehingga aku terbangun"Ya Allah apa yang terjadi?"ungkapku.

Nauro kritis,sekarang ia dibawa ayah kerumah sakit."UjarIbuku.

Inna Lillahi wa inna ilaihi ro'jiun.."ucapku..kamipun pergi kerumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit,kami melihat pemandanganmenakjubkan,diruang UGD begitu banyak pasien yang sedang merintih kesakitan,adayang merintih karena kecelakaan hingga hilang kaki kanannya,ada juga yang sekarat,entah hidup atau mati,aku jadi merasa ngeri dan bersyukur,karena Allah masih memberikan nikmat sehat kepadaku.


Dilarang Masuk Lebih dari Satu Orang

Ini adalah ruangan khusus,aku melihat dari luar,karena giliran pertama masuk adalah Ibuku,setelah 2 menit,aku melihat ibuku keluarsambil menangis,siapa yang tega melihat salah satu putri kesayangannya terkulai lemah diruangan khusus dirumah sakit,?

saat giliran aku,akupun berkata kepadaNauro"apa khabar nauro,bukankah kemarin engkau baik-baik saja"sambil memegang tanganku dia menjawab"Alhamdulillah sekarang aku dalam keadaan baik"jawab nauro.

"Alhamdulillah,tapi mengapa tanganmu dingin sekali"tanyaku.akupun duduk ditepi ranjang sambil memegang betisnya,tetapi nauro menjauhkannya dariku,akupun bertanya:kenapa,apakah kau menyakitimu nauro?

Oh tidak,aku hanya memikirkan firman Allah Ta'ala yang artinya:" dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan kepadaTuhanmulah pada hari itu kamu dihalau(Al Qiyamah:29-30)

lalu nauro berkata: "begitu hebatnya penderitaan di saat akan mati dan ketakutan akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat yang AlQur'an gambarkan.wahai hana,doakanlah aku ,doakan aku hana..barangkali,sebentar lagi aku akan menyongsong hari pertamaku diakhirat,ia punmenangis,"sungguh perjalananku sangat jauh,tetapi bekalku sangat sedikit..."


tak terasa airmatakupun meleleh mengalir deras,"Oh nauro,akuakan selalu mendoakanmu."Peluk aku erat-erat ketubuh hana.

Sejak saat itu,hari-hari pun aku isi untuk menyendiri,aku menangis terbayang perkataan saudara kembarku ini..


Saat matahari terbenam,Nauropun memenuhi panggilan IllahiRobby untuk beristirahat dengan tenang.

Sesungguhnya kami adalah milik Allahdan kepada-Nya-lah kami kembali..

Aku sangat sedih,tak berapa lama,orang-orang berdatangan untuk takziyah terdengar ramai,namun hatiku merasa sunyi..

"Ya Allah..dimanakah diriku?dan apa yang terjadi pada diriku?kondisiku telah begitu lemah dan telah habis airmataku untuk menangis menerima kenyataan ini.

Selanjutnya ayahku menarik tanganku untuk menemui saudaraku nauro,akupun mencium keningnya,sebagai tanda perpisahan dariku,tidak ada lagiyang aku lihat kecuali satu hal,dia terbaring diranjang dengan senyum dan ketenangan.akupun teringat perkataanya:

" dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan kepadaTuhanmulah pada hari itu kamu dihalau, sungguhperjananku sangat jauh,tetapi bekalku sangat sedikit."

'aku jadi tambah terhanyut dalam kesedihan,sehingga aku pingsan tak sadarkan diri,aku tersadar saat berada ditempat sholat,dimana biasanya nauro sholat,membaca Al Qur'an ditempat itu..



Aku jadi teringat orang yang selama in menemaniku dari dalam rahim Ibu,karena kami saudara kembar.

Aku teringat orang yang selama ini menemaniku dalam kesulitan,membantuku menyelesaikan permasalahan.

Dan aku teringat akan orang yang selama ini berusaha menunjuki diriku kepada hidayah.

Dialah, yang selama ini selalu mengucurkan airmatanya pada malam hari,dan menasehatiku tentang kematian,hariperhitungan dan keberadaan Allah Azza Wa Jalla,Dzat ,sebaik-baik tempat kembalidan berlindung.

Malam ini merupakan malam pertamanyadidalam kubur.akupun bermunajat kepada Allah dengan suara lirih dan penuhharap;"Ya Allah,rahmatillah Nauro,dan terangi didalam kuburnya".Akupun teringat dengan barang-barang miliknya,aku teringat akan mushaf Al Qur'an yang selalu ia baca.Aku teringat akan sajadah yang selalu ia gunakan untuk bersujud..bahkan aku teringat gaun motif bunga dan perkatannya"ya hana,gaun muslim bermotifbunga ini akan kugunakan pada hari pernikahanku nanti.."



Aku teringat padanya..dan aku tak tahan untuk menangis..

Aku menangis atas hari-hariku yang selama ini telah kujalani dengan sia-sia..

Aku menangis atas dosa-dosaku yang terlampau banyak..

Begitu banyak dosa yang telah kuperbuat..

Begitu sedikit amal kebaikan yang kulakukan

Aku sering menganggap remeh melakukan amal kebaikan

Tidak hanya menunda melakukannya ,tapi juga membatalkan melakukan amal kebaikan.

Aku juga sering menganggap remeh orang orang yang sholeh..

Apalagi Orang yang berseru dijalan kebaikan

Bagiku dulu mereka adalah orang sok alim atau sok suci..

Astaghfirullah hal adzim..

Astaghfirullah hal adzim..

Astaghfirullah hal adzim..

Dan akupun menangis terus tiada henti..

Aku mulai intropeksi diri dan mulai memperbarui pemahamanku

Memang tidak ada orang yang suci,bebas dari dosa didunia ini. kecuali Rasulullah..

Oleh karena itu orang yang cepat bertaubat, dan memohon ampun kepada Allah setiap waktu adalah suatu keharusan

Bisa saja kita melakukan dosa yangtidak kita ketahui. Beristighfarlah dimana saja..

Karena kita tidak tahu dari mana Allah akan memberikan ampunan kepada kita

Dan orang-orang yang ikhlas menyerupada kebaikan lebih baik menurutku

Dari pada orang yang hanya diam saja,atau malah menyeru pada keburukan..

Malam itu,aku meng-azzamkan diri untuk berubah.

Kumunajatkan doa kepada Allah Subhanahuwa ta'ala dengan penuh harap,agar DIA merahmatiku,menerima taubatku,dan mengampuni dosa-dosaku.Aku pun mulai memakai jilbab secara istiqomah..Aku tidak mau mati dalam keadaan aurat yang terbuka..

Dan akupun berdoa kepada Allah, agar dia meneguhkan saudariku dialam kuburnya , sebagaimana nauro biasa berharap dalam doanya.

Tiba-tiba hati kecilku lirih bertanya-tanya,apa gerangan yang terjadi jika seandainya sekarang akau mati? kemana tempat kembaliku?akupun tidak mau mencari jawabannya karena rasa takut atas azab yangakan menimpaku kelak.. Astaghfirullah hal adzim..akupun menangis tersedu-sedu.


"Allahu Akbar..Allahu Akbar.." Adzan Shubuh telah menggema,tak terasa kesendirian dan renunganku telah mengantarkanku sampai waktu shubuh.akan tetapi pagi ini,dimana adzanya telah menggema dan memecah kesunyian malam,aku merasa sangat senang dan bahagia.bibirku pun ikut serta menirukan apa yang dibaca oleh sang Muadzin.akupun segera berdiri memenuhi panggilan dan menghadap-Nya,dan aku mengerjakan sholah shubuh dengan khusyu,seolah-olah itu adalah sholat perpisahan, sholat terakhirku, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh saudariku kemarin,dan itu adalah sholat yang terakhir yang dilakukannya,setelah itu aku tekadkan dalam hati.


"Mulai saat ini, aku tekadkan diri,jika aku masuk waktu pagi,jangan pernah menunggu waktu sore,dan jika aku masuk waktu sore, maka tidak akan pernah menunggu waktu pagi.."



Sumber:Keindahan Hidayah, Indahnya perjalanan ini
Semoga bermanfaat ..

::: HIKMAH DAN MAKNA SHALAWAT ..



MAKNA SHALAWAT

Di dalam Bahasa Arab, lafaz صَلَوَات merupakan bentuk jamak dari صَلاَة yang mempunyai asal kata صَلىَّ - يُصَلىِّ yang berarti berdoa atau memohon. Dalam perkembangannya, penggunaan kata-kata tersebut semakin bermacam-macam sehingga artinya pun menjadi beraneka ragam, diantaranya ia menjadi nama salah satu bentuk ibadah umat Islam, yaitu shalat, karena shalat merupakan salah satu bentuk apresiasi-aplikatif penyembahan dan permohonan seorang hamba kepada Tuhannya.

Selain itu, ia juga dapat berarti pujian, rahmat dan ampunan untuk Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, tergantung siapa yang melakukannya. Perbuatan seperti ini, masyarakat Indonesia menamakannya shalawat. Tidak diketahui kapan dan siapa yang pertama kali menyebutnya demikian, sebab al-Quran menamai perbuatan untuk Nabi صلى الله عليه وسلم tersebut dengan shalat, bukan dengan shalawat. Tetapi yang jelas, ini dapat memudahkan kita dalam membedakan pelaksanaan ibadah shalat dan pengucapan shalat (baca: shalawat) atas Rasulullah صلى الله عليه وسلم

Ibn Mandzur menjelaskan di dalam bukunya Lisan al-‘Arab, shalawat atas nabi itu dapat berasal dari tiga macam, yaitu Allah, malaikat dan manusia—sebagaimana dikemukakan ayat 56 surat al-Ahzab. Shalawat yang berasal dari Allah artinya Dia memberikan rahmat serta kasih sayang-Nya kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم . Apabila para malaikat mengucapkan shalawat, artinya mereka memohonkan ampun untuk rasul kepada Allah. Sedangkan bila ia diucapkan oleh manusia, itu merupakan permohonan manusia kepada Allah agar mencurahkan karunia rahmat-Nya kepada Rasulullah beserta alam seisinya.


TATA CARA BERSHALAWAT ATAS NABI MUHAMMAD صلى الله عليه وسلم

Al-Quran surat al-Ahzab ayat 56 memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa bershalawat atas Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Akan tetapi pengucapan shalawat itu harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah diajarkan Allah dan nabi-Nya, sebab ia merupakan bentuk doa sekaligus penghormatan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم.


1) SEBAIKNYA BERSHALAWAT UNTUK NABI DAN KELUARGA

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda di dalam salah satu hadisnya:

>> “Janganlah kalian bershalawat untukku dengan shalawat al-batra’ (terputus/tanggung)”. Para sahabat bertanya, “Apakah shalawat al-batra’ itu?” Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, “Yaitu kalian mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad (ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad) lalu kalian diam, tetapi ucapkanlah allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad (ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad).” (Al-Hadis)

Hadis ini mengajarkan agar manusia jangan menjadi orang yang pelit (kikir; lokek) serta tanggung dalam bershalawat, yakni hanya cukup mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad, akan tetapi harus lengkap membawa keluarga Nabi صلى الله عليه وسلم, yaitu dengan mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad. Ini dikarenakan bahwa nabi adalah bagian dari keluarga, begitu pula keluarganya merupakan bagian dari diri nabi. Sebagaimana Rasulullah menjelaskan:

>> Rasulullah صلى الله عليه وسلم berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya mereka (keluarga nabi) adalah bagian dari diriku dan diriku juga bagian dari mereka, maka jadikanlah keberkahan, rahmat, ampunan serta keridhaan-Mu untukku dan mereka (keluargaku).” (Al-Hadist)

Berdasarkan hadis di atas, para ulama menetapkan bahwa sedikit-dikitnya bacaan shalawat adalah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ


2) BILANGAN BACAAN SHALAWAT

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan al-Tirmizi, bahwasanya pernah suatu ketika seseorang datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu ia berkata :

>> “Sesungguhnya aku mampu membaca banyak shalawat bagimu, maka berapa lamakah aku dapat membaca shalawatku untukmu?” Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, “Terserah kamu”. Ia berkata, “Apakah seperempat hari?” Beliau menjawab, “Terserah kamu. Apabila kamu dapat menambahnya maka itu lebih baik bagimu”. Ia berkata, “Apakah setengah hari?” Beliau menjawab, “Terserah kamu. Apabila kamu dapat menambahnya maka itu lebih baik bagimu”. Ia berkata, “Apakah dua pertiga hari?” Beliau menjawab, “Terserah kamu. Apabila kamu dapat menambahnya maka itu lebih baik bagimu”. Ia berkata, “Aku akan membaca shalawatku bagimu sepanjang hari”. Nabi berkata, “Kalau itu mencukupi bagimu maka bertekadlah melaksanakannya dan semoga Allah mengampuni dosa-dosamu.” (HR. Ahmad, al-Tirmizi dan selainnya)


Hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa tidak ada batasan seorang muslim membaca shalawat untuk nabinya, bahkan semakin banyak dan sering ia bershalawat maka akan semakin banyak pula kebaikan yang didapat. Tidak ada yang dapat membalas itu semua kecuali Allah سبحانه وتعالى dengan menganugerahkan berbagai kebaikan dan ampunan sepanjang hidup orang yang mau selalu membaca shalawat untuk utusan Allah yang mulia.


3) BERBAGAI MACAM JENIS SHALAWAT

Rasulullah صلى الله عليه وسلم sepanjang hidupnya selalu mendoakan umatnya agar selalu mendapat hidayah, rahmat dan ampunan dari Allah. Maka sudah sepantasnya bila Allah memerintahkan kepada umatnya yang beriman agar senantiasa mendoakan beliau supaya selalu mendapat rahmat Allah sehingga tampaklah kemuliannya di seluruh alam semesta ini. Allah سبحانه وتعالى berfirman di dalam al-Qur’an:

يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

“Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Berikut ini adalah beberapa jenis shalawat yang diajarkan Rasulullah—selain yang telah dikemukakan di atas—yang harus selalu diamalkan oleh seluruh umatnya yang beriman.

PERTAMA, Diriwayatkan dari Imam al-Bukhari di dalam shahih-nya melalui jalur sanad Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata:
>> “Katanya Rasulullah ditanya, “Wahai Rasulullah, adapun mengucapkan salam kepadamu kami telah tahu, maka bagaimana cara mengucapkan shalawat?” Nabi menjawab, “Ucapkanlah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

(Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.)” (HR. al-Bukhari)


KEDUA, Imam Abu Daud meriwayatkan suatu hadis:

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

♥ ♥ ♥ ♥ “Barangsiapa yang suka dibayar (mendapat) pahala yang banyak (sempurna) ketika ia bershalawat untuk kami, ahlul bait, maka ucapkanlah :

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ وَأزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ اْلـمُؤْمِنِيْنَ وَذُرِّيَتِهِ وَأهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

(Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad, istri-istrinya ibunya kaum mukminin, keturunannya, dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.)” (HR. Abu Daud)



KEUTAMAAN BERSHALAWAT ATAS NABI MUHAMMAD صلى الله عليه وسلم

Allah سبحانه وتعالى mengajak hamba-hamba-Nya untuk bershalawat atas Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tentu bukan tanpa manfaat dan hikmah, khususnya bagi mereka yang membacanya. Diantara beberapa keutamaan bershalawat adalah:

Mendapat syafa‘at al-‘uzma Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم di hari kiamat nanti pada saat kebangkitan di saat seluruh umat manusia berusaha mencari pertolongan demi keselamatan diri mereka. Hal ini sebagaimana dikemukakan Rasulullah صلى الله عليه وسلم di dalam hadisnya:

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau bersabda,

>> “Apabila kalian mendengar muadzdzin sedang adzan maka jawablah seperti apa yang ia katakan kemudian bershalawatlah atasku karena sesungguhnya orang yang bershalawat atasku sekali maka Allah akan bershalawat (merahmati) untuknya sepuluh kali lipat. Lalu memohonlah kepada Allah suatu perantara untukku karena sesungguhnya derajat di surga tidak akan diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap supaya aku menjadi hamba tersebut. Maka barangsiapa yang memohon kepada Allah bagiku suatu perantara maka ia akan mendapatkan syafaatku di hari kiamat.” (HR. Muslim)


Mendapatkan pahala kebaikan berlipat ganda sebagaimana dijelaskan dalam hadis di atas.

Dimudahkan oleh Allah segala urusannya, baik di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 56 memberitakan keagungan dan kemuliaan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم di antara seluruh makhluk yang ada di ‘arsy, langit, bumi dan alam semesta. Begitu agungnya sehingga Allah yang menciptakannya beserta para malaikat memujinya dan selalu bershalawat untuknya. Oleh karena itu, bila Allah saja membaca shalawat maka manusia, terutama orang-orang yang beriman harus ikut memuji dan bershalawat kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم

Membaca shalawat, selain bernilai ibadah, juga termasuk salah satu cara menghormati dan memuliakan nabi.

Namun, membaca shalawat saja tidaklah cukup dan justru tidak akan mendapatkan syafaat beliau jika tidak dibarengi menjadikannya teladan dalam kehidupan, mematuhi segala perintah dan ajarannya, serta meninggalkan segala larangan dan perkara yang dibencinya. Apabila hal itu tidak dilaksanakan, maka bukan syafaat dan surga yang didapat, akan tetapi neraka dan murka Allah sebab ini termasuk perbuatan yang menyakiti Allah dan rasul-Nya. Di dalam al-Qur’an dijelaskan:


>> “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat serta menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (al-Ahzab: 57 – 58)



Wallahu a'lam bishawab
Semoga bermanfaat ..


Sumber ref :

1) Ahmad bin ‘Abdul Halim bin Taimiyyah al-Harani, Kutub wa Rasail wa Fatawa Ibn Taimiyyah fi al-‘Aqidah, Juz 1, (Maktabah Ibnu Taymiyyah, tth.)

2) Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Hajar al-Haitami, al-Shawa‘iq al-Muharriqah, (Beirut, Muassisah al-Risalah, 1997)

3) Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Jilid 7 dan 8, (Dar al-Fikr, 1973)

4) Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Jayamurni, 1970)

5) Hasan Mughni, Syair-Syair dan Nadoman (Basa Sunda) Ngamuat Pelajaran Agama, (Kuningan, tth.)

6) Husin al-Habsyi, Kamu al-Kautsar, (Surabaya: PP. Assegaff dan PP. Alawy, 1977)

7) Rus’an, Lintasan Sejarah Islam di Zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم, (Semarang: Wicaksana, 1981).(miftah19.wp.com)

::: CARILAH TEMAN DAN BERSAHABAT KARENA ALLAH ..







Sahabat yang dikasihi Allah,
Setiap manusia senantiasa ingin sahabat yang akan bersama-samanya semasa susah dan senang. Keperluan kepada sahabat adalah fitrah manusia. Rasulullah s.a.w sendiri mempunyai sahabat-sahabat yang setia, yang sentiasa bersama-sama baginda di dalam menjalankan kerja-kerja dakwah dan tarbiyah, bermula di Mekah dan seterusnya di Madinah hingga tertegaknya Daulah Islamiyah di Madinah.

Kita juga perlu seorang sahabat, melalui sahabatlah kita akan mendapat menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi. Sahabat adalah penasihat utama kita, bila penasihat itu baik, maka jadi baiklah kita, begitu juga apabila penasihat itu tidak baik maka akan berlaku sebaliknya.

Dari Abu Hurairah r.a sabda Rasulullah s.a.w :
"Seseorang itu atas agama (perjalanan) sahabatnya, maka hendaklah seseorang kamu memerhatikan siapa harus di pilih menjadi sahabat."
(Hadis Riwayat Abu Daud, At-Tarmizi dan al-Hakim)


Berdasarkan hadis di atas Rasulullah menyatakan bahawa apabila kita ingin mencari sahabat maka hendaklah cari sahabat yang mendekatkan kepada agama, berbudi pekerti dan akhlak yang baik, tidak fasik, tidak selalu melihat pada hal keduniawian saja . Jika dia seorang ahli agama maka kita juga akan menjadi ahli agama. Jika sebaliknya kita memilih sahabat yang suka kepada maksiat kita juga akan terdorong untuk melakukan maksiat.


Bersahabatlah karena Allah

Ingatlah wahai saudaraku -semoga Allah menunujuki kita untuk taat kepada-Nya-, bahwa tujuan kita bersahabat adalah senantiasa untuk mengaharap ridho Allah Ta'ala. Dan janganlah sekali-kali persahabatan tersebut dijadikan untuk mendapatkan kepentingan dunia semata.

Persahabatan yang dilandaskan saling cinta karena Allah itulah yang akan mendapatkan manisnya iman, sebagaimana Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya,"Ada tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya akan mendapatkan manisnya iman, yaitu Allah dan Rosul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah membebaskan darinya sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api." (HR. Bukhari)

Di samping itu, persahabatan seperti inilah yang akan kekal hingga hari kiamat nanti, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman yang artinya,"Teman-teman akrab pada hari (kiamat) nanti sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa."(QS. Az Zukhruf : 67).

Imam Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan bahwa setiap persahabatan yang dilandasi cinta karena selain Allah, maka pada hari kiamat nanti akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan. Kecuali persahabatannya dilandasi cinta karena Allah ‘azza wa jalla, inilah yang kekal selamanya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Maka perhatikanlah wahai saudaraku, sudah benarkah niat kita dalam bersahabat? Apakah persahabatan tersebut hanya untuk menyelesaikan urusan duniawi semata? Setelah urusan tersebut selesai, kita meninggalkan sahabat kita .. Ingatlah, persahabatan yang benar adalah persahabatan yang dilandasi cinta karena Allah, yaitu seseorang mencintai sahabatnya karena tauhid yang dia miliki, pengagungan dia kepada Allah, dan semangatnya dalam mengikuti sunnah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam.


Firman Allah subhana wa Ta'ala :
"Dan jadikanlah dirimu sentiasa berdamping rapat dengan orang-orang yang beribadat kepada Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang, yang mengharapkan keredhan Allah semata-mata dan janganlah engkau memalingkan pandanganmu daripada mereka hanya karena engkau inginkan kesenangan hidup di dunia; dan janganlah engkau mematuhi orang yang Kami lalaikan hatinya dari mengingati dan mematuhi pengajaran Kami di dalam Al-Quran, serta dia menurut hawa nafsunya, dan tingkah lakunya pula adalah melampaui kebenaran,"
(Surah Al-Kahfi ayat 28)


Berdasarkan ayat di atas terdapat tiga pengajaran yang boleh kita ambil :

1.Bersahabatlah dengan orang-orang yang sentiasa beribadat kepada Allah dan mengharap keredhan-Nya.

2.Jangan menjauhi diri dari orang-orang ahli ibadat, semata-mata karena mengejar kesenangan dunia.

3.Jangan bersahabat dengan orang-orang fasik serta mematuhi dan mengikut perbuatannya.


Sahabat yang dimuliakan,

Ulama' Salaf ada memberi nasehat :

"Carilah banyak sahabat yang solih, dan taatlah kepada Allah dengan sebenar-benar taat. karena sesungguhnya tiap-tiap mukmin itu mempunyai syafaat. Maka semoga engkau dapat masuk ke dalam syafaat sahabatmu. Orang-orang beriman dan beramal soleh dapat memberi syafaat (pertolongan) kepada sahabat-sahabatnya dan membawa masuk kedalam Syurga. Dikatakan juga , apabila Allah s.w.t. mengampunkan dosa seseorang, maka orang tersebut akan dapat memberi syafaat kepada sahabat-sahabatnya., atas seijin Allah. Karena hanya milik Allah lah segala syafaat. Dan Allah memberi rahmat bagi sesiapa yang Dia kehendaki.

Dan hanya kepada Allah lah orang-orang mukmin bertawakal (QS Ali Imran : 160)


"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasulnya (Muhammad), maka mereka bersama-sama orang-orang yang diberi ni'mat oleh Allah atas mereka dari para Nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shaleh, dan mereka itulah teman sebaik-baiknya ( QS An Nisaa : 69)


“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang solih dan orang yang jahat adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan tukang besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak wangi olehnya, engkau boleh membeli darinya atau sekurang-kurangnya dapat baunya. Adapun berteman dengan tukang besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, paling kurang engkau dapat baunya yang tidak elok.”
(Hadis Riwayat Imam al- Bukhari dari Abu Musa.)


"Barangsiapa menutup rahasia saudaranya, niscaya Allah akan menutup rahasianya di dunia dan akhirat."
(Hadis Riwayat Ibnu Majah)

"Janganlah kamu bermusuh-musuhan, jangan benci-membenci, jangan dengki-mendengki, jangan berputus hubungan antara satu sama lain, dan jadilah kamu sekalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara."
(Hadis Riwayat Muslim)



Bila kita bersahabat dengan sahabat yang baik dan sejati karena untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah, maka semoga kelak Allah mengumpulkan kembali bersama di akhirat dalam naungan dan kecintaan Nya . aamiin.




Wallahu a'lam bishawab
Semoga bermanfaat ..

::: MENDIRIKAN DAN MERASAKAN MANFAAT SHALAT


Bismillahirahmannirahim,

Sahabat Fillah....
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim. Sebuah ibadah mulia yang mempunyai peran penting bagi keislaman seseorang. Sehingga Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam mengibaratkan shalat seperti pondasi dalam sebuah bangunan.

Beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

Islam dibangun di atas lima hal:
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak disembah dengan benar kecuali Allâh
dan Nabi Muhammad adalah utusan Allâh,
menegakkan shalat…. (HR Bukhâri dan Muslim)


Timbul pertanyaan, apakah masing-masing kaum muslimin sama dalam menikmati shalat ini? Apakah juga mendapatkan hasil yang sama? Perlu kita ketahui bahwa setiap amal shalih membawa pengaruh baik kepada pelaku-pelakunya. Pengaruh ini akan semakin besar sesuai dengan keikhlasan dan kebenaran amalan tersebut. Dan pernahkah kita bertanya, “Apakah manfaat dari shalatku?” atau “Sudahkah aku merasakan manfaat shalat?”


Imam Hasan al-Bashri rahimahullâh pernah mengatakan:

“Wahai, anak manusia. Shalat adalah perkara yang dapat menghalangimu dari maksiat dan kemungkaran.
Jika shalat tidak menghalangimu dari kemaksiatan dan kemungkaran, maka hakikatnya engkau belum shalat”.


 

Perbedaan antara mendirikan / menegakkan shalat dan mengerjakan shalat

Banyak yang mengerjakan sholat , namun masih sedikit orang yang mampu menegakkan atau mendirikannya.

Sudahkah kita menegakkan dan mendirikan sholat?”

Jangan sampai kita hanya melaksanakan sholat , namun ternyata kita baru mengerjakannya saja, belum sampai menegakkan sholat dan merasakan manfaat sholat itu sendiri. Ketika dalam keseharian kita senantiasa merasa dalam pengawasan Allah, maka tidak ada ruang bagi diri untuk mengkhianati Nya. Ketika itulah sholatnya telah mampu menghindarkan dirinya dari perbuatan yang tidak Allah sukai. Shalatnya semakin membuat diri semakin tunduk dan hina dihadapan Nya, sholatnya semakin membuat diri merasa malu akan banyaknya ni'kmat yang tak terhitung. Shalatnya akan membuat diri menyesal dan membuka hati untuk selalu bertaubat. Shalatnya akan menghantarkan pada sifat kedermawanan dan kasih sayang terhadap sesama dan seluruh makhluk.


Hendaknya engkau berbuat Ihsan. Apakah Ihsan itu ?
Engkau takut dan beribadah kepada Allah , seakan-akan engkau melihat-Nya, namun jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim)


Apakah Tujuan kita mendirikan sholat ?

Petunjuk Allah dalam Al –Qur’an, yang artinya

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.” (QS Thaha 20: 14)


Tujuan mendirikan sholat adalah untuk mengingat Allah , menuju kepada Allah, seolah dihadapan atau berjumpa ke hadhirat Allah untuk menyembahNya, sehingga kita dapat terhubung / sampai kepada Allah dalam upaya kita untuk mendapatkan pertolongan Allah.

Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan”


“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS al Baqarah 2 : 153)
Allah berfirman yang artinya,

“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).


Bagaimana shalat yang khusyu', yang mampu memperoleh manfaat bagi diri :

Pertama, Hadirkan hati kita baik sebelum wudhlu untuk shalat maupun ketika kita sedang shalat. Hadirkan hati kita bahwa ketika kita akan shalat, kita akan menghadap Pencipta dari Alam semesta ini, pencipta diri kita, Satu-satunya dzat yang Maha Agung, Maha Kuasa atas setiap makhlukNYA. Dan ketika sedang shalat, hadirkan hati kita bahwa pada saat itu, kita sedang berhadapan langsung dengan Dzat yang Maha Agung .

Kedua, Perlama waktu sujud kita, sebab salah satu waktu paling dekat seorang hamba dengan penciptanya adalah ketika Sujud,

Ketiga, Hayatilah arti setiap bacaan dan gerakan dalam shalat dengan tenang dan tuma'ninah.

Keempat, Tumbuhkan rasa malu (Haya') dan Raja' (takut) akan Kebesaran Allah dan mengharap ampunan


Disini kita bisa memahami bahwa shalat yang dilakukan secara benar akan membawa pengaruh positif kepada pelakunya.

1. Shalat adalah simbol ketenangan.

Shalat menunjukkan ketenangan jiwa dan kesucian hati para pelakunya. Ketika menegakkan shalat dengan sebenarnya, maka diraihlah puncak kebahagiaan hati dan sumber segala ketenangan jiwa.

Dahulu, orang-orang shalih mendapatkan ketenangan dan pelepas segala permasalahan ketika mereka tenggelam dalam kekhusyu’kan shalat. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud rahimahullâh dalam Sunan-nya:

Suatu hari ‘Abdullah bin Muhammad al- Hanafiyah rahimahullâh pergi bersama bapaknya menjenguk saudara mereka dari kalangan Anshar. Kemudian datanglah waktu shalat. Dia pun memanggil pelayannya,

”Wahai pelayan, ambillah air wudhu! Semoga dengan shalat aku bisa beristirahat,” Kami pun mengingkari perkataannya. Dia berkata: “Aku mendengar Nabi Muhammad bersabda, ’Berdirilah ya Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat!’.”

Marilah kita mengintrospeksi diri, sudahkah ketenangan seperti ini kita dapatkan dalam shalat-shalat kita? Sudah sangat banyak shalat yang kita tunaikan, tetapi pernahkah kita berfikir manfaat shalat ini? Atau rutinitas shalat yang kita tegakkan sehari-hari?


2. Shalat adalah cahaya.

Ambillah cahaya dari shalat-shalat kita. Ingatlah, cahaya shalat bukanlah cahaya biasa. Dia cahaya yang diberikan oleh Penguasa alam semesta ini. Diberikan untuk menunjuki manusia ke jalan yang lurus, yaitu jalan ketaatan kepada Allâh Rabul ‘alamin.


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullâh, dari sahabat Abu Mâlik al-’Asy’ari radhiyallâhu'anhu, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: (dan shalat itu adalah cahaya).


Oleh karena itu, marilah menengok diri kita, sudahkah cahaya ini menerangi kehidupan kita? Dan sungguh sangat mudah jika kita ingin mengetahui apakah shalat telah mendatangkan cahaya bagi kita? Yakni dapat lihat, apakah shalat membawa ketaatan kepada Allâh dan menjauhkan kita dari bermaksiat kepada-Nya? Jika sudah, berarti shalat itu telah menjadi sumber cahaya bagi kehidupan kita. Inilah cahaya awal yang dirasakan manusia di dunia. Dan kelak di akhirat, ia akan menjadi cahaya yang sangat dibutuhkan, yang menyelamatkannya dari berbagai kegelapan sampai mengantarkannya kepada surga Allâh Ta'ala .


3. Shalat sebagai obat dari kelalaian.

Lalai adalah penyakit berbahaya yang menimpa banyak manusia. Lalai mengantarkan manusia kepada berbagai kesesatan, bahkan menjadikan manusia tenggelam di dalamnya. Mereka akan menanggung akibat dari kelalaian yang mereka alami di dunia maupun di akhirat kelak. Sehingga lalai menjadi penutup yang menutupi hati manusia. Hati yang tertutup kelalaian, menyebabkan kebaikan akan sulit sampai padanya. Tetapi menegakkan shalat sesuai dengan syarat dan rukunnya, dengan menjaga sunnah dan khusyu di dalamnya, insya Allâh akan menjadi obat paling mujarab dari kelalaian ini, membersihkan hati dari kotoran-kotorannya.

Allâh Ta'ala berfirman:
Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Qs. al-A’raaf/7:205)

Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:
Barang siapa yang menjaga shalat-shalat wajib,
maka ia tidak akan ditulis sebagai orang-orang yang lalai.


4. Shalat sebagai solusi problematika hidup.

Sudah menjadi sifat dasar manusia ketika dia tertimpa musibah dan cobaan, dia akan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahannya. Maka tidak ada cara yang lebih manjur dan lebih hebat dari shalat. Shalat adalah sebaik-baik solusi dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan kesulitan hidup. Karena tidak ada cara yang lebih baik dalam mendekatkan diri seseorang dengan Rabb-nya kecuali dengan shalat.


Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dalam sabdanya mengucapkan:

Posisi paling dekat seorang hamba dengan Rabbnya yaitu ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa. (HR Muslim)

Inilah di antara manfaat shalat yang sangat agung, mendekatkan hamba dengan Dzat yang paling ia butuhkan dalam menyelesaikan problem hidupnya. Maka, kita jangan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Jangan sampai kita lalai dalam detik-detik shalat kita. Jangan pula terburu-buru dalam shalat kita, seakan tidak ada manfaat padanya. Shalat bisa menjadi sarana menakjubkan untuk mendatangkan pertolongan dan dukungan Allâh Ta'ala.


5. Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Sebagaimana telah kita fahami, bahwasanya shalat akan membawa cahaya yang menunjukkan pelakunya kepada ketaatan. Bersamaan dengan itu, maka shalat akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana hal ini difirmankan Allâh Ta'ala :

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Al-Qur‘an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allâh (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allâh mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. al-Ankabût/29:45)


6. Shalat menghapuskan dosa.

Selain mendatangkan pahala bagi pelakunya, shalat juga menjadi penghapus dosa, membersihkan manusia dari dosa-dosa yang pernah dilakukannya.

Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

“Apa pendapat kalian, jika di depan pintu salah seorang dari kalian ada sungai (mengalir); dia mandi darinya lima kali dalam sehari, apakah tersisa kotoran darinya?”
Para sahabat menjawab: “Tidak akan tertinggal kotoran sedikitpun”. Beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Demikianlah shalat lima waktu,
Allâh Ta'ala menghapuskan dengannya kesalahan-kesalahan”.
(HR Bukhâri dan Muslim)


Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda :

Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang bertugas mengumandangkan seruan setiap kali shalat, " Wahai anak cucu Adam, bangkitlah menuju ke api yang kalian nyalakan untuk diri sendiri, maka padamkanlah "
(HR. Ath Thabrani)


Inilah sebagian manfaat shalat yang tak terhingga banyaknya, dari yang kita ketahui maupun yang tersimpan di sisi Allâh Ta'ala. Oleh karena itu, marilah kita memperhatikan diri kita , sudahkah kita mendirikan shalat dan mampu merasakan manfaat-manfaat tersebut ? Ataukah kita masih menjadikan shalat hanya sebagai salah satu rutinitas hidup/penggugur kewajiban saja ?

Semoga Allah membukakan hati dan memberi kita kemampuan. Aamiin.


Wallahu a'lam bishawab

::: KEUTAMAAN SHOLAT TEPAT WAKTU




Bismillahirrhmannirahim,

Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)


Mendirikan shalat sudah menjadi rutinitas muslim, karena memang itu salah satu hal yang wajib dari perintah wajib lainnya yang harus ditunaikan. Begitu pentingnya shalat ini sehingga tidak ada ruang untuk kita melalaikannya (terutama bagi laki-laki yang sudah baligh); tidak mampu berdiri, kita bisa dengan duduk, tidak bisa duduk dengan berbaring, dan sebagainya sampai kita bisa melakukannya. Atau ketika tidak ada air kita bisa bertayamum, ketika dalam perjalanan kita bisa mengatur waktu shalat kita dengan menjamak atau mengqashar shalat kita. Inilah yang membedakan shalat dengan ibadah lain.


Oleh karena itu, hendaklah kita sebagai seorang muslim terus meningkatkan kualitas ibadah shalat yang kita lakukan setiap harinya dengan baik dan benar. Benar dalam arti sesuai dengan Sunnah, Baik dalam arti mengerjakannya Semata-mata hanya karena Allah dan melaksanakan shalat dengan tidak menunda-nunda waktunya.


Ketika Adzan berkumandang ..

Sudahkah kita menyegerakan shalat ?

Sudahkah kita memenuhi langsung seruan Allah ?

Saat waktu shalat tiba, tidak ada yang lebih penting untuk dilakukan selain mendirikan shalat dan bergegaslah mencari air untuk berwudhu lalu segera shalat.

Senang rasanya bila senantiasa bisa shalat tepat pada waktunya, apalagi shalatnya berjamaah di Masjid.
Selain mempunyai keutamaan dua puluh tujuh kali lipat dibanding shalat sendirian di rumah, seiring dengan itu ingin membangun prestasi dalam shalat. Setiap mukmin seharusnya ada keinginan untuk menjadi yang terbaik di hadapan Allah.


“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.(QS 67:1-2)


Bukankah amal shalat yang pertama akan dihisab nanti di akhirat, seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, “Yang pertama dihisab dari amalan hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, ia beruntung dan selamat. Akan tetapi jika shalatnya kurang, ia merugi.”

Ini kutipan ayat, kita dianjurkan untuk memakmurkan masjid “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman pada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat” Surah At-Taubah ayat 18.


Utsman bin ‘Affan RA berkata; “Barang siapa selalu mengerjakan shalat lima waktu tepat pada waktu utamanya, maka Allah akan memuliakannya dengan sembilan macam kemuliaan, yaitu :

* Dicintai Allah
* Badannya selalu sehat;
* Keberadaannya selalu dijaga malaikat;
* Rumahnya diberkahi;
* Wajahnya menampakkan jati diri orang shalih;
* Hatinya dilunakkan oleh Allah;
* Dia akan menyeberang Shirath (jembatan di atas neraka) seperti kilat;
* Dia akan diselamatkan Allah dari api neraka; dan
* Allah Akan menempatkannya di surga kelak bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih hati”


Abul Aliyah mengatakan, “Aku akan bepergian beberapa hari untuk menemui seseorang, dan yang pertama kali akan kulihat darinya yaitu "shalatnya ". Jika ia mendirikan shalat dengan sempurna dan tepat waktu, maka aku akan bersamanya, dan mengambil ilmu darinya. Jika kutemukan ia tidak mempedulikan shalat, maka aku akan meninggalkannya dan mengatakan kepada diriku bahwa selain daripada itu (shalat), pastilah dia lebih tidak peduli lagi”


Sudahkah anda shalat 5 waktu ?
Sudah baik dan benar kah shalat anda ?
Berjama’ah kah ?
Dan sudah tepat waktu kah ?


Ya Allah , kami hadapkan wajah kami di hadapan-MU semata-mata untuk mengharapkan Ridha & Cinta MU
Maha Besar Engkau ya Allah ,
dan Segala Puji hanya bagiMU ..



Wallahu a'lam bishawab,
Sumber : dakwatuna.com

::: TINJAUAN MEDIS TENTANG SUNAH RASUL LARANGAN MAKAN & MINUM SAMBIL BERDIRI ...



Bismillahirrahmannirahim,

Dari Anas dan Qatadah radhiallaahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri”. Qotadah berkata:”Bagaimana dengan makan?” beliau menjawab: “Itu kebih buruk lagi”. (HR. Muslim dan Turmidzi)

“Jangan kalian minum sambil berdiri . Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan ” (HR. Muslim)


Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani berkata: “Minum dan makan sambil duduk, lebih sehat, lebih selamat, dan lebih sopan, karena apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lembut. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan pernah sekali minum sambil disfungsi pencernaan.


Begitu pula makan sambil berjalan, sama sekali tidak sehat, tidak sopan, tidak etis dan tidak pernah dikenal dalam Islam dan kaum muslimin.


Dr. brahim Al-Rawi melihat bahwa manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupkan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat tepenting pada saat makan dan minum.


Ketenangan ini bisa dihasilkan pada saat duduk, dimana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.


Dr. Al-rawi menekankan bahwa makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus.


Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf (Vagal Inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.


Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung.


Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa bebenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.


Air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh sfringer.

Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.

Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal.

Nah, Jika kita minum sambil berdiri, air yang kita minum tanpa disaring lagi. Langsung meluncur menuju kandung kemih.


Ketika langsung menuju kandung kemih, maka terjadi pengendapan disaluran ureter. Karena air yang kita minum belum tentu steril, yang memungkinkan membawa banyak limbah-limbah didalamnya, yang menyisa di ureter. Inilah yang bisa menyebabkan penyakit kristal/batu ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang berbahaya. Susah kencing itu penyebabnya.


Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada tenggorokan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.


Nah sahabat BK,
Yuk kita kembali dengan pola hidup sehat dan sopan , meneladani adab , akhlak Islam serta sunah Rasulullah .





Semoga bermanfaat .. ^__^

Majalah Qiblati edisi 04 tahun II. Judul: Larangan Minum sambil berdiri,Hal 16.

::: MUTIARA NASEHAT ..



* Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu semoga Allah menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah


* Barang siapa semakin mengenal Allah niscaya akan semakin takut (akan Keagungan , Kebesaran dan siksa Nya).


* Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.


* Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan Sang Kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginy (perjumpaan yang terindah dengan Rabb).


* Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.


* Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.


* Betapa semua yang di bumi ini dapat menjadikan pelajaran (petunjuk dari Allah). Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.


* Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.


* Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia sulit sampai pada Tuhannya dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.


* Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.


* Agungkanlah syiar-syiar Allah, sebagai tanda dari hati yang takwa. Dakwah adalah mengajak manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.


* Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih- Nya.


* Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.


* Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.


* Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan menghidupkan malam.


* Sampaikanlah cita-citamu pada derajat yang tinggi (di akhirat) dengan himmah (cita-cita yang kuat) untuk terus mendekat kepada Allah dengan taubat, perbanyak sujud (doa) dan usaha.


* Barang siapa memperhatikan waktu (memanfaatkan setiap waktu dalam kebersaman dengan Allah), maka ia akan selamat dari kelalaian.


* Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah banyaknya kemaksiatan dan sedikitnya orang yang menangis di tengah malam (bertaubat).


* Orang yang selalu mempunyai hubungan (dekat) dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.




Wallahu a'lam bishawab,
Semoga bermanfaat ..


Al-Habib Umar bin Hafidz

::: SEBUAH KISAH HIKMAH , BERDOALAH YANG BAIK-BAIK BUNDA SAYANG ..



Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji.Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata, "idzhab ja'alakallahu imaaman lilharamain," Pergi kamu...! Biar kamu jadi imam di Haramain...!"

Dan Subhanallah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram...! Tahukah kalian, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu...?
Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia.

Subhanallah ..


****

Ini adalah sebuah kisah bagi para ibu , calon ibu, ataupun orang tua... hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk putra-putrinya . Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang kesal /marah. Karena salah satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun ..

"Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu.
Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian..."
(HR. Abu Dawud)



Semoga bermanfaat ,,

::: DOA UNTUK ORANG TUA (AYAHANDA DAN IBUNDA TERCINTA) ..



Bismillahirrahmannirahim,

Ya Allah,
Pemilik Segala Kasih dan Cinta
Maha Suci Engkau ..
Dan hanya kepada Mu lah segala doa , tunduk
dan keberserahdirian kami

Ya Ilahi Rabbi,
Di usia beliau yang menapak senja
Rendahkanlah suara kami bagi mereka
Lunakkanlah sikap kami ,
Lembutkanlah hati kami,
sebagaiman kelembutan mereka mengasuh kami
sedari kecil

Ya Allah,
Karuniakanlah kasih dan sayang Mu
yang sebaik-baiknya,
sebaik mereka mencurahkan kasih yang
tak henti kepada kami,
Peliharalah dan lindungilah mereka,
sebagaimana mereka selalu memelihara
dan melindungi kami

Ya Allah,
Apa saja hal sebab yang membuat hati mereka tidak tenteram dan bersedih karena kami,
jadikanlah itu sebagai penggugur dosa-dosa mereka,
dan meninggikan derajat mereka di sisi Mu
atas kebaikan dan kesabaran mereka mendidik kami

Ya Allah,
Bila magfirah Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Ijinkanlah mereka memberi syafaat untukku.
Namun bila magfirah Mu lebih dahulu mencapai diriku.
Maka Ijinkanlah aku memberi syafaat untuk mereka.
Sehingga kami semua berkumpul bersama
dengan santunan Mu
di tempat kediaman yang dinaungi Kemuliaan Mu,
ampunan Mu dan Rahmat Mu.

Ya Ilahi Rabbi,
Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki karunia Maha Agung
serta anugerah yang tak berakhir..
Wahai Dzat yang Kasih sayang nya
meliputi seluruh makhluk
Wahai Dzat yang Kekuasaannya
menyelimuti alam semesta ..

Kabulkanlah doa kami ya Rabb,
Aamiin Allahu ya Karim ...



Diedit dari naskah asli - Ummu Syahifah as Sajjadiyah