Jumat, 20 April 2012

::: DUA UMAR DAN GEMPA BUMI ..



Bismillahirahmannirahim,

Sebuah kisah , suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (berbuatlah supaya Allah ridha kepada kalian)!"


Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi"


Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.


Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''


Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."

"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15). Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."


"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, inni kuntu minnadzolimiin sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'."


Jika saja kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan.



Innalillahi wa inna ilaihi roji'un .. Segala sesuatu adalah kembali kepada Allah sang Pemilik.

Dan dalam firman-Nya yang lain Allah menegaskan bahwa apapun yang terjadi di alam semesta ini adalah sesuatu yang telah ditakdirkan oleh-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Nya sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Qs. Al Hadid : 22)


↘ Allah Ta’ala juga berfirman,

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin ALLAH.” (QS. At Taghobun: 11)


أَوَلاَ يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لاَ يَتُوبُونَ وَلاَ هُمْ يَذَّكَّرُونَ

“Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran.”
(Qs. At Taubah : 126)


Saudaraku fillah,
Sebelum masa tangguh itu berakhir ... Sebelum Allah menegur kita lebih keras, inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya..

Labbaika Ya Allah,.. kami datang kembali kepada-Mu..




Wallahu a'lam bishawab,
Darmawan/Republika

::: NI'MAT DAN TENTERAM MENGINGAT ALLAH ...



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ,

Sahabat fillah,

Rasa dekat kepada Allah tidak dapat terwujud dengan seketika, tetapi terjadi melalui proses kesungguhan hati yang panjang. Banyak jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Adapun jalan yang terbaik yaitu dengan selalu taat mematuhi aturan main-Nya, dimana berzikir termasuk salah satu diantaranya.

Dzikir adalah sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah, bermanfaat pula untuk menenangkan jiwa . Di zaman yang serba instan ini, -dimana budaya pragmatis sudah mendarah daging, kehidupan ibarat rimba raya, serta aneka hiruk pikuk duniawi yang kadang tidak bermanfaat dan tidak kita inginkan- dimana kesemuanya itu selalu hadir dalam tiap jenak kehidupan kita. Hal ini benar-benar menguras tenaga dan ketenangan jiwa kita sebagai manusia yang secara naluri membutuhkan ketenangan.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” ( QS, Ar Ra’d 13 : 28) )

Allah subhana wa Ta'ala berfirman Dalam surat Al – ahzab 41- 42 yang Artinya : "Wahai Orang-orang yang beriman, sebut-sebutlah nama Allah Ta'ala sebanyak-banyaknya. Sucikanlah nama Tuhan mu pagi maupun sore hari. “

Dalam Ayat lain Q.S Al – Anfal 45 yang artinya : "Maka sebutlah nama Allah subhana wa Ta'ala sebanyak – banyaknya demikian itu akan melembutkan dirimu. "

Q.S Al – Imran 141 yang artinya : " Dan mereka yang menyebut-nyebut nama Allah dalam keadaan berdiri dan duduk mengharap ampunan dari Allah subhana wa Ta'ala ."


Bersabda nabi Muhammad SAW yang diwahyukan dari Abu Darda, berkata Rasullah SAW : " Maka Ketahuilah amalan yang paling terbaik dari amal kalian & mengangkat derajat kalian setelah kalian mendirikan shalat, berzakat, berpuasa dan berhaji ada yang lebih dari pada itu. “

Berkata Sahabat :"Apa itu ya Rasulullah SAW ..? "
Maka Rasulullah SAW bersabda : "Ingat kepada Allah dalam keadaan terang-terangan maupun tersembunyi".


Dari Abu Daut Al-Khudri bertanya kepada Rasulullah SAW : "Apakah amalan yang lebih utama nanti di hari kiamat..?"
Bersabda Rasulullah SAW : "memperbanyak menyebut-nyebut nama Allah SWT".
Bertanya lagi Sahabat: "Bagai mana dengan jihad fi sabilillah ya Rasulullah…?".
Bersabda Rasulullah SAW : "Walaupun mereka memukulkan pedangnya sehingga keluar darah kepada musuhnya tetap lebih afdol berzikir kepada Allah SWT atas nya dan di angkat derajatnya oleh Allah SWT".

( Diriwayatkan dari Turmidzi dari Abdullah bin Umar ra )


Rasulullah SAW juga telah bersabda : "Tidaklah seseorang menyebut di muka bumi Allah subhana wa Ta'ala ini : "Subhanallah walhamdulillah wa laa'ilaha'ilallah wallahuakbar," tanpa kecuali terleburlah semua kesalahanya walaupun dosanya seluas lautan". (riwayat Hakim shahih).

Menyebut-nyebut asma Allah Ta'ala dan memperbanyak menyebut nama-Nya di dalam membaca Al-Qur'an maupun asmaul husna menjadikan orang tersebut dari kerugian di hari kiamat sebagai mana yang diriwayatkan dari Baihaqi dari Aisah ra bersabda Rasulullah SAW: "Tidak lah semua anak cucu adam dalam keadaan rugi di hari kiamat kecuali orang yang mengingat-gingat Allah Ta'ala di dalam dunia".


Ketahuilah hati itu bagaikan batu cincin maka gosoklah iya dengan berzikir ke pada Alah SWT sehingga iya mengeluarkan cahaya/kilauan, maka orang yang meninggalkan zikir dia akan mendapatkan dua kegelapan hati :

1. Kegelapan noda-noda dosa yang teramat gelap , dan 2. Kerasnya hati . Dan tidaklah keduanya akan sirna kecuali dengan berzikir kepada Allah subhana wa Ta'ala .


Dalam Al-Qur’an surat Al-Haj 46 yang artinya : “Sesunguhnya mata-mata mereka tidak buta akan tetapi mata-mata mereka melihat”, apa yang menyebabkan mereka buta mengingat Allah Ta'ala , yang menyebabkan mereka buta adalah mata hati mereka yang ada di dalam dada mereka dalam mengingat Allah ”.

Rasulullah saw bersabda " "Perumpamaan orang yang suka berdzikir kepada Tuhannya (Allah) dengan yang tidak berdzikir, seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (Yakni "mati" hatinya. -red) (HR. Bukhari)


Banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an dan hadits-hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa sallam yang mengungkapkan berbagai keutamaan dzikir dan doa, sehingga tidak diragukan lagi bahwa amalan lisan yang paling baik adalah memperbanyak dzikir. Dzikir tidak memerlukan tempat dan waktu yang khusus. Kapan dan dimanapun kita bisa berdzikir. Baik dzikir dgn lisan terlebih lagi dzikir dengan hati. Tentunya maksud daripada dzikir tersebut agar kita senantiasa mengingat kepada Allah.


" Aku selalu menuruti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu menyertainya ketika ia berzikir kepada-Ku. Dan jika ia ingat kepada-Ku di dalam jiwanya, maka Akupun mengingatnya di dalam Zat-Ku. Dan jika ia ingat kepadaku ditempat ramai, Akupun mengingatnya ditempat ramai yang lebih baik daripadanya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku pun ingat kepadanya satu depa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku pun akan datang kepadanya dengan berlari cepat "

(Hadits Qudsi)



Beberapa keutamaan berzikir adalah sebagai berikut :

1. Berzikir, akan membukakan pintu ampunan & rahmat Allah .

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”

(QS. Al Ahzaab:41-43)


2. Dzikir adalah tanaman syurga

Rasulullah SAW dalam hadits Abdillah bin Mas’ud yang berbunyi:

لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Artinya: “Aku berjumpa dengan Ibrahim pada malam isra’ dan mi’raj, lalu ia berkata: “Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahulah mereka bahwa syurga memiliki tanah yang terbaik dan air yang paling menyejukkan. Syurga itu dataran kosong (Qai’aan) dan tumbuhannya adalah (dzikir), Subhanallahi Wala ilaha illa Allah wallahu Akbar.”

[Hadits riwayat At Tirmidziy /105]


3. Dzikir menjadi cahaya penerang bagi yang berdzikir di dunia, di alam kubur dan di akherat.

Meneranginya di shirot, sehingga tidaklah hati dan kuburan memiliki cahaya seperti cahaya dzikrullah. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala :

Artinya: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya.” (QS. Al An’am:122)


4. Dzikir menjadi sebab mendapatkan sholawat dari Allah dan para malaikatNya,

sebagamana firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzaab:41-43)


5. Banyak berdzikir dapat menjauhkan seseorang dari kemunafikan, karena orang munafik sangat sedikit berdzikir kepada Allah,

sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’:142)


Syeikh Abdurrozaq bin Abdulmuhsin Al Abad berkata: ‘Bisa jadi karena hal tersebut Allah menutup surat Munafiqin dengan firmanNya:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Munafiquun:9).


Allah Ta'ala berfirman :
“Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Surat Al A’raf:205)


Rasulullah dalam sabdanya:

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ

Artinya: “Bergantian pada kalian malaikat di malam dan malaikat di waktu siang. Mereka berjumpa diwaktu sholat fajr dan ashr kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian dan Rabb merreka menanyakan mereka dan Allah lebih tahu dengan mereka: “Bagaimana keadaan hambaKu ketika kamu tinggalkan?” mereka menjawab: ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami datangi mereka dalam keadaan sholat’“[Hadits riwayat Al Bukhori - Muslim )


Mengingat Allah adalah salah satu tanda terimakasih kita kepada-NYa, sesunguhnya kita tidak bisa menghitung nikmat-nikmat yang telah di berikannya yang terasa maupun yang tak terasa , yang terlihat maupun yang tak terlihat, yang terdengar maupun yang tak terdengar, begitu banyak nikmat yang telah di berikan Allah kepada hambanya yang di jadikan di muka bumi ini seperti para Nabi, Sahabat, Sholihin mereka dijadikan oleh Allah subhana wa Ta'ala sebagai kekasihnya dikarenakan mereka banyak mengingat-ingat nama-Nya dan mensiarkan agama-Nya.


Sahabat yang dirahmati Allah ..
Ucapkan dengan lembut .. hadirkan segenap hati khusyu' penuh Kecintaan dan Keagungan Allah ..

SUBHANALLAH .. WALHAMDULILLAH ..
WALAA 'ILAA HAILALLAH ...
ALLAHU AKBAR ,
LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL AZHIM
YA RAHMAN .., YA RAHIM..
YA MALIK ..YA QUDDUS .. YA SALAM,..
YA MU’MIN, ..YA MUHAIMIN ...YA AZIZ,..
YA JABBAR,.. YA MUTAKABBIR
ALLAHU .. ALLAHU... ALLAH ..




Wallahu a'lam bishawab,

::: MUSIBAH / UJIAN ITU DATANG BOLEH JADI KARENA DOSA ..


Bismillahirahmannirahim,

Saudaraku fillah,

Ketika musibah, sakit dan bencana menghampiri kita, kadang yang dijadikan kambing hitam adalah alam, artinya alam itu murka. Ketika sakit datang, yang disalahkan pula konsumsi makanan, kurang olahraga dan seterusnya. Ketika hambatan-hambatan selalu datang , saat ikhtiar telah dimaksimalkan . Walau memang sebab-sebab tadi bisa jadi benar sebagai penyebab, namun jarang ada yang merenungkan bahwa karena dosa atau maksiat yang kita perbuat, akhirnya Allah mendatangkan musibah, menurunkan penyakit atau sebab hal ketidaknyaman dalam hidup kita.


Coba kita renungkan ayat yang akan dibahas berikut ini.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).


Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa musibah yang menimpa kalian tidak lain adalah disebabkan karena dosa yang kalian dahulu perbuat. Dan Allah memaafkan kesalahan-kesalahan kalian tersebut. Dia bukan hanya tidak menyiksa kalian, namun Allah langsung memaafkan dosa yang kalian perbuat.”

Karena memang Allah akan menyiksa seorang hamba karena dosa yang ia perbuat, sesuai dengan hukum Nya. Dengan ujian yang Dia datangkan bisa menjadikan sebab dosa-dosanya digugurkan. Demikianlah Allah hendak membersihkan diri seorang mukmin dan memanggil Nya untuk bersimpuh kepada Nya dengan cara kelembutan Nya. Bila Allah hendak biarkan ia sesat, tak akan ada teguran, tak akan ada petunjuk, tak akan ada penggugur dosa di dunia, semua keindahan dunia Allah habiskan baginya di dunia , dan tak ada tersisa amal kebaikan baginya untuk akhirat yang abadi.

Begitulah kasih sayang Allah senantiasa meliputi orang-orang mukmin, lalu malulah kita, ni'mat Allah manalagikah yang hendak didustakan. Dan seberapa besarkah cinta kita kepada Nya ..


Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ

“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun” (QS. Fathir: 45).


Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim no. 2573).


Dari Mu’awiyah, ia berkata bahwa ia mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا مِنْ شَىْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ فِى جَسَدِهِ يُؤْذِيهِ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِه

“Tidaklah suatu musibah menimpa jasad seorang mukmin dan itu menyakitinya melainkan akan menghapuskan dosa-dosanya” (HR. Ahmad ).

Bisa jadi pula musibah itu datang menghampiri kita karena dosa orang tua. Abul Bilad berkata pada ‘Ala’ bin Badr mengenai ayat,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”, dan sejak kecil aku sudah buta, bagaimana pendapatmu? ‘Ala’ berkata,

فبذنوب والديك

“Itu boleh jadi karena sebab orang tuamu”.

Seseorang bisa jadi mudah lupa terhadap ayat Qur’an yang telah ia hafal karena sebab dosa yang ia perbuat. Adh Dhohak berkata,

ما نعلم أحدا حفظ القرآن ثم نسيه إلا بذنب

“Kami tidaklah mengetahui seseorang yang menghafal Qur’an kemudia ia lupa melaikan karena dosa”. Lantas Adh Dhohak membacakan surat Asy Syura yang kita bahas saat ini. Lalu ia berkata,

وأي مصيبة أعظم من نسيان القرآن.

“Musibah mana lagi yang lebih besar dari melupakan Al Qur’an?”



Jadi boleh jadi karena kesibukan dan kecintaan kita dengan dunia, menjadikan kita berlebih-lebihan dalam gaya hidup dan melupakan orang-orang miskin, kemudian melalaikan kita untuk menjalankan ibadah dan hal-hal yang Allah sukai. Boleh jadi karena banyaknya maksiat di sekitar kita, namun tak ada /sulit/ sedikit yang bergerak untuk ber amar' ma'ruf . Sesungguhnya terus menerus dalam maksiat serta meremehkan dosa-dosa besar maupun kecil, itulah sebab Allah memalingkan kebenaran dan Al Qur’an dari kehidupan kita.


Ayat-ayat diatas adalah sebagai renungan bagi kita untuk selalu mengintrospeksi diri bersama, memperbaiki diri secara bersama-sama. Boleh jadi musibah itu datang karena dosa syirik, tidak ikhlas (untuk Allah) dalam amalan, dan dosa-dosa yang lainnya sebab manusia adalah tercipta penuh kelemahan.


Ya Allah,
Ampunilah dosa kami , dan terimalah taubat kami..
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik kami kembali dan berserah diri ..



Wallahu a'lam bishawab,
M. Abduh Tuasikal

::: ORANG-ORANG YANG TIDAK DIBERI PETUNJUK ..



Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah. Puji yang tak terbatas untuk Nya. Kita memuji, meminta pertolongan dan memohon keampunan daripadaNya. Kita juga memohon perlindungan kepada Allah daripada kejahatan dan kejelekan amal perbuatan kita.

Barangsiapa yang Allah beri petunjuk tiada siapa yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang tersesat tiada siapa yang dapat memberinya petunjuk. Salawat dan salam kepada Nabi kita Nabi Muhammad saw serta keluaraga dan para sahabat.


Ada beberapa ayat di dalam al-Quran yang menyatakan golongan mereka yang tidak diberi petunjuk ,


1) Az-Zaalimin; orang-orang yang zalim. Lihat al-Baqarah penghujung ayat 258

وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

"Dan (ingatlah), Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim". (al-Baqarah : 258)

Kategori zalim ada 3 :

Zalim kepada Allah; yakni syirik iaitu merampas hak2 Uluhiyah dan sifat rububiyah Allah lalu memberikan kepada makhluk lain.
Zalim kepada diri sendiri, yakni meninggalkan perintah Allah dan mengerjakan larangan Allah.
Zalim kepada makhluk lain.


2) Al-Kafiriin; orang-orang yang kufur, lihat penghujung ayat 264 surah al-Baqarah.

وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِينَ

"Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang kafir". (al-Baqarah : 264)

Contoh orang-orang kafir yang Allah tidak beri hidayah ialah seperti dalam ayat 89 surah al-Baqarah.

"Dan ketika datang kepada mereka sebuah Kitab daripada Allah (Al-Quran), yang mengesahkan apa yang ada pada mereka (Kitab Taurat), sedang mereka sebelum itu sentiasa memohon (kepada Allah) kemenangan atas kaum kafir musyrik (dengan kedatangan seorang Nabi pembawa Kitab itu). Setelah datang kepada mereka apa yang mereka mengetahui kebenarannya (Nabi Muhammad dan Al-Quran), mereka mengingkarinya; maka (dengan yang demikian), laknat Allah menimpa orang-orang yang kafir ingkar itu". (al-Baqarah : 89)


Dalam ayat ini, orang-orang Yahudi memang telah tahu bahwa akan datang seorang Nabi membawa risalah yakni al-Quran, sebab telah diberitakan di dalam kitab Taurat Namun karena keingkaran mereka (tidak mengimani ... inilah kufur).



3) Al-Faasik. Lihat ayat 108 al-Maaidah

وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَـٰسِقِينَ

"...dan (ingatlah) Allah tidak memberi hidayat petunjuk kepada kaum yang fasik". (al-Maaidah : 108)

Orang-orang yang fasik ini biasanya tahu mana yang benar dan mana yang salah tetapi tak mau mengaku kebenarannya. Jika mereka bersumpah, sumpahnya palsu jika menjadi saksi mereka berbohong.

Begitu pula ketika seorang hamba berjanji kepada Allah untuk shalat dan taat pada perintah Nya, meninggalkan larangan Nya, kemudian ternyata mengingkari. Maka boleh jadi ia kembali terhalang memperoleh petunjuk Allah.



4) Khianat, lihat ayat 52 surah Yusuf

وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَہۡدِى كَيۡدَ ٱلۡخَآٮِٕنِينَ

"..dan bahwa Allah tidak akan memenangkan tipu daya orang-orang yang khianat". (Yusuf : 52)



5) Orang-orang yang sesat. Lihat dalam surah An-Nahl ayat ke 37.

فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَہۡدِى مَن يُضِلُّ‌ۖ وَمَا لَهُم مِّن نَّـٰصِرِينَ

"maka sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang berhak disesatkanNya; dan tiadalah bagi mereka sesiapapun yang dapat memberikan pertolongan".(An-Nahl : 37)

"Dan janganlah kamu campur adukkan yang benar itu dengan yang salah dan kamu sembunyikan yang benar itu pula padahal kamu semua mengetahuinya". (al-Baqarah : 42).



6) Pendusta. Lihat ayat 3 surah az-Zumar

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِى مَنۡ هُوَ كَـٰذِبٌ۬ ڪَفَّارٌ۬

"Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayat petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta , lagi kufur (dengan melakukan syirik)." (az-Zumar : 3)

dan juga dalam ayat 28 surah al-Mu'minun

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَہۡدِى مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٌ۬ كَذَّابٌ۬

"Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang yang melampaui batas, lagi pendusta". (al-Mu'minun/Ghafir : 28)

Dalam pengertian agama dusta ialah munafiq, lihat ayat pertama surah al-Munafiqun : "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (wahai Muhammad), mereka berkata: Kami mengakui bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah. Dan Allah mengetahui sesungguhnya engkau utusan Nya. Dan Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.

Mereka menjadikan sumpah mereka sebagai pelindung, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amatlah buruk apa yang mereka kerjakan ( QS Al Munaafiquun : 1-2)

Ketika seorang hamba menyatakan diri beriman, maka hendaknyalah setiap laku , langkah dan bersitan hati pun menyertainya. Menyukai kepada hal-hal ( syiar-syiar Allah) yang mendatangkan kebaikan bagi diri serta kemaslahatan umat. Karena sesungguhnya syiar-syiar itu ( dan usaha untuk mendukungnya) adalah tumbuh dari ketakwaan hati.


7) Orang-orang Musyrik.

Diriwayatkan dalam sahih Bukhari, daripada Ibnul Musayyab, bahwa bapanya berkata: "Ketika Abu Thalib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah s.a.w., dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada di sisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya: "Wahai pamanku, ucapkanlah “la Ilaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu di hadapan Allah".

Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Tholib: "Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?", kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula. Maka ucapan terahir yang dikatakan oleh Abu Thalib adalah: bahawa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Muthalib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illallah, kemudian Rasulullah bersabda: "sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang", lalu Allah menurunkan firmanNya:

“Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik” (At-Taubah : 113).

Dan berkaitan dengan Abu Thalib, Allah menurunkan firmanNya: “Sesungguhnya kamu (hai Muhammad tidak sanggup memberikan hidayah ( petunjuk) kepada orang-orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya” ( Al Qasas: 57)

Sesungguhnya itu Hidayah dari Allah, dan Allah lah yang berkenan memberi hidayah (petunjuk) kepada sesiapa yang dikehendaki Nya.


Semoga Allah melindungi kita, menjauhkan kita dari segala keburukan iman, memasukkan kita ke dalam golongan hamba Nya berserah diri.

Wahai Tuhanku, ampunilah kami dan saudara-saudara kami muslim seiman, masukkanlah kami ke dalam rahmat Mu, dan Engkau Maha Penyayang dari sekalian yang penyayang ( QS Al A'raaf : 151) . Aamiin.




Wallahua'lam bishawab

::: BAHAYA JIKA KITA BERBUAT SYIRIK ...



Bismillahirahmannirahim,

Sahabat fillah,
Syirik bukanlah hanya diartikan dengan seseorang menyembah berhala atau mengakui ada pencipta selain Allah. Hal tadi memang termasuk syirik. Namun kesyrikan sebenarnya lebih luas daripada itu. Dalam masalah ibadah, jika ada satu ibadah dipalingkan kepada selain Allah, itu pun sudah termasuk syirik.


Bila ada yang menyembelih dengan melakukan tumbal pada jin penjaga jembatan, maka ini pun termasuk kesyirikan.

Begitu juga bergantungnya hati atau tawakkal adalah ibadah, sehingga jika seseorang menggantungkan hati pada jimat, penglaris, rajah, wafaq, susuk dan pelet dengan tujuan untuk kesaktian, membuat laris dagangan, mempertahankan rumah tangga, atau menarik cinta, dll ini pun termasuk kesyirikan. Namanya ibadah , doa dan pengharapan hanya boleh ditujukan pada Allah semata, tanpa menggunakan perantara. Bukankah Allah begitu dekat , dan sangat dekat dengan hamba Nya yang datang berdoa kepada Nya.. Inilah makna syirik yang patut kita pahami dengan baik.


Jika kita telah memahami hal ini, maka perlu diketahui bahwa kesyirikan memiliki bahaya yang amat besar dan pengaruh ini akan dirasakan di dunia dan akhirat kelak. Tulisan berikut ini akan mengupas beberapa bahaya kesyirikan secara global dan ringkas:

1. Segala kejelekan di dunia dan akhirat diakibatkan oleh syirik.

2. Sebab utama kesulitan di dunia dan akhirat adalah karena syirik.

3. Rasa khawatir dan lepasnya rasa aman di dunia dan akhirat disebabkan karena syirik. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am: 82).



4. Orang yang berbuat syirik akan sesat di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” (QS. An Nisa’: 116).



5. Orang yang berbuat syirik akbar (besar) tidak akan diampuni oleh Allah jika mati dan belum bertaubat. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).


6. Jika seseorang berbuat syirik akbar (besar), seluruh amalannya bisa TERHAPUS . Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 88).

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65).


7. Orang yang berbuat syirik akbar akan masuk neraka dan diharamkan surga untuknya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72).



Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

“Barangsiapa yang mati dalama keadaan tidak berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah, maka ia akan masuk neraka” (HR. Muslim no. 93).



8. Syirik akbar membuat pelakunya kekal dalam neraka. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (QS. Al Bayyinah: 6).



9. Syirik adalah sejelek-jelek perbuatan zholim dan sejelek-jeleknya dosa sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".” (QS. Lukman: 13).

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).



10. Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri dari orang yang berbuat syirik. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ

“Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin” (QS. At Taubah: 3).


Sahabat yang dirahmati Allah,
Semoga Allah senantiasa mengukuhkan keimanan kita dan menghindarkan kita dari segala macam kesyirikan dan segala sebab keburukan iman . Aamiin yaa mujibas saailin.



Muh Abduh Tuasikal

::: PROSES KELUARNYA RUH DARI JASAD KITA ..




Bismillahirahmannirahim,


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan proses keluarnya ruh dari jasad dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu yang panjang, yang diriwayatkan Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Imam Ahmad, dan Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu menyebutkan hadits ini dalam Ash-Shahihul Musnad.


1. Keluarnya ruh seorang mukmin dan kabar gembira baginya.

“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggal dunia, maka para malaikat rahmat turun kepadanya, wajahnya seakan-akan matahari yang bersinar, membawa kain kafan dan wangi-wangian dari jannah (surga). Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malakul maut hingga duduk di samping kepalanya, lalu berkata: ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan keridhaan-nya.’

Maka ruh tersebut keluar dari jasadnya seperti tetesan air yang mengalir dari bibir tempat air minum. Malakul maut pun mengambil ruh yang sudah keluar dari jasadnya itu. Tiba-tiba para malaikat rahmat yang menunggu tidak membiarkan ruh tersebut berada di tangannya sekejap mata pun. Mereka segera mengambil dan menaruhnya di dalam kafan dan wangi-wangian tersebut, dan keluarlah bau wangi misik yang paling harum yang dijumpai di muka bumi.”


Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan istiqamah di atas agama yang sempurna ketika menghadapi sakaratul maut. Ini adalah bukti kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-Nya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 30-32)


Ayat-ayat ini adalah berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa, bahwa para malaikat akan turun kepada mereka ketika mereka menghadapi maut, juga di dalam kubur mereka, serta ketika mereka dibangkitkan darinya. Para malaikat memberi jaminan keamanan kepada mereka atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka juga memberikan kabar gembira agar orang-orang beriman tidak takut terhadap apa yang akan mereka hadapi di akhirat, tidak bersedih terhadap perkara dunia yang mereka tinggalkan, seperti anak, keluarga, dan harta. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan mengurus dan menanggung mereka semua. Para malaikat juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dengan hilangnya berbagai kejelekan dan didapatkannya berbagai kebaikan. (Tafsir Ibnu Katsir)


Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah maka Allah juga tidak suka bertemu dengannya.”


Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Wahai Nabi Allah, benci terhadap kematian? Kita semua membenci kematian.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bukan seperti itu. Seorang mukmin apabila diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhaan, dan surga-Nya, maka dia akan senang bertemu dengan Allah, sehingga Allah pun senang bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir apabila diberi kabar gembira dengan azab Allah dan kemurkaan-Nya maka dia akan benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.” (Muttafaqun ‘alaih)


2. Keluarnya ruh seorang kafir dan azab terhadapnya

“Apabila seorang hamba yang kafir akan meninggal dunia, turunlah malaikat azab dari langit. Wajah-wajahnya hitam dan seram. Mereka membawa kain yang kasar dan jelek. Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang. Lalu datanglah malakul maut hingga dia duduk di samping kepalanya.

Kemudian dia berkata: ‘Wahai jiwa yang jelek, keluarlah menuju kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemarahan-Nya.’ Maka ruh tersebut bergetar di seluruh tubuhnya, kemudian malakul maut mencabutnya sebagaimana dicabutnya besi alat pemanggang dari bulu-bulu yang basah. Dia kemudian mengambil ruh tersebut. Para malaikat yang menunggu tadi tidak membiarkannya di tangannya sekejap mata pun, sampai mereka mengambil dan meletakkannya di kain yang kasar lagi jelek tadi. Keluarlah darinya bau seperti bau bangkai yang paling busuk yang ditemukan di muka bumi.”


Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira berupa kemurkaan dan azab-Nya, sehingga ruh-ruh mereka enggan untuk keluar dari jasadnya. Maka para malaikat pun memukul wajah dan punggungnya, sampai ruhnya keluar dari jasadnya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al-An’am: 93)


“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): ‘Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar’, (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya.” (Al-Anfal: 50-51)



Sakaratul Maut Adalah Penghapus Dosa Seorang Mukmin

Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah menimpa seorang muslim suatu rasa capek, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, duka cita, sampaipun sebuah duri yang menusuknya, melainkan dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghapus dosa-dosanya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji seorang hamba yang muslim dengan suatu ujian pada badannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‘Tulislah baginya amalan shalih yang biasa dia lakukan.’ Apabila Allah menyembuhkannya maka Dia telah mencuci dan membersihkannya (dari dosanya). Namun apabila Allah mencabut ruhnya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan akan merahmatinya.” (HR. Ahmad, Shahih)




Wallahua'lam bishawab,
Sumber : Proses Keluarnya Jasad dari Ruh
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan)
Majalah Asy-Syariah,

:::: ORANG-ORANG YANG DICINTAI ALLAH TA'ALA ..





Bismillahirahmannirahim,

1. At-Tawwabin; Orang-orang yang bertaubat

… Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]: 222)


2. Al-Mutathohirin; Orang-orang yang suka bersuci /menjaga wudhu

… Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]: 222)


3. Al-Muqsithin; Orang-orang yang adil

… sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang adil. (QS. Al-Maa’idah [5]: 42)


4. Al-Muttaqin; Orang-orang yang taqwa

… maka sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Imran [3]: 76)


5. Al-Muhsinin; Orang-orang yang suka berbuat kebaikan

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali ‘Imran [3]: 134)


6. Al-Mutawakilin; Orang-orang yang bertawakal kepada ALLAH

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-NYA. (QS. Ali ‘Imran [3]: 159)


7. As-Shobirin; Orang-orang yang sabar

ALLAH menyukai orang-orang yang sabar. (Ali ‘Imran [3]: 146)


8. Orang-orang yang mengikuti Rasul

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai ALLAH, ikutilah aku, niscaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali ‘Imran [3]: 31)


9. Orang-orang yang berperang di jalan ALLAH.

Sesungguhnya ALLAH menyukai orang yang berperang dijalan-NYA dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. Ash-Shaff [61]: 4)


10. Orang-orang yang tidak suka mengeluarkan kata-kata yang keji, berpikir mandiri, sabar dan rajin melakukan sholat malam.
Imam al-Baqir as berkata, ”Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang (apabila) bersenda gurau tidak mengeluarkan kata-kata yang keji, yang berpikir mandiri, selalu bersabar (apabila) sendirian, dan suka melakukan shalat malam”


11. Orang-orang yang hatinya senantiasa sedih namun tetap bersyukur kepada ALLAH subhana wa Ta'ala .
Imam Ali Zainal ‘Abidin as berkata, ”Sesungguhnya ALLAH mencintai setiap hati yang selalu merasa sedih, dan setiap hamba yang selalu bersyukur”


12. Orang-orang yang memiliki sifat malu (al-hayya’) dan santun (al-halim)
Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang memiliki sifat malu, orang yang senantiasa santun, orang yang selalu menjaga kesucian dirinya (‘afif) , dan orang yang enggan berbuat keji (muta’afiffah)”


13. Orang-orang yang rajin sholat malam, bersedekah, dan tidak takut mati di jalan ALLAH.
Rasulullah saw bersabda, ”Tiga macam orang yang ALLAH ‘Azza wa Jalla mencintai mereka yakni mereka yang senantiasa bangun di malam hari (untuk mengerjakan shalat malam) lalu membaca Kitab ALLAH (Al-Qur’an), mereka yang senang bersedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan mereka yang mengalahkan dan mengusir musuhnya dalam perang sementara kawan-kawannya menyerahkan diri kepada musuh”


14. Orang-orang yang saling mencintai di jalan ALLAH, bersilaturahiim dan bertawakkal kepada ALLAH.
Di dalam hadits Mi’raj diriwayatkan bahwa ALLAH ‘Azza wa Jalla telah berfirman, ”Wahai Muhammad! Wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling mencintai di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling berkasih sayang di jalan-KU, dan wajib bagi-Ku mencintai orang-orang yang suka bersilatur-rahim di jalan-Ku, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada-KU…”


15. Orang-orang yang mencintai amal yang diwajibkan kepadanya.
ALLAH Tabaraka Ta’ala berfirman, ”Tiada yang lebih Aku cintai dari seorang hamba-KU daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah Aku wajibkan baginya”


16. Orang-orang yang mampu meredam kemarahannya dengan santun.
Rasulullah saw bersabda, ”Wajiblah kecintaan ALLAH atas orang yang marah tetapi ia mampu meredam kemarahannya dengan santun”


17. Orang-orang yang banyak mengingat mati.
Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya ALLAH mencintainya”


18. Orang-orang yang mencintai apa yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA, dan membenci apa yang dibenci ALLAH dan Rasul-NYA.
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw, ”Aku ingin sekali menjadi orang yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA”. Rasulullah saw pun berkata, ”Cintailah apa yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA, dan bencilah apa yang dibenci oleh ALLAH dan Rasul-NYA”



Wallahu a'lam Bishawab.

::: DENGAN SIAPA KELAK WANITA AHLI SURGA BERSANDING ..





Bismillahirahmannirahim,


Keadaan wanita shalihah di dunia adalah sebagai berikut :
1. Meninggal sebelum menikah.
2. Ditalak suami pertama, dan tidak menikah lagi sampai meninggal.

3. Menikah dengan lelaki yang bukan ahli surga (ahli neraka). Misalnya, suaminya fasik, munafik , murtad atau melakukan kesyirikan
4. Meninggal lebih dahulu sebelum suaminya.
5. Ditinggal mati suaminya, dan tidak menikah lagi sampai meninggal.
6. Ditalak atau ditinggal mati suaminya, kemudian menikah dengan lelaki lain.


Maka di surga,

Untuk wanita jenis pertama, kedua, dan ketiga, dia akan dinikahkan dengan seorang lelaki yang menjadi penghuni surga. Dia memiliki sifat yang sempurna, sebagaimana penghuni surga lainnya. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ما في الجنة أعزب

“Di surga, tidak ada orang yang tidak menikah.” (H.R. Ahmad dan Muslim)


Untuk wanita jenis keempat dan kelima, dia akan dinikahkan dengan suaminya di dunia.


Adapun wanita yang keenam [kedua suami si wanita masuk surga], ada 2 pendapat di kalangan Ulama.
Pendapat Pertama: Wanita Tersebut Memilih Suami yang Dikehendakinya


Syaikh Muhammad al-’Utsaymīn pernah ditanya, “Jika seorang wanita pernah memiliki dua orang suami di dunia (suami pertama meninggal dunia lalu wanita tersebut menikah lagi, kemudian kedua suami dan wanita tersebut masuk surga), maka siapakah yang akan bersama wanita tadi?”


Beliau menjawab, “Jika seorang wanita memiliki dua orang suami di dunia, maka pada hari kiamat ia akan diperintahkan untuk memilih (salah satu) di antara keduanya di surga. Dan apabila wanita itu belum menikah di dunia, maka Allah akan menikahkannya dengan orang yang akan menjadi penyejuk mata baginya di surga. Kenikmatan surga tidaklah terbatas untuk pria, akan tetapi mencakup pria dan wanita, dan di antara kenikmatan tersebut adalah pernikahan.” [Fatāwa al-'Aqīdah, hal. 313]


Pendapat Kedua: Wanita Tersebut Bersama Suaminya yang Terakhir

Pendapat yang paling kuat dalam hal ini—insya Allah—dan didukung oleh hadits serta atsar adalah, ketika di surga, wanita mukminah akan bersama dengan suami terakhirnya di dunia. [Lihat al-Jannah wan Nār, Dr. 'Umar Sulaimān al-Asyqar, hal. 245-246]

Nabi ` bersabda,

الْمَرْأَةُ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Seorang wanita adalah untuk suaminya yang terakhir.”

[Lihat Shahīh al-Jāmi', no. 6691; dan ash-Shahīhah, no. 1281]


Imam ath-Thabrāni meriwayatkan, bahwa Mu’āwiyah pernah meminang Ummu ad-Dardā` setelah Abū ad-Dardā` meninggal dunia. Maka Ummu ad-Dardā` berkata, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Abū ad-Dardā` menyebutkan bahwa Rasulullah ` bersabda, ‘Siapa saja wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, lalu ia menikah lagi, maka ia diperuntukkan bagi suaminya yang terakhir.’ [Hadits ini dinyatakan valid oleh Syaikh al-Albāni dalam Shahīh al-Jāmi', no. 2704] Dan tidaklah aku lebih memilihmu dibandingkan Abū ad-Dardā`.”

[Al-Mu'jam al-Ausath (III/275) no. 3130]


Imam al-Baihaqi meriwayatkan, bahwa Hudzaifah berkata kepada istrinya, “Jika engkau ingin untuk menjadi istriku di surga maka janganlah engkau menikah lagi sepeninggalku. Sebab wanita di surga itu diperuntukkan bagi suaminya yang terakhir di dunia. Karena itulah Allah mengharamkan istri-istri Nabi ` untuk menikah lagi sepeninggal beliau, sebab mereka adalah istri-istri beliau di surga.”

[Sunan al-Baihaqi al-Kubrā (VII/69) no. 13199]


Imam Ibn Sa’d meriwayatkan, bahwa Asmā` pernah mengadukan sikap keras suaminya, az-Zubair Ibn al-’Awwām, kepada ayahnya, Abū Bakr. Maka Abū Bakr berkata, “Wahai puteriku, bersabarlah. Sebab apabila seorang wanita memiliki suami yang shalih lalu si suami meninggal dunia dan ia tidak menikah lagi, niscaya Allah akan mengumpulkan keduanya di surga.”

[Ath-Thabaqāt al-Kubrā (VIII/251). Lihat pula ash-Shahīhah, penjelasan hadits no. 1281]


Penting untuk diingat kembali, bahwa di surga tidak ada kesedihan dan kegundahan, hanya ada suka cita dan kegembiraan. Karena itu, meskipun seorang wanita di surga akan bersanding suaminya yang terakhir—padahal bisa jadi ketika di dunia ia lebih mencintai suaminya yang lain—namun ia tetap akan bahagia dan bersuka cita.


Begitu pula bila seorang suami berhak atas surga Allah, ia dapat menarik istri, orangtua dan anaknya , selama mereka dalam keimanan yang sama (muslim) dan "tidak menyekutukan Allah",

Dari hadist Ath Tabrani, Rasulullah SAW bersabda :
Ketika seseorang masuk ke surga, ia menanyakan orang tua, istri dan anaknya. Lalu dikatakan kepadanya : Mereka tidak mampu mencapai derajat amalmu. Kemudian ia berkata : Ya Tuhanku , aku beramal bagiku dan bagi mereka. Lalu Allah memerintahkan untuk menyusulkan mereka ke surganya. Setelah itu Ibnu Abbas membaca surah Ath Thur (52) ayat 21 :

Dan orang-orang yang beriman , lalu anak cucu mereka mengikuti dengan iman, Kami susulkan keturunan mereka pada mereka, dan Kami tidak mengurangi amal mereka sedikit pun. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Masuklah ke surga besama istrimu untuk digembirakan. (QS surat Az Zukruf 43, : 70)



Sahabat fillah,

Uraian diatas sekedar untuk pengetahuan bersama bahwa suami / istri / anak , Allah karuniakan adalah sebagai amanah dan teman seperjalanan di dunia, dalam rangka meraih Cinta Allah subhana wa Ta'ala.

Dan Intinya adalah bagaimana setiap jiwa harus benar-benar mempersiapkan sendiri seberapa jauh Allah kelak ridha kepada Nya, dan tak jemu mendidik seluruh keluarganya . Agar kelak Allah berkenan mengumpulkan mereka bersama dalam kemuliaan surga Nya.


Semoga Allah menjadikan kita semua dalam golongan hamba-hamba Nya yang beruntung , dimuliakan dan di Cintai Nya . Aamiin.





Dari risalah Ahwalun Nisa’ fil Jannah,
- Sulaiman bin Shaleh al-Khurasyi.


Wallāhu a’lam bishawab
Baarakallaahu fiik

::: TAHAP-TAHAP CINTA KEPADA ALLAH .. :::




TAHAP-TAHAP CINTA KEPADA ALLAH
(Menurut Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)



Bismillahirrahmannirahim,
 
DI DALAM al-Quran, ada disebutkan bahawa hanya orang-orang yang membawa hati yang sejahtera sahaja yang akan menemui Allah atau diterima Allah. Firman Allah subhanahu wa ta'ala di dalam surah al-Shu’araa’ ayat 88-89:

♥ ♥ ♥ ♥ “Hari (Akhirat adalah hari) yang tidak bermanfaat lagi harta mahu pun anak pinak. Kecuali seseorang yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang sejahtera”

Banyak sifat-sifat mahmudah yang perlu disemaikan dalam jiwa kita untuk mendapatkan hati yang sejahtera yang akhirnya diterima oleh Allah. Sifat-sifat yang perlu ada pada kita ialah:

CINTA KEPADA ALLAH atau HUBBULLAH atau MAHABBATULLAH

Dalam dunia akhlak, CINTA KEPADA ALLAH merupakan tempat persinggahan bagi sesiapa yang berjalan menuju Allah, menjadi santapan hati, makanan roh; ertinya hati sentiasa sihat dan kenyang apabila ada rasa cinta kepada Allah; CINTA KEPADA ALLAH merupakan kehidupan sehingga orang yang memilikinya tidak pernah mati, CINTA KEPADA ALLAH ialah cahaya/nur; sesiapa yang memiliki cinta ini tidak akan merasai kegelapan. Cinta adalah kelazatan, sesiapa yang memilikinya pasti tidak merasai kesengsaraan. Cinta pasti menghantar seseorang ke tempat tujuan yang hendak dicapai, bahkan sesiapa yang ADA PADA HATINYA CINTA KEPADA ALLAH digambarkan oleh Allah hamba yang paling ideal. DIA MENCINTAI ALLAH DAN ALLAH MENCINTAINYA. Ini digambarkan oleh Allah dalam surah Al-Maaidah ayat 54, maksudnya:

♥ ♥ ♥ ♥ "Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa di antara kamu berpaling tadah daripada agamanya (jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang yang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah dan mereka tidak takut kepada celaan orang yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia Allah yang diberikan-NYA kepada sesiapa yang dikehendaki-NYA; kerana Allah Maha Luas limpah kurnia-NYA, lagi Meliputi Pengetahuan-NYA.” (Al-Maaidah: 54)

Dalam ayat di atas Allah beritahu ciri-ciri manusia yang paling ideal yang memenuhi syarat CINTA KEPADA ALLAH, MANUSIA YANG PALING DEKAT DENGAN ALLAH; iaitu kecintaan mereka kepada Allah sehingga Allah juga cinta kepada mereka, mereka merendah diri kepada orang-orang mukmin, kerana Allah mencintai orang-orang mukmin: mereka bersifat tegas kepada orang-orang kafir kerana Allah juga bersikap keras terhadap orang-orang kafir; mereka sanggup berkorban dan berjuang bersungguh-sungguh menegakkan agama Allah, dan mereka tidak takut kepada celaan orang. Mereka tidak rasa terhina apabila dihina oleh orang asalkan kekasihnya melihatnya mulia, sebaliknya mereka rasa terhina jika kekasihnya (Allah) menghinanya walaupun seluruh dunia memujinya. Jika kita cinta sesama pasanggan kita kita sanggup berkorban apa sahaja. Jadi untuk cinta Allah dan Allah membalas cinta kita syarat-syarat di atas perlu ada. Apalah erti CINTA jika tidak sanggup berkorban lebih-lebih lagi kepada Allah.

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya berkenaan 'IYYAKA NA'BUDU WAIYYAKA NASTA'IIN' menghuraikan tentang kecintaan kepada Allah. Harus diingat Allah amat mencintai alam dan segala isinya. Allah mencipta makhluk-NYA dengan penuh rasa cinta, lebih-lebih lagi kepada khalifah-NYA iaitu manusia. Allah menyayangi makhluknya 70 kali lebih ibu menyayangi anaknya.

Menurut Imam Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah ini ada SEPULUH tahap kecintaan kepada Allah:


TAHAP PERTAMA: 'ALAQAH

Tahap yang paling rendah, secara harfiah maksudnya ada hubungan, kebergantungan, kaitan (connection). Kita dah berusaha mengingat Allah bukan sahaja ketika kita susah atau senang malah setiap saat kita mengingati-NYA (tidak pernah lupa walaupun sesaat dan tidak pernah jauh walaupun seinci) yakni kita berhubung dengan Allah. (Seringkali manusia lupa Allah bila senang, sihat atau kaya tapi ingat (berhubung dengan Allah) ketika susah, sakit atau jatuh miskin). Bila dah agak senang kita agak renggang dengan Allah sebab kita rasa dah boleh berdikari. Jika yang asas inipun tidak kuat agak susah hendak naik ke tahap yang lebih tinggi.

Maka marilah kita cuba usaha menyatukan hati kita dengan Allah dengan mencuba menyukai apa yang Allah suka dan membenci apa yang Allah tidak suka, maknanya, lalukan apa yang Allah suruh dan tinggalkan apa yang Allah larang.

Ingatlah akan sabda Nabi tentang TUJUH golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari akhirat, salah satunya ialah dua orang bani Adam yang saling menyintai kerana Allah, berjumpa dan berpisah kerana Allah. Jika hati sudah terpaut dengan ciptaan Allah, peraturan Allah, redha dengan ketentuan-NYA, mensyukuri nikmat-NYA bermakna kita sudah ada CINTA ALLAH tahap pertama ini. Bila dah ada CINTA tahap ini alhamdulillah, ini dinamakan buih-buih cinta/ benih-benih cinta, bila ada tanda-tanda ini maknanya kita sudah meresapkan sifat-sifat Allah ke dalam diri kita. Kita akan suka apa Yang Allah suka dan benci apa yang Allah benci. Kita lakukan semua ini kerana cinta, kita takkan berputus asa/tidak sabar sebagaimana semasa kita mendidik anak-anak kita sabar menegur berkali-kali.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KEDUA: IRADAH

Maknanya kehendak, kecenderungan untuk mencari/menemui orang yang dicintai/yang dicari.

Bila hati dah tergerak mencintai iaitu sudah ada benih-benih cinta, sudah terpaut kita mesti berkehendak atau cenderung untuk mencari, jika yang kita cintai itu adalah manusia kita akan cari alamat rumah, bila dah jumpa tentu kita jumpa kekasih kita. Mustahil jika kita dah ada rasa cinta kita tidak mahu mencari, kita akan cari alamat dan akan cari rumahnya (jika kita dah tahu alamat tapi tidak hendak cari maknanya tidak berertilah cinta). Lalu di mana hendak cari Allah? Carilah Allah melalui ciptaan Allah. Carilah sebagaimana Nabi Ibrahim mencari Allah سبحانه وتعالى melalui bulan, bintang dan matahari serta semua ciptaan Allah, selalu orang sebut Zikir dan Fikir (Tazakkur dan tafakkur).


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KETIGA: SOBAABAH

Maknanya; Mencurahkan/menumpahkan/menuangkan (cuba bayangkan tuang atau curah air daripada satu baldi (bekas besar) penuh jika guna baldi, bukan menyiram sedikit-sedikt).

Ini bermaksud mencurahkan sepenuh hati rasa cinta. Cinta yang tidak dapat dibendung lagi, bukankah dikatakan mencurahkan air yang banyak, bila dicurahkan air yang banyak tentu melimpah. Bila rasa kasih seperti ini tentulah bila kekasih panggil dia segera datang, orang lain panggil tidak dengar dah (tidak dipeduli), bila kekasih buat temujanji, temujanji yang lain-lain batal. Bila seruan Haiyya 'alas solah, Haiyya 'alal falah tinggalkan segera kerja-kerja lain tanpa tangguh seminitpun kerana panggilan kekasih lebih penting daripada yang lain-lain. Itulah cinta pada tahap ini. CINTA dicurahkan hanya kepada Allah.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KEEMPAT: GHARAB

Maksudnya menyala-nyala/ berkobar-kobar. Cinta yang tidak boleh dipisahkan lagi sebagaimana Laila dan Majnun, tatkala ini panas terik atau hujan lebat dan guruh berdentumpun tidak terasa.

Cinta peringkat ini semuanya indah belaka, tersangat puas (perasaan yang sangat sukar hendak digambarkan, seumpama hendak terangkan pedas cili kepada orang yang belum pernah makan cili) setiap orang yang bercinta pasti pernah merasai ini, alangkah baiknya jika cinta seumpama ini ditujukan kepada Allah, sebagaimana bahagianya Ashabul Kahfi di dalam gua padahal apalah yang ada dalam gua.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KELIMA: WIDAD

Widad iaitu menyatakan cinta/kasih sayang dengan perbuatan; atau kasih sayang yang diterjemahkan melalui perbuatan; rela berkorban apa sahaja; ini boleh dikaitkan dengan mawaddatan wa rahmah yang Allah kurniakan kepada pasangan suami isteri. Apakah yang dapat kita fahami daripada dua perkataan ini? Dua-dua perkataan ini maksudnya sama iaitu kasih sayang dan belas kasihan. Mawaddah bermaksud kasih sayang dan belas kasihan yang ditunjukkan melalui perbuatan manakala rahmah tidak melalui perbuatan. Contoh: Pasangan ketika muda, masih bertenaga, mereka boleh menunjukkan kasih sayang dengan perbuatan dan juga melalui luahan perasaan dan sebagainya tetapi apabila pasangan ini sudah tua, katakanlah seorang usianya sudah 95 manakala pasangannya pula 85, tidak mampu lagi keduanya saling melayan sesama mereka, hendak menyuap makanan ke mulut masing-masingpun mungkin sudah tidak berdaya lagi tetapi perasaan mereka masih kuat saling menyayangi, yang ini yang dimalsudkan rahmah.


Dalam Surah Ar-Rum Ayat 21 Allah سبحانه وتعالى berfirman (maksudnya):

♥ ♥ ♥ ♥ "Dan antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-NYA dan rahmat-NYA bahawa Dia menciptakan untukmu (wahai golongan lelaki) isteri-isteri daripada jenismu sendiri supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya dan dijadikan antara kamu (suami isteri) kasih sayang dan belas kasihan, sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan yang menimbulkan kesedaran bagi orang-orang yang berfikir." (Ar-Rum: 21)

Ramai yang mengaku cinta Allah tetapi ramai yang tidak dapat tunjuk. Sebab itulah Allah bagi petunjuk dalam ayat 31 Surah Ali-Imran:

♥ ♥ ♥ ♥ "Katakanlah (wahai Muhammad): "Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (A-li'Imraan: 31)

Allah menyuruh Nabi memberitahu kita dengan berkata: "Wahai manusia yang mendakwa cinta kepada Allah! Kamu kena tunjuk dengan perbuatan, kamu kena ikut apa yang aku suruh. Bila kamu dah buat seperti aku barulah Allah mengasihi/mencintai kamu dan mengampunkan dosa kamu". Begitulah yang dinamakan widad - kena lakukan/kena amal.

Jika tidak ada syarat ini tiadalah istilah pengorbanan. Pengorbanan di sini ialah ikutlah rasul jika mahu cinta dibalas oleh Allah.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KEENAM: SHAGHAF

Maksudnya memujuk/ merayu kerana cinta yang mendalam menusuk /meresap ke lubuk hati sebagaimana cinta Zulaikha kepada Nabi Yusof seperti dalam surah Yusof ayat 30 di bawah (maksudnya):

♥ ♥ ♥ ♥ "Dan (sesudah itu) perempuan-perempuan di bandar Mesir (mencaci hal Zulaikha dengan) berkata: Isteri Al-Aziz itu memujuk hambanya (Yusuf) berkehendakkan dirinya, sesungguhnya cintanya (kepada Yusuf) itu sudahlah meresap ke dalam lipatan hatinya; sesungguhnya kami memandangnya berada dalam kesesatan yang nyata." (Yusuf: 30)

Cinta pada tahap ini meresap ke dalam hati, tidak kisah apa orang hendak kata, biarpun Zulaikha itu isteri kepada penguasa Mesir (al-Aziz) dia tidak kisah mencintai Yusof yang entah daripada mana asalnya, hamba pula kepada al-Aziz. (tentulah kita tidak disuruh berakhlak seperti Zulaikha ini - kisah dalam al-Quran adalah sebagai teladan dan sempadan buat kita) tapi kisah ini hendak tunjukkan tahap cinta peringkat shaghaf ni dia tidak kisah apa orang hendak kata.

Ini samalah dengan ayat Al-Maaidah 54 tadi. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم pun ketika orang-orang kafir mencela, Nabi tetap CINTA ALLAH. Kalau kita berada pada tahap ini kita berdakwah kita tidak takut orang-orang sekeliling menyindir kita. Samalah juga seperti Nabi Ibrahim ketika hendak menyembelih Nabi Ismail tentu jika orang melihat orang akan mencelanya (bukankah perkara gila hendak sembelih anak sendiri?) tetapi kerana Cinta Allah melebihi segala-galanya Nabi Ibrahim as tidak peduli apa orang hendak kata.

Dalam hal ini jika kita lakukan yang betul biarlah orang menghina kita. Contohnya jika kita ke Makkah mengerjakan haji kita terpaksa pilih pakej termurah, berjalan kaki, tidur beralaskan lengan bertilamkan tanah berbumbungkan langit pun tidak mengapa asal kita CINTA ALLAH; inilah shaghaf. Dalam keadaan apapun kita, ketika sakit, bila kita bergerak sedikitpun kita rasa sakit kita tetap buat perintah Allah; inilah SHAGHAF.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KETUJUH: 'ISQUN ATAU 'ASYIK (BUKAN KHAYAL)

Makna mendapat kepuasan, ketenangan, kebahagiaan. Ketika pada tahap shaghaf tadi, mula-mula rasa tertekan tetapi akhirnya walaupun dikutuk dia mendapat kenikmatan, nikmat sabar, nikmat syukur dan nikmat ridha. Kenapa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم berdoa:

♥ ♥ ♥ ♥ “Ya Allah jadikan hambaMu ini sehari kenyang dan sehari lapar”? Sebabnya ialah kerana Nabi ingin jadi hamba Allah yang bersyukur, dan sabar, baginda ingin mendapatkan kepuasan / nikmat syukur selepas kenyang dan nikmat sabar ketika lapar.

Bagi orang-orang yang 'isqun; sabar itu pahit. Pepatah Arab mengatakan

|| "Kesabaran itu seperti bakawali, pahit rasanya tetapi akibat/kesudahannya lebih manis daripada madu."

Orang-orang yang 'isqun ini merasai kemanisan bersabar dan kenikmatan dalam berjihad. Cuba kita kaitkan dengan perasaan kita ketika kita ada anak yang masih bayi, masa tu kita masih lagi belum sihat (ibu-ibu dalam pantang) bila bayi terjaga kita yang mengantukpun tidak terasa; itulah namanya asyik jaga bayi, tidak terasa sakit, mengantuk ataupun penat. Walaupun sebenarnya kita sedang sakit, mengantuk dan penat tapi kita puas jaga bayi kecil kita, itulah kenikmatan yang dirasakan. Cuba buat seperti ini kepada Allah, tetapi biasanya orang asyik kepada umpamanya berkayak, bermain golf, jungle tracking, berenang selat Inggeris, mendaki gunung, cuba tanya kepada mereka ini sama ada mereka penat atau tidak? Tentu jawapannya penat tetapi puas.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KELAPAN: TATAIYYUM

Berasal daripada perkataan anyutmu, mufradnya yutmun maksudnya sendirian umpama anak yatim yang ditinggalkan (kematian) ibu bapanya/ keseorangan.

Peringkat cinta seperti ini ialah merendahkan diri/bersendirian. Jika cinta Allah dia merendahkan diri kepada Allah سبحانه وتعالى, merasa sendirian sama seperti anak yatim, dia merasai tidak punya apa-apa kecuali ALLAH سبحانه وتعالى, walaupun dia berada di tengah-tengah keramaian selagi dia tidak merasa berada di sisi kekasihnya dia rasa sepi. Setelah dia berasa berada di sisi kekasihnya dia rasa kaya. Nabi bersabda dalam hadis Qudsi, Allah سبحانه وتعالى berfirman:

♥ ♥ ♥ ♥ "Wahai anak adam! carilah oleh kamu akan Aku pasti kamu mendapatkan Aku dan jika engkau telah berjaya mendapatkan Aku, engkau telah mendapat segala-galanya jika kamu gagal mendapatkan Aku, kamu akan kehilangan segala-galanya".

Orang yang berada pada tahap ini dia tidak perlu takut, jika dia miskin dia tidak perlu takut kerana Allah Pemberi rezeki, jika dia sakit dia tidak perlu khuatir kerana Allah Maha Penyembuh, jika dia dianiayai kenapa perlu bersedih, ALLAH Maha Pelindung dan seterusnya, seterusnya. Seorang solufussalih pernah berkata:

|| "Saya adalah hamba kepada Allah yang Maha Kaya, aku tidak takut miskin, bagaimana aku takut miskin sedangkan aku hamba kepada Allah Yang Maha Kaya."

Biasanya kita bila ada kawan kita tidak rasa kesunyian, bila ada segala-galanya kita rasa aman, tetapi bagi orang mukmin wajib merasai memiliki ketenangan bila ada Yang Mencipta bukan yang dicipta.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KESEMBILAN: TA'ABBUD

Berasal daripada perkataan 'abdun (hamba) – memperhambakan.

Orang yang ada Cinta pada tahap ini mempunyai 3 tanda:

• Dia tidak melihat segala apa yang ada pada tangannya sebagai miliknya kerana pemilik sebenarnya ialah Allah. Dia datang ke dunia tidak bawa apa-apa bahkan dirinyapun milik Allah (Inna Lillahi Wainna Ilaihi Raaji'uun).

• Oleh sebab segala yang ada pada dirinya bukan miliknya, dia memastikan segala apa yang dilakukannya sesuai/selari dengan kehendak pemilik sebenar. Umur, tenaga, anggota, masa, ilmu, kesihatan, rezeki dan segala-galanya adalah milik Allah.

• Dia tidak memastikan dirinya melakukan sesuatu amalan pada masa hadapan melainkan dengan izin Allah. Contoh dia hendak pergi ke satu tempat esok pagi, dia kena kata InsyaAlah, tidak pernah kata pasti saya akan pergi. Ini untuk menunjukkan satu bentuk kenyataan bahawa kita manusia ini lemah, hendak pastikan kita bangun pagi pun kita tidak dapat, hendak pastikan sihat ke dan macam-macam lagi semuanya boleh dilakukan dengan pertolongan Allah semata-mata. Tanpa pertolongan-NYA segalanya tidak berlaku.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

TAHAP KE SEPULUH: KHULLATUN (KHULLAH)

Makna asalnya kosong. Sesorang hamba Allah yang mempunyai cinta tahap ini dipanggil Khalilullah kerana cintanya peringkat tertinggi.

Dalam al-Quran Allah panggil Nabi Ibrahim Khalilullah kerana cintanya peringkat tertinggi. Dalam hatinya kosong, yang ada hanya Allah سبحانه وتعالى. Dia tidak rela ada penghalang antara dia dengan Allah. Sekuat mana kasihnya kepada puteranya Ismail, disembelihnya kerana semata-mata menurut arahan Allah. Walaupun hakikatnya tidaklah disembelihnya Ismail itu tetapi Nabi Ibrahim telahpun melakukan perintah Allah dan oleh kerana Nabi Ibrahim Dengar dan Taat. Allah gantikan dengan seekor kibas. Nabi Ibrahim diberi isteri bernama Siti Hajar yang juga Khullah.

Selepas membaca tahap-tahap kecintaan ini, kita bolehlah menilai diri kita pada tahap manakah CINTA KITA KEPADA ALLAH. Jika kita beraada pada tahap PERTAMA berusahalah untuk naik ke tingkat KEDUA dan seterusnya hingga ke peringkat tertinggi yang sama seperti yang dicapai oleh Nabi Ibrahim alaihissalam.

Semoga kita dapat membina hubungan CINTA kepada Allah supaya cinta kita berbalas. Pasti ada syarat-syaratnya untuk Allah membalas cinta kita.


_______
Disunting dari: http://permatainn.blogspot.com/2011/03/cinta.html

::: APAKAH IHSAN ? :::



Rasulullah menjelaskan tentang Ihsan iaitu:

“Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim 11)

Norma, adab, perilaku, akhlak ada didalam Ihsan. Mereka yang bergunjing, berkeluh kesah, berkata dengan kasar, bahkan masih ada yang berputus asa adalah karena mereka minimal tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla melihat mereka, mereka tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla mengurus ciptaanNya dan Dia tidak tidur. (Al Baqarah: 255)

Muslim yang meyakini diawasi/dilihat oleh Allah Maha Agung sifatNya atau mereka yang dapat melihat Rabb dengan hati (‘ain bashirah) atau muslim yang Ihsan atau muslim yang bermakrifat maka ia mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya, mencegah dirinya dari perbuatan maksiat, mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. Sehingga terwujud dalam berakhlakul karimah. Inilah tujuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

♥ ♥ ♥ ♥ “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad)

Oleh karenanya seorang ustadz sebaiknya menyampaikan ketiga pokok agama yakni Islam, Iman, Ihsan agar terbentuk muslim yang berakhlakul karimah, muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifat yakni muslim yang dapat menyaksikan Allah dengan hati mereka (‘ain bashiroh).


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

ISLAM DAN IMAN DIKENAL DENGAN SYARIAT SEDANGKAN IHSAN DIKENAL DENGAN TASAWUF

Imam As Syafi’i rahimahullah menasehatkan kita untuk menjalankan perkara syariat sebagaimana yang mereka sampaikan dalam kitab fiqih sekaligus menjalankan tasawuf untuk mencapai muslim yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang Ihsan.

Imam Syafi’i rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya),

|| ”Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]

Begitupula dengan nasehat Imam Malik rahimahullah bahwa menjalankan tasawuf agar manusia tidak rusak dan menjadi manusia berakhlak baik.

Imam Malik rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya):

|| “Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajari fiqih (perkara syariat) rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar.”

Imam Nawawi rahimahullah berkata:

|| “Pokok-pokok metode ajaran tasawwuf ada lima: Taqwa kepada Allah di dalam sepi maupun ramai, mengikuti sunnah di dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk di dalam penghadapan maupun saat mundur, ridha kepada Allah dari pemberian-Nya baik sedikit ataupun banyak dan selalu kembali pada Allah saat suka maupun duka.“ (Risalah Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawwuf halaman: 20, Imam Nawawi)


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

Jika mereka menjalankan perkara syariat tidak diikuti dengan menjalankan tasawuf atau mereka tidak memperhatikan amalan batin mereka maka mereka akan sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah sampaikan sebagai

♥ ♥ ♥ ♥ “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan” (HR Muslim 1773)

Maknanya sholat mereka sebatas dzahirnya saja atau amalan lahirnya saja, tidak sampai kepada bathin (qalbu) mereka atau tidak bermanfaat atau mempengaruhi kepada hati atau bathin mereka yang mengatur jasad lahir sehingga sholat mereka tidak mencegah perbuatan keji dan mungkar, sholat mereka tidak mencegah mereka dari bergunjing, berkeluh kesa , berkata dengan kasar, bahkan masih ada yang berputus asa.

Selengkapnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

♥ ♥ ♥ ♥ “akan muncul suatu firqah/sekte/kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya” (HR Muslim 1773)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

♥ ♥ ♥ ♥ “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayatkan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nombor 11025, 11/46)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

♥ ♥ ♥ ♥ “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (al Ankabut: 45)

Sholat mereka tidak menumbuhkan keyakinan akan pengawasan Allah atau pengawasan Allah tidak tertanam dalam jiwanya atau qalbunya.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

Segelintir kaum muslim, ibadah sholat mereka sekedar upacara keagamaan (ritual) atau gerakan-gerakan yang bersifat mekanis (amal) yang sesuai syarat dan rukun-rukunnya (ilmu), sebagaimana robot sesuai programnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

♥ ♥ ♥ ♥ “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian.” (HR Muslim)

Tidaklah mereka mencapai sholat yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa “Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin“, ‘sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin’ yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.

Dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

♥ ♥ ♥ ♥ “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan.”

Allah berfirman yang artinya,

♥ ♥ ♥ ♥ “Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya.” (Al-Baqarah: 45)

__________


Shared By: ⓑⓘⓒⓐⓡⓐ ღ ⓗⓘⓓⓐⓨⓐⓗ

::: WAHAI ANAKKU , KAMI MENGINGINKAN PAHALA ITU ... :::



Ya Bunayya,..engkau buah hati kami.
Hilang letih dan lelah kami ketika melihat engkau beranjak dewasa tumbuh dengan akhlak mulia.


Wahai anakku,… engkau hidup di penghujung zaman yang semakin banyak kerusakan dan fitnah yang menyambar setiap detik nafasmu. Jikalah tidak engkau bergantung pada Dzat Yang Maha Kuat dan Kuasa, maka pada siapa lagi engkau akan berlari.


Duhai penyejuk hati yang gundah,…
kami menginginkan dunia hanya sebagai bekal untukmu menuju akhirat yang abadi. Sungguh kami akan menangis dan berduka bila engkau lalai pada perintah Rabbmu.


Duhai penyejuk mata,….
di hari yang semakin mendekati kepunahan. Tak lelah kami mendidikmu dengan Al-Qur’an. Siang malam kami bersabar dan tak kecewa membetulkan bacaanmu yang yang tertatih-tatih dan terlupa dari satu ayat Al-Qur’an.
Demikian pula doa senantiasa kami panjatkan untuk kalian agar Allah memberi kemudahan.


Untukmu buah hatiku … bersabarlah di hari yang sulit ini.
Sungguh engkau akan menikmati jerih payahmu ketika dewasa nanti. Janganlah engkau lupakan kami dalam doamu .Semoga Allah di kemudian hari, memberi kelapangan pada kubur kami yang sempit nanti.


Ya bunayya,…. engkau pasti kan bertanya, mengapa orang tua kami melakukan hal ini untuk kami?
Kami dapati dalam ucapan Nabimu yang mulia shalallahu alaihi wassalam diriwayatkan dari Buraidah bin Hushaib radhiyallahu anhu ia berkata: “Pernah ketika aku sedang berada di sisi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam maka aku pernah mendengar beliau bersabda,

“Al-Qur’an itu akan menemui ahlinya pada hari kiamat ketika kubur telah terbelah seperti seorang laki-laki yang berwajah putih berseri. Ia berkata pada laki-laki tadi,”Apakah kamu mengenaliku?” dia menjawab,”Aku tidak mengenalimu” Ia berkata,”Aku adalah temanmu, Al-Qur’an yang dulu selalu membuat kering tenggorokanmu di siang hari dan begadang di malam hari. Dan setiap pedagang tentulah mengharapkan keuntungan dari barang dagangannya, dan kamu pada hari ini mendapatkan keuntungan dari usahamu.”Kemudian di berikan untuknya kerajaan di tangan kanannya dan keabadian (surga) ditangan kirinya, di letakkan mahkota kebesaran di kepalanya, dan dikenakan bagi kedua orangtuanya dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi. Keduanya berkata: ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu” Kemudian diperintahkan kepadanya, Bacalah (Al-Qur’an) dan naikilah tangga-tangga surga dan masuklah ke kamar-kamarnya” Maka dia terus naik (derajatnya) selama dia membacanya dengan cepat atau dengan cara tartil (perlahan-lahan)” (HR. Ahmad)


Dan juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu kepada Nabi shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda,

“…. dan dikenakan kepada kedua orangtuanya dua pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia dan seisinya. Keduanya berkata, “Ya Rabb, Bagaimana kami bisa mendapatkan balasan seperti ini !! dikatakan :”Dengan mendidik Al-Qur’an kepada anak-anakmu” (HR. Ath-Thabrani).


Wahai bunayya,.. betapa kami menginginkan pahala itu.
Kami-pun menyadari tidaklah mudah untuk mendapatkannya. Karena memang segala sesuatu harus diraih dengan kerja keras yang gigih dan kesabaran yang tak bertepi. Lelah dan letih kami akan di hargai-Nya karena Allah Yang Maha Mulia telah berfirman:

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (39) dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya (40) Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” (41). (An-Najm :39-41).


Sungguh kami yakin wahai bunayya,… jika sekiranya para orangtua mengetahui keutamaan dan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya karena mengajarkan Al-Qur’an pada buah hati mereka, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mengajarkan anak-anaknya Al-Qur’an, membimbing mereka untuk selalu membaca, menghayati maknanya dan mengamalkannya dalam kehidupan yang fana ini.




Abu Ziyad

::: AL WALI - DEKAT DI SISI ALLAH .. :::


Bismillahirahmannirahim,

♥ ♥ ♥ ♥ "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): SESUNGGUHNYA AKU (ALLAH) SENTIASA HAMPIR (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanKu (dengan mematuhi perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul." (Al-Baqarah [2] : 186)

♥ ♥ ♥ ♥ “Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih DEKAT kepadanya daripada urat lehernya (uarat nadi).” (Qaf [50] : 16)

DEKATNYA Allah yang diperbincangkan di sini ialah daripada maksud AL-WALI (Yang Maha Memerintah, Yang maha Menguasai), iaitu nama Allah ke 77.

Kata dasarnya ialah waw lam alif terambil daripada wala yali yang membawa maksud:

• Dekat, Mengikuti, Melindungi/memelihara/menjaga/menguasai, Mengasihani/menyayangi/mencintai.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

Al-Wali; maknanya Allah سبحانه وتعالى dekat dengan makhluk-NYA seperti yang digambarkan oleh Allah سبحانه وتعالى dalam dua ayat di atas.

Istilah yang selalu kita dapati digunakan dalam al-Quran bagi menggambarkan kedekatan Allah dengan hamba-NYA ataupun sebaliknya ialah berperingkat seperti berikut:

1. Muhit مُّحِيطً۬
2. Ma'a مَعَ
3. Qarib قَرِيبٌ
4. 'inda atau 'indi عِندَ atau عِندِ
5. Aslama, yuslimu dan islam


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

PERINGKAT PERTAMA MUHIT, مُّحِيطً۬ di dapati dalam ayat-ayat yang berkahir dengan Wallahu Muhitum bil kaafirin atauAllahu bikulli syaim muhita, contoh ayat di bawah:

وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِۚ وَڪَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ۬ مُّحِيطً۬ا

♥ ♥ ♥ ♥ "Dan bagi Allah jualah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan Allah sentiasa Meliputi (pengetahuan-NYA dan kekuasaan-NYA) akan tiap-tiap sesuatu." (An-Nisaa' [4] : 126)

Maknanya Allah meliputi segala sesuatu, seperti dinyatakan dalam surah al-Baqarah; kekuasaan-NYA, kebijaksanaan-NYA, keadilan-NYA.

♥ ♥ ♥ ♥ "Dan Allah jualah yang memiliki timur dan barat, maka ke mana sahaja kamu arahkan diri (ke kiblat untuk menghadap Allah) maka di situlah arah yang diredhai Allah; sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-NYA dan limpah kurnia-NYA), lagi sentiasa Mengetahui." Al-Baqarah [ 2 ] : 105)

Tidak ada ruang di alam semesta ini yang terlepas daripada kekuasaan-NYA, kebijaksanaan-NYA, keadilan-NYA dan pengetahuan-NYA. Kedekatan Allah kepada makhluk-NYA seperti inilah yang dinamakan Muhit. Tidak ada bezanya antara semua makhluk yakni manusia, haiwan dan syaitan dan lain-lainya.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

PERINGKAT KEDUA PULA IALAH MA'A مَعَ

Ini lebih tinggai daripada Muhit. Siapakah yang didekati oleh Allah dengan مَعَ ini? Contoh

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

♥ ♥ ♥ ♥ "Wahai sekalian orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan (untuk menghadapi susah payah dalam menyempurnakan sesuatu perintah Tuhan) dengan bersabar dan dengan (mengerjakan) sembahyang; kerana sesungguhnya ALLAH MENYERTAI (MENOLONG) ORANG-ORANG YANG SABAR." (al-Baqarah [2] : 153)

♥ ♥ ♥ ♥ "Kemudian apabila Talut keluar bersama-sama tenteranya, berkatalah ia: Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sebatang sungai, oleh itu sesiapa di antara kamu yang meminum airnya maka bukanlah dia dari pengikutku dan sesiapa yang tidak merasai airnya maka sesungguhnya dia dari pengikutku, kecuali orang yang mencedok satu cedokan dengan tangannya. (Sesudah diingatkan demikian) mereka meminum juga dari sungai itu (dengan sepuas-puasnya), kecuali sebahagian kecil dari mereka. Setelah Talut bersama-sama orang-orang yang beriman menyeberangi sungai itu, berkatalah orang-orang yang meminum (sepuas-puasnya): Kami pada hari ini tidak terdaya menentang Jalut dan tenteranya. Berkata pula orang-orang yang yakin bahawa mereka akan menemui Allah: Berapa banyak (yang pernah terjadi), golongan yang sedikit berjaya menewaskan golongan yang banyak dengan izin Allah dan ALLAH (SENTIASA) BERSAMA-SAMA ORANG-ORANG YANG SABAR." (al-Baqarah [2 ] : 249)

Maknanya bukan semua Allah bersedia 'dekat' dengan-NYA. Tentu ada syaratnya bagi peringkat yang kedua ini; itulah orang-orang yang beriman dan orang-orang yang bersabar. Jika tahap pertama tadi semua orang Allah dekat, tetapi peringkat kedua ini ialah orang-orang yang sabar. Kena diusahakan supaya kita berbeza dengan tahap pertama tadi.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

PERINGKAT KETIGA PULA QARIB قَرِيبٌ

♥ ♥ ♥ ♥ “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): SESUNGGUHNYA AKU (ALLAH) SENTIASA HAMPIR (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanKu (dengan mematuhi perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul.” (Al-Baqarah [2] : 186)

Allah menyatakan 'AKU' amat dekat, 'AKU sentiasa memperkenankan permohonan hambaKU dengan syarat mereka juga menyahut seruanKU, mematuhi perintahKU dan beriman kepadaKU. Jika hambaKu berhajat AKU tunaikan, jika hambaKU dalam ketakutan AKU bantu hilangkan ketakutan dan gantikan dengan ketenangan. Qarib di sini bermaksud dekat daripada segi emosional. Contoh; jika seseorang telah terpaut hatinya dengan seseorang biarpun jauh beribu-ribu kilometer akan terasa amat dekat. Maka untuk DEKAT dengan Allah kenalah bina rasa terpaut seperti contoh tadi. Jika menyintai Allah pasti bersedia (bermuafaqah); menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah. Apa yang disuruh lakukan hendaklah dilakukan dan sebaliknya. Allah berfirman:

♥ ♥ ♥ ♥ "Katakanlah (wahai Muhammad): Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani". (Al-Imran [3] : 31)


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

PERINGKAT KE EMPAT عِندَ ATAU عِندِ

Peringakt kedekatan para wali Allah dengan-NYA, maksudnya maqam mereka lebih tinggi. Untuk mendapatkan kedekatan peringkat ini memerlukan pengorbanan yang benar-benar menunjukkan ia seorang hamba.

Allah berfirman :

♥ ♥ ♥ ♥ “Orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan (agama) Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang mereka belanjakan itu dengan perkataan membangkit-bangkit (pemberiannya) dan tidak pula menyinggung atau menyakiti (pihak yang diberi), mereka beroleh pahala DI SISI TUHAN MEREKA dan tidak ada kebimbangan (daripada berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita. (Al-Baqarah [2] : 262)

Ayat di atas ada عِندَ رَبِّهِمۡ yang bermaksud di sisi Tuhan mereka. Orang yang memberi kemudian tidak mengungkit-ngungkit pemberian yang menyebabkan orang yang menerima sakit hati, kedudukannya tinggi di sisi Allah (dekat dengan Allah).

♥ ♥ ♥ ♥ "Dan jangan sekali-kali engkau menyangka orang-orang yang terbunuh (yang gugur Syahid) pada jalan Allah itu mati, (mereka tidak mati) bahkan mereka adalah hidup (secara istimewa) DI SISI TUHAN MEREKA dengan mendapat rezeki". (Ali-Imran [ 3 ] : 169)

Tingkatan orang mukmin dengan orang gugur syahid tidak sama di sisi Allah. Syahid berkorban apa sahaja termasuk nyawa. Maka kedudukan mereka lebih tinggi.

عِندَ ini ada perbezaan antara yang paling rendah yakni orang mukmin, menengah yakni orang mati syahid dan yang paling tinggi ialah para nabi dan rasul serta para solihin, tabiin dan wali-wali.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||

PERINGKAT KE LIMA; Para Nabi dan para Rasul paling dekat di sisi Allah kerana mereka 'Asalama' ; berserah diri.

♥ ♥ ♥ ♥ "(Ingatlah) ketika Tuhannya berfirman kepadanya: Berserah dirilah (kepadaKu wahai Ibrahim)! Nabi Ibrahim menjawab: Aku BERSERAH DIRI (tunduk taat) kepada Tuhan Yang Memelihara dan mentadbirkan sekalian alam". (Al-Baqarah [2] : 131)

Nabi Ibrahim alaihisallam 'DENGAR DAN TAAT' segala perintah Allah سبحانه وتعالى, hinggakan disuruh meninggalkan isteri dan anak di tanah yang gersangpun dikutinya dan diperintahkan menyembelih anak kesayangannya pun dituruti. Nabi Ibrahim juga berpesan kepada anaknya Nabi Yaakob supaya tunduk dan patuh kepada perintah Allah, begitu juga Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم juga menyuruh umatnya supaya patuh dan tunduk kepada Allah سبحانه وتعالى. Pada peringkat tertinggi ini kedekatan para Nabi dengan Allah menyebabkan mereka patuh dan taat. Nabi Yusuf alaihisallam kerana takutkan Allah سبحانه وتعالى baginda rela dipenjarakan daripada menurutkan hawa nafsu.

Para Nabi dan Rasul yang dekat dengan Allah سبحانه وتعالى mereka diberi ilmu yang luas. Sukar untuk kita fahami bagaimana perintah menyembelih anak kesayangan dituruti, dan perintah membocorkan kapal nelayan, membunuh kanak-kanak yang tidak berdosa dan membaiki tembok yang runtuh di sebuah kampung yang penduduknya rata-rata buruk akhlak oleh Nabi Khidir alaihisallam. Nabi khidir alaihisallam adalah seorang yang soleh dan diberi ilmu لَّدُنَّا seperti yang dinyatakan dalam ayat:

♥ ♥ ♥ ♥ "Lalu mereka dapati seorang dari hamba-hamba Kami yang telah kami kurniakan kepadanya rahmat dari Kami dan Kami telah mengajarnya SEJENIS ILMU; DARI SISI KAMI". (Al-Kahfi [18] : 65)

Kita juga pernah mendengar bagaimana Saidina Umar Ibnul Khattab yang sedang berkhutbah di Madinah boleh melihat dan memberi arahan kepada tentera-tenteranya yang jauh daripada pandangannya dan tentera-tenteranya juga boleh mendengar arahan beliau. Inilah anugerah Allah سبحانه وتعالى kepada orang-orang yang DEKAT dengan-NYA. Maha Suci Allah, Allah Maha Besar dan Maha Mengetahui.

Begitulah 5 tingkatan kedekatan Allah dengan makhluk-NYA bergantung dengan usaha makhluk untuk DEKAT dengan-NYA. Jadi amatlah rugi jika tahap dekat seseorang itu sama sahaja seperti yang lain-lain pada tahap pertama.

Orang-orang yang dekat dengan Allah (wali-wali) Allah, mereka tidak ada rasa ketakutan untuk bertemu dengan Allah. Orang-orang salih sangat rindu, ingin segera bertemu dengan Rabb mereka sebagai contoh dikisahkan bahawa Imam 'Ali bin Abu Talib semasa menunggu saat kematiannya selepas ditikam dengan tombak beracun; beliau tersenyum sedangkan sahabat-sahabat yang mengelilinginya menangis. Ketika ditanya mengapa beliau tersenyum, 'Ali radhiallahuanhu menjawab dengan bertanya semula;

|| "Kenapa aku mesti sedih sedangkan aku ingin bertemu dengan kekasihku. Bagaimana aku tak gembira kerana aku akan bertemu dengan-NYA yang selama ini aku hanya menyebut namanya".



__________

Disunting dari: permatainn.blogspot.com/2010/05/dekat-di-sisinya.html
Shared By: ⓑⓘⓒⓐⓡⓐ ღ ⓗⓘⓓⓐⓨⓐⓗ