Senin, 19 September 2011

:: ZIKIR DAN DOA ::

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata:

“Dan tidak diragukan bahwa hati akan berkarat seperti halnya berkaratnya tembaga, perak, dan yang lain.

Dan hati bisa mengkilap dengan zikir, dia bisa mengkilap sampai dianggap seperti cermin yang putih

Hati bisa berkarat dengan dua sesuatu: kelalaian dan dosa.

Hati bisa dikilapkan dengan dua sesuatu: meminta ampunan (istighfar) dan zikir.

Barangsiapa yang telah dikalahkan oleh kelalaian disetiap waktunya, maka karat akan menyelimuti hatinya.

Dan jika hati berkarat, yang tidak tercetak didalamnya, gambaran sesuatu yang diketahui sesuatu dengan semestinya; maka dia akan melihat kesalahan dalam gambaran kebenaran dan melihat kebenaran di dalam kesalahan.

Jika karat telah berakumulasi, maka semakin gelap dan tidak bisa tampak gambar kebenaran sebagaimana mestinya. Jika karat berakumulasi, menghitamkan, dan karat yang mengumpul menjadi sangat gawat sampai gambarnya rusak dan penangkapannya tidak bisa menerima kebenaran dan tidak bisa mengingkari kesalahan, dan hal ini adalah siksaan yang paling besar bagi hati seseorang.

Sumbernya adalah kelalaian dan mengikuti hawa nafsu, dimana keduanya telah melenyapkan cahaya hati dan membutakan mata hatinya.

Allah SWT berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunnya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. 18:28)

Yang Mulia Ibnu Athaillah Al Iskandary r.a berkata:
“Zikir adalah membersihkan dari lalai dan lupa, dengan selalu menghadirkan hari-harinya bersama Al Haq. Dan dikatakan: Berulang-ulang menyebut nama Allah SWT dengan hati dan lisan, atau berulang kali menyebut salah satu sifat dari sifat-sifatNya, atau salah satu hukum dari hukum-hukumNya, atau salah satu pekerjaan dari pekerjaan-pekerjaanNya, atau yang lainnya dari sesuatu yang bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT.”

Al Imam Abu Al Qasim Al Qusyairi r.a berkata:
“Zikir adalah kewalian yang dibentangkan, yang menyinari persambungan spiritual (al-wuslah), kokohnya keinginan, salah satu tanda sahnya permulaan dan petunjuk akhir. Maka tidak ada sesuatu yang ada dibalik zikir; semuanya saja yang terpuji, yang akan kembali kepada zikir dan muncul dari zikir”. 
Dan beliau juga berkata: “Zikir adalah pondasi yang paling kuat pada jalan al haq, bahkan dia adalah pokok di jalan tersebut. Dan seseorang tidak akan sampai kepada Allah SWT kecuali dengan berzikir secara kontinu”.


Ahmadian W.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar