Jumat, 23 September 2011

MEREKA YANG DIRINDUKAN OLEH RASULULLAH SAW


"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu." (QS Hujurat [49]:13 )
 

"Sebaik-baik manusia" terkait dengan firman Allah ta’ala yang artinya, “kuntum khayra ummatin ukhrijat lilnnaasi“, “Kamu (umat Rasulullah) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS Ali Imran [3]:110 ).

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Sufyan dari Maisarah dari Abu Hazim dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu mengomentari ayat "Kalian adalah sebaik-baik umat yang diutus kepada seluruh manusia." (QS.Ali Imran 110), kata Abu Hurairah; 'Sebaik-baik manusia untuk manusia, adalah kalian membawa mereka dengan dirantai, hingga mereka masuk Islam.' (HR Bukhari 4191)
 
Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i berkata:
“Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam“

Begitu pula dengan Tabi’in (orang yang “melihat”/”bertemu” dengan Sahabat) maupun Tabi’ut Tabi’in (orang yang “melihat”/”bertemu” dengan Tabi’in adalah “sebaik-baik manusia” karena mereka termasuk manusia awal yang bersaksi atau bersyahadat.

Diriwayatkan dari Abu Jum’ah ra yang berkata “Suatu saat kami pernah makan siang bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan ketika itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah ra yang berkata “Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adakah orang yang lebih baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau”. Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab “Ya ada, yaitu kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman kepadaku padahal mereka tidak melihatku”. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis no 17017. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan Ad Darimi juz 2 hal 398 hadis no 2744 dengan sanad yang shahih.
 

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhu, diriwayatkan suatu ketika selepas shalat shubuh, seperti biasa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam duduk menghadap para sahabat.
Kemudian beliau bertanya, “Wahai manusia siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?”.
“Malaikat ya Rasul,” jawab sahabat.
“Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah Tuhan?” Tukas Rasulullah.
“Kalau begitu, para Nabi ya Rasulullah” para sahabat kembali menjawab
“Bagaimana nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka?” kembali ujar Rasul.
“Kalau begitu para sahabat-sahabatmu, ya Rasul”. “Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata-kataku, dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kerasulanku.” Ujar Rasulullah.

Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam terdiam sejenak, kemudian dengan lembut beliau bersabda, “Yang paling menakjubkan imannya,” ujar Rasul “adalah kaum yang datang sesudah kalian semua. Mereka beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku. Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu.
Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.”

Kemudian, Nabi Shallallahu alaihi wasallam meneruskan dengan membaca surat Al-Baqarah ayat 3,   “Mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menginfakan sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka.”

Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Berbahagialah orang yang pernah melihatku dan beriman kepadaku” Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan itu satu kali. “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan kalimat kedua itu hingga tujuh kali.
 
Rasululullah merindukan orang-orang beriman kepadanya namun tidak pernah melihatnya.  Mereka yang tidak melihatnya adalah kaum muslim sampai akhir zaman.
 
Bahkan Rasulullah menyampaikan bahwa para Nabi dan para Syuhada merindukan orang-orang yang akan bermunculan  sampai akhir zaman nanti  karena kedudukan (maqom) mereka di sisi Allah Subhanhu wa ta’ala. Para Sahabatpun akan mencintai mereka. Mereka adalah para Wali Allah
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:  “Sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (maqom) mereka di sisi Allah Subahanahu wa ta’ala seorang dari Sahabatnya berkata,  “siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah,  semoga kita dapat mencintai mereka. Nabi shallallahu alaihi wasallam  menjawab dengan sabdanya:  mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya diantara hamba-hambaku itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatkan maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.”Seorang laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mudah-mudahan kami menyukainya. 
Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya, dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan manusia,” kemudian Beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS Yunus [10]:62 )

Rasulullah telah menyampaikan bahwa akan selalu adanya kaum muslim sampai akhir zaman, di mana pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatkan maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan Syuhada mereka adalah para Wali Allah atau kekasih Allah dengan berbagai tingkatan kedekatan hubungan dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kewalian atau al-walayah menurut Al-Hakim al-Tirmidzi (205-320H/ 820-935M) adalah kedekatan hubungan seseorang dengan Allah dan merasakan kehadiran dan karunia-Nya.

Al-walayah melahirkan relasi antara Allah dengan hamba dalam bentuk al-ri’ayah (pemeliharaan), al-mawaddah (cinta kasih), dan al-inayah (pertolongan).

 Al-walayah merupakan makramat al-ilahiyyah (kemuliaan dari Allah) yang dianugerahkan kepada orang-orang tertentu yang menjadi pilihan-Nya.[1]

Al-Hakim al-Tirmidzi membagi al-walayah kedalam dua bagian, al-walayah al-’ammahb (kewalian umum) dan al-walayah al-Khas (kewalian khusus).

Kewalian umum mencakup semua orang yang beriman, beramal saleh, dan membenarkan para Rasul.[2] Kewalian ini oleh Abd al-Fattah ‘Abdullah Barakah dinamakan walayah al-tawhid (kewalian tauhid), yaitu kewalian orang-orang yang memurnikan keyakinannya dari menyekutukan Allah dengan memperoleh anwâr al-mahabbah (cahaya cinta) yang disebabkan oleh ma’rifah kepada Allah; namun, jiwanya masih tetap dikuasai oleh dorongan rendah. Mereka yang berada pada tingkat kewalian umum ini disebut awliyâ` al-tawhid. Mereka masih jauh dari tingkat al-walayah al-Khasshah, kewalian khusus.[3]

Adapun kewalian khusus adalah ahbâb Allah (para kekasih Allah) dan ashfiyâ` Allâh (Manusia pilihan Allah), yaitu mereka yang dipilih oleh Allah untuk diri-Nya dan Allah pun membimbing mereka dengan karunia-Nya agar mereka lebih dekat kepada Allah.[4]

al-Walâyah al-Khâsshah dapat diraih oleh seorang hamba bila terpadu dua aspek, karsa Allah kepada seorang hamba dan kesungguhan pengabdian seorang hamba kepada Allah. Aspek pertama merupakan hak prerogatif Allah; sedang aspek kedua merupakan perjuangan seorang hamba dalam pengabdiaannya kepada Allah.

Para wali itu memiliki maqâmat al-walâyah, yakni posisi atau kedudukan mereka dihadapan Allah yang diperoleh berkat al-Ibadat (pengabdian kepada Allah), al-mujahadat (perjuangan dalam melawan dorongan rendah), al-riyadlat (latihan kerohanian), dan al-inqitha’ ila Allah (mengorientasikan diri lahir batin kepada Allah).[5]


al-Hakim al-Tirmidzi membagi maqamat al-walayah ke dalam lima maqamat. Kelima maqamat itu adalah: al-muwahhidin,al-shadiqin, al-shiddiqin, al-muqarrabin dan al-munfaridin.[6]

Pertama, al-muwahhidun (penganut faham tauhid). Seorang yang mengesakan Allah disebut ahl al-tawhid. Seorang ahl al-tawhid telah keluar dari kekufuran dan telah memiliki cahaya iman. Dengan modal tauhid dan keimanan tersebut, ahl al-tawhid pada dasarnya telah mendekatkan diri kepada Allah. Al-Hakim al-Tirmidzi menganggap hal ini sebagai awwal manazil al-qurbah (permulaan peringkat kedekatan kepada Allah); namun masih berada pada posisi qurbat al-’ammah (kedekatan secara umum), bukan qurbat al-awliyâ` (kedekatan para wali).[7]

Kedua, al-shadiqun yang juga dinamakan waliyy haqq Allah. Mereka adalah orang yang memperoleh kewalian setelah bertobat, bertekad bulat untuk menyempurnakan tobatnya, menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat, menunaikan al-faraidl (berbagai kewajiban), menjaga al-hudŭd (hukum dan perundang-undangan Allah), dan membatasi al-mubahat (hal-hal yang dibolehkan). Apabila berhadapan dengan al-mahdlur (hal-hal yang dilarang) akan berpaling dan menolak sehingga jiwanya istiqamah.[8] Dinamakan waliyy haq Allah karena ibadah dan ketaatannya kepada Allah serta perjuangannya dalam melawan hawa nafsu berlangsung secara terus menerus tanpa pamrih, semata-mata karena menunaikan haqq Allah atas diri-Nya.[9] Kewalian ini dinamakan walayat haqq Allah min al-shadiqin (kewalian orang-orang yang benar dalam memenuhi haq Allah).[10]

Ada dua ciri utama yang menjadi karakteristik awliya haqq Allah, yaitu: 
(1) bertaubat secara benar dan memlihara anggota tubuhnya dari hal-hal yang dilarang, dan 
 (2) mengendalikan diri dari hal-hal yang dibolehkan.[11] Seorang waliyy haqq Allah, menurut al-Hakim al-Tirmidzi, mensucikan batinnya setelah merasakan istiqamah dalam penyucian lahirianya. Ia bertekad bulat untuk memenuhi dorongan rendah pada dirinya yang berkenaan dengan al-jawarih al-sab’a (tujuh anggota tubuh), yakni lidah, pendengaran, tangan, kaki, perut, dan kemaluan.[12]

Ketiga, al-Shiddiqin adalah orang-orang yang telah merdeka dari perbudakan nafsu. Kemerdekaan ini bukan bebas dari nafsu atau keinginan rendah; melainkan karena nafsunya berhasil mengambil jarak dari kalbu mereka.[13] Al-Shiddiqun kokoh dalam kedekatannya kepada Allah, bersikap shidq (jujur dan benar) dalam prilakunya, sabar dalam mentaati Allah. Menunaikan al-faraidl, menjaga al-hudŭd, dan mempertahankan posisinya dengan sungguh-sungguh.[14] Mereka mencapai ghayat al-shidq (puncak kesungguhan) dalam memenuhi hak Allah, berada pada manzil al-qurbah (posisi yang dekat dengan Allah) dan mendapatkan khǎlish al-’ubŭdiyyah (hakikat kehambaan). Mereka dinamakan al-muhǐbŭn (orang-orang yang kembali).[15]

Keempat, al-muqarrabŭn mereka adalah al-shiddiqǔn yang memiliki peluang untuk meningkatkan kualitas kedekatannya kepada Allah pada martabat al-muqarrabin (martabat para wali yang didekatkan kepada Allah), bahkan hingga berada di puncak kewalian.

Kelima, al-munfaridǔn. Hakim al-Tirmidzi berpandangan bahwa para wali yang mengalami kenaikan peringkat dari maqamat al-muwahhidun, al-shaddiqun, al-shiddiqun, hingga al-muqarrabun diatas telah sempurna tingkat kewalian mereka. hanya saja Allah mengangkat salah seorang mereka pada puncak kewalian tertinggi yang disebut dengan malak al-malak dan menempatkan wali itu pada posisi bayn yadayhi (di hadapan-Nya). 
Pada saat seperti itu ia sibuk dengan Allah dan lupa kepada sesuatu selain Allah. Seorang wali yang mencapai puncak kewalian tertinggi ini berada pada maqam munfaridin atau posisi malak al-fardaniyah, yaitu merasakan kemanunggalan dengan Allah.[16] Al-Hakim al-Tirmidzi tidak menggunakan istilah ittihad seperti Abu Yazid al-Busthami (w.261H-875M) atau hulul seperti al-Hallaj, atau wahdatul wujud seperti Ibn ‘Arabi (w.638H/1240M) dalam menjelaskan persatuan seorang wali dengan Allah. Ia menggunakan istilah liyufrida (agar manunggal).[17]

Kewalian, dalam pandangan Al-Hakim al-Tirmidzi dapat diraih dengan terpadunya dua aspek penting, yakni karsa Allah kepada seorang hamba dan kesungguhan pengabdian seorang hamba kepada Allah. Aspek pertama merupakan wewenang mutlak Allah, sedangkan aspek kedua merupakan perjuangan seorang hamba dengan mendekatkan diri kepada Allah.

Menurut al-Tirmidzi ada dua jalur yang dapat ditempuh oleh seorang sufi guna meraih derajat kewalian.


Jalur pertama disebut thariq ahl al-minnah (jalan golongan yang mendapat anugerah)

sedangkan jalur kedua disebut thariq ashhab al-shidq (jalan golongan yang benar dalam beribadah)

Melalui jalur pertama, seorang sufi meraih derajat wali di hadapan Allah semata-mata karena karunia-Nya yang di berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Sedangkan melalui jalur kedua, seorang sufi meraih derajat wali berkat keikhlasan dan kesungguhannya di dalam beribadah kepada Allah.

Derajat kewalian itu mengalami pasang surut; namun, setelah mengalami pengumulan yang hebat, seorang wali berada di hadapan-Nya untuk kemudian masuk dalam genggaman Tuhan. Pada situasi ini, seorang wali melihat kumiz min al-hikmah (perbendaharaan hikmah) dan tersingkaplah baginya ilmu Allah, sehingga naiklah horizon pengetahuan wali tersebut dari pengenalan tentang ‘uyub al-nafs (rupa-rupa cacat dirinya) kepada pengetahuan tentang al-shifat wa al-asma (sifat-sifat dan nama-nama Allah), bahkan tersingkaplah baginya hakikat ilmu Allah.[18]

Hubungan yang tercipta antara Allah dengan al-awliya (para wali) menurut al-Tirmidzi adalah hubungan al-ri’ayah (pemeliharaan), al-mawaddah (cinta kasih), dan al-inayah (pertolongan). Hubungan istimewa ini diperoleh karena hubungan seorang wali telah menyerahkan semua urusannya kepada Allah, sehingga ia menjadi tanggungjawab-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Adanya pemeliharaan, cinta kasih, dan pertolongan Allah kepada wali sedemikian rupa merupakan manifestasi dari makna al-walayah (kewalian) yang berarti dekat dengan Allah dan merasakan kehadirannya, hudhur ma’ahu wa bihi (merasakan kehadiran-Nya oleh diri-Nya).[19]

Bertitik tolak pada al-ri’ayah (pemeliharaan), al-mawaddah (cintakasih), dan al-inayah (pertolongan) Allah kepada al-awliya (parawali); al-Tirmidzi sampai pada kesimpulannya bahwa al-awliya dan orang-orang beriman bersifat ‘ishmah, yakni memiliki sifat keterpeliharaan dari dosa; meskipun ‘ishmah yang dimiliki mereka berbeda.

Bagi umumnya orang-orang beriman ‘ishmah berarti terpelihara dari kekufuran dan terus menerus berbuat dosa; sedangkan bagi al-awliya (para wali) ‘ishmah berarti mahfudz (terjaga) kesalahan sesuai dengan derajat, jenjang, dan maqamat mereka. Mereka mendapatkan ‘ishmah sesuai dengan peringkat kewaliannya.[20]

Al-Tirmidzi meyakini adanya tiga peringkat ‘ishmah, yakni ‘ishmah al-anbiya (‘ishmah Nabi), ‘ishmah al-awliya (‘ishmah para wali), ‘ishmah al-’ammah (‘ishmah kaum beriman pada umumnya).

Al-Hakim al-Tirmidzi berpendapat bahwa al-walayah (kewalian) sama dengan al-Nubuwwah (kenabian), keduanya memiliki al-khatm, yakni penutupan. Sebab itu di dalam Islam selain ada khatm al-anbiya, pamungkas para nabi juga ada khatm al-awliya, pamungkas para wali. Jika khatm al-anbiya merupakan pamungkas para nabi dan nabi yang paling sempurna sehingga nabi Muhammad saw. Disebut Sayyid al-Anbiya wa al-Mursalin, pemimpin para nabi dan rasul; maka khatm al-awliya merupakan penutup para wali dan wali yang paling sempurna.

Semoga dengan penjelasan dari kami ini semakin jelas bahwa sebaik-baik manusia tidak terbatas pada generasi Salafush Sholeh saja atau tidak terkait dengan kapan seseorang itu dilahirkan. Sebaik-baik manusia adalah muslim dan sebaik-baik muslim adalah muslim yang ihsan serta sebaik-baik muslim yang ihsan adalah yang selalu melihat Rabb, mereka adalah para wali Allah atau kekasih Allah, mereka yang dirindukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para Nabi dan para Syuhada.

Uraian tentang wali Allah dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.
com/2011/06/09/2011/01/14/siap
akah-wali-allah/

Walaikumsalam

 

Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830


Sumber tulisan yang bercatatan kaki berasal dari
 http://asepusmanismail.wordpr
ess.com/2009/10/28/kepercayan-
masyarakat-kepada-wali-dari-fenomena-sosial/
_______________________________________________________

Berikut keterangan catatan kakinya
[1]Osman Ismail Yahya, dalam pengantar editor, Hakim al-Tirmidzi,Kitab Khatm al-Awliya (Beirut: al-Matba’ah al-Katulikiyyah,1965), h.112
[2] Al-Tirmidzi, ibid.,h. 112
[3] Abd. Al-Fattah ‘Abdullah al-Barakah,Al-Hakim al-Tirmidzi wa Nadhoriyatuh fi al-walayah, jilid 2, (Cairo: Min Mathbu’at Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah, 1971), h. 76-7
[4] Al-Tirmidzi, loc.it.
[5] Abu Nashr al-Sarraj al-Tusi, al-Luma’, ‘Abd al-Hakim Mahmud dan Thaha ‘Abd al-Baqi Surur, (Kairo: Dar al-Kutub al-Haditsah, 1960M/ 1380H), h. 65
[6] Abd al-Fattah ‘Abdullah Barakah tidak memasukan al-muwahhidin (penganut faham tauhid) dalam pembagian maqamat al-awliya;karena al-muwahhidin termasuk dalam kewalian umum; sedangkan pokok bahasan ini berkenaan dengan kewalian khusus. Lihat Barakah, op.cit.,h.253
[7] Abd al-Fattah ‘Abdullah Barakah tidak memasukan al-muwahhidin (penganut faham tauhid) dalam pembagian maqamat al-awliya;karena al-muwahhidin termasuk dalam kewalian umum; sedangkan pokok bahasan ini berkenaan dengan kewalian khusus. Lihat Barakah, op.cit.,h.253
[8] Barakah, op.cit.,h. 253
[9] Ibid., h. 82
[10] Ibid., h. 78
[11] Ibid., h. 80. Al-Tirmidzi, op.cit., h. 119-120.
[12] Ibid., h. 139
[13] Barakah, Ibid.,h. 120
[14] Al-Tirmidzi., op.cit.,h. 331
[15] Barakah, op.cit., h.78
[16] Al-Tirmidzi., op.cit h. 112
[17] Ibid.,h.331
[18] Barakah, op. cit.,h. 343
[19] al-Tirmidzi, op.cit.,h. 112
[20] Ibid.,h. 58-9

MIMPI PELAJAR UIA BERTEMU RASULULLAH SAW


Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani...


Ya Allah... Lancar jari ini menaipkan sebuah pengalaman yang amat berharga dari seorang insan yang dipilih Allah untuk berjumpa Nabi Muhammad s.a.w. melalui mimpi hari Khamis, 16 Rejab 1427H bersamaan 10 0gos 2006.


Nama yang dipilih oleh ayah beliau adalah Syamimi yang bermaksud ‘kesayanganku’, jua gelaran Nabi pada puteri kesayangan Baginda, Fatimah. Ketika khilaf memilih nama itu, ayah beliau mengharapkan mudah-mudahan suatu hari nanti anaknya akan menjadi salah seorang mutiara kesayangan Rasulullah s.a.w. Alhamdulillah, doanya makbul selepas 23 tahun kelahiran anak sulungnya daripada 8 adik-beradik.


Al-Quran 30 juzuk terpelihara kemas dalam hatinya. Beliau menghabiskan masa 3 tahun untuk menghafal 30 juzuk Kalamullah ketika berada di negeri kelahirannya. Beliau hafal sendiri utk memenuhi harapan ibu ayah yang mengharapkan ada dalam kalangan anak mereka menjadi seorang hafiz atau hafizah. Sebagai anak sulung, beliau mengambil tanggungjawab ini untuk menjadi contoh kepada adik2 yang lain. Setiap hari beliau hafal 2 mukasurat Al-Quran dan tasmi’ dgn ustaz di sebelah rumahnya. Sekarang beliau pelajar tahun 4 jurusan Undang-Undang Syariah di universiti ini.


Adik ni memang diuji dengan sakit yg tak tahu apa punca sejak lebih setahun yang lalu. Sakitnya rasa seperti ditikam-tikam dengan pisau pada bahagian belakang tubuhnya, tambahan pula kaki yang sakit di bahagian lutut sejak 8 tahun lalu tidak pernah sembuh. Pernah satu ketika, selepas makan, beliau muntah bersama segumpal rambut dari kerongkongnya.


Penderitaannya hanya Allah dan dia sendiri yang tahu. Sudah lama beliau tidak terdaya ke kelas kerana sakit itu membuatkan dia tidak dapat berdiri atau berjalan. Hilang selera makannya hingga badannya susut hampir 13 kg. Beliau hanya menggagahkan diri untuk pergi berwudhu’ 2 hingga 3 kali sehari. Wudhu’ itu dijaga sebaik mungkin untuk ibadah sepanjang hari.


Hari-hari yang dilaluinya dipenuhi dengan membaca Al-Quran dan qiamullail sebagai pendinding daripada gangguan yang terus-terusan menyakiti diri. Diceritakan makhluk2 halus itu akan mengganggunya terutama pada waktu sebelum Subuh, Zuhur dan Maghrib. Beliau telah banyak berubat di merata tempat, berjumpa doktor-doktor pakar, malah ulama’ yang faqih dalam ilmu
perubatan islam serta akhir sekali bertemu sorang lecturer di sini. Tapi beliau hanya mampu bertahan. Pesan ustaznya, setiap kali beliau sakit, banyakkan baca Surah Al-Baqarah.

Pagi Khamis itu, beliau berniat utk hadir kuliyah sebab sudah terlalu lama tidak mampu ke kelas. Beliau bangun kira-kira jam 4.30 pagi utk solat. Berbekalkan sedikit kekuatan yang digagahkan, beliau ke bilik air untuk berwudhu’ dengan memapah dinding dan segala apa yang mampu membantu beliau untuk berdiri. Habis berwudhu’, beliau jatuh tersungkur, rasa seperti ada yg menolak keras dari belakang. Tika itu beliau sudah tidak mampu berdiri, justeru beliau merangkak ke bilik. Sampai saja di bilik,beliau ketuk pintu dan rebah di depan bilik tersebut. Disebabkan sakit yang mungkin dah tak tertanggung, dengan spontan beliau niatkan, “Ya Allah, kiranya mati itu baik untukku, aku redha, tapi kiranya Engkau ingin aku terus hidup, aku ingin dengar kata-kata semangat drpd Rasulullah s.a.w. sendiri..”


Kemudian beliau pengsan. Sahabat2 sebilik mengangkat beliau ke dalam biliknya dan di baringkan di sana . Waktu itu, sahabat-sahabatnya telah pun ‘forward message’ pada rakan-rakan yang lain agar dibacakan surah Yasin kerana beliau nampak sudah nazak. Malah mereka telah sedia dengan nombor-nombor ahli keluarganya untuk dihubungi kiranya ada apa2 berlaku dengan izin

Allah.

Kira2 jam 11 pagi itulah, ketika tertidur dgn tenang dalam waktu qoilullah, beliau bermimpi. Beliau sedang terbaring dalam keadaan memakai telekung dgn tangannya diqiam seperti dalam solat di suatu tempat asing yang sangat cantik. Beliau terbaring di sebelah mimbar dan kelihatan banyak tiang di sekitarnya.

Tiba-tiba datang seorang Hamba Allah dgn wajah yang bercahaya dari arah depan dan berdiri hampir sekali, kira-kira 2 meter dari beliau. Wajahnya SubhanaLlah. .indah sekali, tak dapat nak digambarkan. Beliau tertanya-tanya siapakah orang ini? cantik sekali kejadiannya dan hati beliau rasa sangat tenang dgn hanya melihat wajahnya. Dirasakan seluruh kesengsaraan yang ditanggung selama ini lenyap begitu sahaja.

Kemudian, Hamba Allah itu mengatakan, Assalamu’alaikum, ana Rasulullah.. ”
Subhanallah.. baginda Nabi rupanya! Nabi memakai jubah putih dan kain serban berwarna hijau di atas bahu baginda. Beliau nampak dgn jelas mata Baginda Nabi, janggut Baginda, rambut Baginda, kain serban di atas bahu Baginda dan tubuh Baginda. Kemudian Nabi katakan “Enti fil masjidi” (kamu sekarang berada di masjidku, Masjid Nabawi).. Allahuakbar!

Kemudian Baginda Nabi s.a.w. berkata: QalAllahuta’ ala;”InnAllaha ma’ assobirin” (sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar).

Ketika mendengar suara Nabi mengalunkan Kalamullah, terasa bergema suara merdu Nabi di seluruh alam.

Sememangnya Baginda sebaik-baik kejadian dan diciptakan dgn penuh kesempurnaan. Nabi katakan (dalam bahasa arab, tp diterjemahkan di sini) ; “Ya Syamimi, dengan berkat kesabaran enti, dgn sakit yang enti tanggung selama ini, dan dengan berkat Al-Quran yang enti pelihara di dalam hati, maka Allah bukakan hijab utk enti nampak ana..”


Ketika Nabi menyebut Ya Syamimi, terlintas di hatinya “Ya Allah..Baginda kenal ummatnya!”. Ya Rasulullah.. . Ketika itu, beliau dapat merasakan baiknya Allah, memberikan nikmat yg begitu besar buat dirinya.

Kemudian Nabi katakan lagi; “Sampaikan salamku buat sahabat-sahabat seperjuangan Islam. InsyaAllah, kita semua akan berjumpa nanti..” Nabi s.a.w. kemudian melafazkan; “Ummati.. ummati..ummati. ..” dan beliau nampak jelas Nabi menangis saat itu. Beberapa titisan airmata Baginda yg suci mengalir untuk ummat Baginda! Kemudian Baginda Nabi melangkah pergi.

Beliau merintih, “Jangan pergi Ya Rasulullah.. ” tetapi Baginda tetap pergi. Subhanallah, walaupun kita tak pernah bersua dgn Nabi yang mulia, Baginda kenal dan sentiasa ingat akan ummatnya. Beliau sendiri tidak pasti, apakah Baginda menangis kerana rindu kepada ummatnya, atau mungkin saja baginda sedih dgn ummat akhir zaman ini? wallahua’lam. ..

Sedar daripada tidur yang amat indah pengisiannya itu, beliau masih dikelilingi oleh rakan-rakan yang turut terdengar rintihan beliau dalam tidurnya “Jangan pergi Ya Rasululah… ” Beliau kemudian menceritakan kepada para sahabat tentang mimpinya sekaligus menyampaikan salam Rasulullah buat ummat Baginda. Semua yang mendengar menangis lantaran rindu pada Nabi. s.a.w Rasa malu pada Nabi krn kita jarang-jarang ingat pada Baginda sedangkan kita amat terhutang budi padanya. Lebih2 lagi kita sedar bahawa hanya syafaat Bagindalah yg dikejar di akhirat kelak.


Ya Allah..ketika itu, tiada kata yang lebih tinggi daripada kalimah Alhamdulillah untuk dirafa’kan pada Allah atas ni’mat yang begitu besar yang Allah berikan pada dirinya. Rasa tak layak dirinya menerima anugerah dengan ujian yang hanya sedikit berbanding insan-insan yang lebih berat diuji oleh Allah. Kiranya ada kalimah pujian yg lebih tinggi dr Hamdalah, pasti akan beliau sebutkan buat Allah Yang Maha Kaya. Semuanya terangkum dalam Rahmat-Nya yang melimpah ruah. Rasa sakit masih menular di tubuhnya. Cuma kali ini dia bertekad tidak akan menangis lagi utk kesakitan ini.


Usai solat Zuhur, rasa sakit yg ditanggung makin hebat. Tak pernah beliau merasakan sakit yang sebegitu rupa. Terasa panas seluruh badan dan seluruh tubuhnya rasa ditikam pada setiap penjuru. Kalau dulu, beliau akan menangis dalam menghadapi kesakitan, namun pada waktu itu beliau pujuk diri utk tidak menangis. “Apa sangatlah sakit yang aku tanggung ini berbanding nikmat yang Allah telah bagi utk melihat Baginda Nabi s.a.w..”


Kemudian beliau tidur. Beliau terus rasakan berada di tempat tinggi, tempat yang biasa hadir sepanjang beliau menerima gangguan. Beliau katakan “Ya Allah, apa lagi yg hendak Engkau berikan buat hambamu yg hina ni, rasa malu sangat dengan-Mu Ya Allah…” Kemudian dengan izin Allah, datang empat orang yang berpakaian serba hijau.

Salah seorang daripadanya mengatakan; “Assalamu’alaikum Ya Syamimi.. Rasulullah s.a.w. sampaikan salam buatmu. Kami utusan Rasululah..Nahnu khulafa’ ar-rasyidin. Ana Abu Bakr, ini Ummar Al-Khattab, Uthman bin ‘affan dan Ali..” Subhanallah.. Saidina Abu Bakr memperkenal dirinya dan ketiga2 sahabat yang mulia. Beliau nampak sendiri, Saidina Abu Bakr yang amat lembut perwatakannya, Saidina Ummar dengan wajah tegasnya, Saidina Uthman yang cantik sekali dan Saidina ‘Ali yang agak kecil orangnya.


Para Sahabat mengatakan; “Kami diutuskan oleh baginda Nabi utk membantu enti..” Kemudian keempat2 mereka membacakan ayat 102 surah Al-Baqarah yg bermaksud:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir pada manusia dan apa yang diturunkan pada 2 malaikat di negeri Babylon iaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan ‘sesungguhnya kami hanyalah cubaan (bagimu) sebab itu janganlah kafir.’ Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan isterinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dgn sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu, nescaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu..”

Selesai membaca ayat itu, para sahabat Nabi menghembus pada makhluk2-makhluk yang sedang mengganggu beliau dan mereka semua hancur terbakar.


Subhanallah.. waktu itu terasa seolah-olah tubuhnya yang sakit dahulu ditukarkan Allah s.w.t. dengan tubuh yang baru. Hilang segala kesakitan yang setahun lebih ditanggung beliau dengan sabar. Saidina Abu Bakr mengatakan;

“Inilah ganjaran besar dari Allah buat orang-orang yang sabar..” Kemudian, para sahabat Nabi yg mulia pun pergi meninggalkannya.

Selesai mimpi indah yang kedua ini, beliau bangun dari tidur dan terus duduk. Rakan-rakan sebiliknya pelik, kenapa beliau dapat bangun dan duduk dengan mudah. Kemudian sahabat-sahabatnya itu menyuruh beliau bangun berdiri dan alhamduliLlah.. dgn mudah beliau bangun berdiri dan berjalan d sekitar bilik. “Ya Allah, penyakit ana dah sembuh..” Semua sahabat yang ada disitu bergembira dan menangis. Kemudian beliau segera ke bilik air untuk berwudhu’. Dengan tubuh yang ‘baru’, beliau sujud syukur pada Allah s.w.t. “Ya Allah, kiranya di beri tempoh sujud 100 tahun pun belum dapat diriku menjadi hamba-Mu yg bersyukur atas nikmat yg telah Engkau berikan..”


Beliau berpesan pada kami; “Adik-adik, wajarlah para sahabat Nabi yang mulia sanggup mati demi mempertahankan Baginda. Akak yang diberi rezeki melihat Nabi tak sampai pun 5 minit dah rasa tak sanggup berpisah dengannya. Kalau boleh, nak duduk je di bilik untuk beribadah pada Allah dan mengenang wajah Nabi yg mulia. Tapi menyedari banyak lagi taklifan dan tanggungjawab kita atas muka bumi Allah ini, maka hidup mesti diteruskan. Sekarang ini hati akak tenang sangat..kalau boleh, nak je akak pinjamkan hati ni walau hanya sesaat agar adik2 dapat merasakan betapa beningnya hati ini. Tapi itu tak mungkin kan, mungkin ini bahagian akak, bahagian kalian? Hanya Pemiliknya Yang Maha Tahu. Akhir sekali akak ingin katakan, tak rugi kita bersabar…”


Keperibadiannya indah. Cerminan al-Quran katanya ‘Aisyah ra. Dari semua aspek kehidupan, diperagakannya hanyalah kesyumulan. Allah mengajar manusia berkehidupan di muka bumi ini melalui baginda. Menuruti sunnahnya adalah pahala. Kasih sayangnya tiada bertepi, dari yang kecil hingga yang tua, dari hamba hingga ke bangsawan, dari dulu sampai sekarang, hingga ke akhirnya.. Dialah peribadi unggul sepanjang zaman.
  Mencintainya suatu kemuliaan…

Pernah suatu ketika Rasulullah berkumpul didalam satu majlis bersama para sahabat. Tiba-tiba bergenang air mata baginda s.a.w. Para sahabat gelisah melihat sesuatu yang tidak mereka senangi di wajah Rasulullah saw. Bila ditanya oleh Saidina Abu Bakar ra, baginda mengatakan bahawa terlalu merindui ikhwannya.. 


Saidina Abu Bakar sekali lagi bertanya Rasulullah saw, “bukankah kami ini ikhwanmu?” Rasulullah menjawab, “Tidak, kamu semua adalah sahabatku... Ikhwanku adalah umatku yang belum pernah melihat aku tetapi mereka beriman dan sangat mencintaiku. Aku sangat rindu bertemu dengan mereka...”

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat- Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (al-Ahzab:56)




Maha Besar Engkau ya Allah .. Maha Suci Engkau .. Semoga Rahmat dan kasih sayang KemuliaanMU terlimpah untuk KekasihMU Nabi Muhammad beserta keluarga, KekasihMU Nabi Ibrahim beserta keluarga dan para sahabat Khulafaur Rasyidin ....


M Firdaus Mohd Haron

Senin, 19 September 2011

Cara Allah Menyayangi Hamba-Nya ( Yang Tidak Difahami Banyak Orang )














Sahabat Hikmah…
Kadang manusia tidak memahami bentuk KASIH SAYANG Allah,
DIBUKAnya pintu  RIZKI dan KESENANGAN dari Allah....
Dianggap PEMULIAAN dirinya dan KASIH SAYANG dari Allah.
Sebaliknya PEMBATASAN RIZKI dan UJIAN dari Allah...
Dianggap PENGHINAAN dirinya dan KEBENCIAN dari Allah.

”Adapun manusia apabila Tuhannya mengUJInya lalu diMULIAkan-Nya dan diberi-Nya keSENANGan, maka dia berkata: "Tuhanku telah meMULIAkanku".
”Adapun bila Tuhannya mengUJInya lalu memBATASi RIZKInya maka dia berkata: "Tuhanku mengHINAkanku".(QS Al-Fajr: 15-16)

Orang yang memahami DUNIA adalah arena UJIAN,
Mereka akan menyikapi KEBAIKAN dan KEBURUKAN adalah UJIAN Allah.
Mereka tidak menganggap KEBAIKAN dari Allah sebagai PEMULIAAN
Dan Mereka tidak menganggap KEBURUKAN dari Allah sebagai PENGHINAAN,
Mereka memahami apa yang dibutuhkan di DUNIA sebagai KEBAIKAN,
Dan mereka memahami apa yang dibutuhkannya di DUNIA sebagai KEBURUKAN,

Bagaimanakah cara Allah menCINTAi dan menSAYANGi hamba-Nya ?
Imam Ja’far al-Shadiq as berkata,

”Jika Allah menCINTAi seorang hamba, Allah ilhamkan kepadanya ketaatan, Allah biasakan ia dengan qana’ah (menerima apa yang ada), Allah karuniakan baginya pemahaman agama, Allah menguatkannya dengan keyakinan, Allah cukupkan baginya dengan sifat al-kafaf (merasa cukup dengan rezeki yang memadai) , Allah memakaikannya dengan sifat al-‘afaf.

Sebaliknya jika Allah memBENCI seorang hamba maka Allah jadikan dia menCINTAi  HARTA dan Allah MUDAHkan baginya untuk memPEROLEHnya, Allah iILHAMkan kepadanya DUNIAnya, Allah serahkan dia pada HAWA NAFSUnya, maka ia mengendarai al-‘inaad (keras kepala), ia mudah berbuat fasad (kerusakan), dan menzhalimi hamba-hamba (Tuhan)” (Bihar al-Anwar 103 : 26.) 

1.      Allah mengILHAMkan kepadanya keTAATan dan selalu memberinya PETUNJUK.
Sesungguhnya Allah mengilhamkan kepada jiwa semua manusia ketaatan dan maksiat, namun beruntunglah orang yang mengambil ilham ketaatan dan merugilah orang yang mengambil ilham kemaksiatan.

“Maka Allah ilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan merugilah orang yang mengotorinya.” (QS Al-Syams [91] : 8-9)

Dan Allah mencintai orang yang terilhami oleh ketaatan dan ketakwaan, lalu ia bersegera menyucikan jiwanya dengan melakukan ketaatan dan ketakwaan sehingga Allah akan selalu memberinya petunjuk dengan NUR (cahaya) dan FURQAN (pembeda).

”Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), berTAKWAlah kepada Allah dan berIMANlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan RAHMAT (KASIH SAYANG)-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu NUR (cahaya) yang dengan NUR (cahaya) itu kamu berjalan dengannya dan Dia mengAMPUNi kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS Al Hadid :28)

”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaTAKWA kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu FURQAAN (pembeda) dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS Al Anfal :29)

2.      Allah membiasakan kepadanya sifat QANA’AH (ridlo menerima pemberian Allah subhanahu wata’ala apa adanya)
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” (QS.Yunus:107)

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. az-Zukhruf:32)

Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS.Al an’am 165)

Seseorang mengeluh kepada Imam Ja'far al-Shadiq as tentang ketamakannya yang kian hari bertambah. Imam as menasihatinya, ”Jika engkau merasa beruntung dengan memiliki apa yang mencukupimu, maka engkau akan merasa cukup dengan kebutuhan terkecil dunia ini. Sebaliknya jika engkau tidak merasa puas dengan memiliki kebutuhan-kebutuhan minimum dunia ini, maka seluruh kesenangan duniawi takkan bakal mencukupimu.”   

3.      Allah memberikannya AL-HIKMAH (kefahaman yang mendalam  (FAQIH) dalam ilmu agama)
” Allah menganugrahkan al HIKMAH (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al HIKMAH itu, ia benar-benar telah dianugrahi KARUNIA yang BANYAK. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." (QS Al Baqarah :269)

"Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka dijadikannya FAQIH (kefahaman  yang mendalam)  terhadap ilmu  agama" (HR.Bukhari-Muslim)

4.      Allah akan memberikan SAKINAH dan meneguhkan keIMANanya. 
” Dia-lah yang telah menurunkan keTENANGan (SAKINAH) ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keIMANan mereka berTAMBAH di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana...” (QS Al-Fah :4)
 
5.      Allah memberikan UJIAN dan COBAAN.
 “Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka ditimpakan ujian padanya.”  (HR. Bukhari)

Rasulullah saww bersabda : Jika Allah mencintai seorang hamba maka Allah berikan cobaan baginya. Dan jika Allah mencintainya dengan kecintaan yang sangat maka Allah akan mengujinya.” Para sahabat Nabi bertanya : ”Apakah ujiannya?” Rasulullah saww menjawab : Tidak sedikit pun Allah tinggalkan baginya harta dan anak.” (Baqir al-Majlisi, Bihar al-Anwar 81 : 188 ;Kanz al-‘Ummal hadits ke : 30793)

Imam Muhammad al-Baqir as berkata, ”Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menjanjikan UJIAN dan COBAAN kepada seorang mukmin sebagaimana seorang suami menjanjikan kepada isterinya dengan HADIAH yang diRAHASIAkan (disembunyikan)-nya.” (Bihar al-Anwar 15 : 56.)

Atau dalam hadits lainnya, Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, ”Sesungguhnya apabila Allah menCINTAi seorang hamba niscaya Dia tenggelamkan hamba tersebut ke dalam COBAAN.” (Bihar al-Anwar 15 : 55)

Suatu hari, Rasulullah shalallahu wa sallam diundang ke rumah salah seorang muslim. Sewaktu beliau tiba di rumahnya, beliau melihat seekor ayam sedang bertelur di sebuah sarang di samping rumah. Beliau melihat telor ayam tersebut tidak jatuh, dan kalaupun jatuh ternyata tidak pecah. Betapa takjubnya Rasullah saww melihat kejadian tersebut. Karena itu, pemilik rumah tersebut bertanya kepada beliau, “Engkau heran melihatnya, ya Rasullah? Demi Allah yang telah memilih Anda sebagai Nabi, sesungguhnya saya selama ini tidak pernah sakit
Rasulullah segera meninggalkan rumah tersebut, seraya berkata, Barangsiapa yang tidak pernah mengalami musibah, maka ia jauh dari kasih sayang Allah.” (Baqir al-Majlisi, Bihar al-Anwar 15 : 1 : 53)

6.      Allah akan menjaganya dari apa yang diharamkan-Nya
Dari Abu Hurairah Ra: Bersabda Rasulullah Saw,” Sesungguhnya Allah CEMBURU, dan cemburu Allah adalah menCEGAH seseorang mengerjakan apa yang diHARAMkan-Nya" (HR.Bukhari-Muslim)

7.     Allah memberikannya sifat  al-‘Afaf ( sifat menjaga kehormatan diri dari perbuatan-perbuatan hina)
 Diriwayatkan oleh Imam Ja’far al-Shadiq as bahwa Imam Ali as berkata, ”Seutama-utama ibadah adalah al-‘afaf(Al-Kulayni, Al-Kafi 2 : 79)

Dan sabda Rasulullah saww, ”Sesungguhnya Allah mencintai seorang yang pemalu, yang menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan yang hina (al-hayya al-muta’affif)”( Bihar al-Anwar 71 : 270)

8.     Allah memasukkannya kedalam Kaum PILIHAN.
 ”Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan menDATANGkan suatu kaum yang Allah menCINTAi mereka dan merekapun menCINTAi-Nya, yang bersikap LEMAH LEMBUT terhadap orang MU’MIN, bersikap TEGAS terhadap orang-orang KAFIR, berJIHAD di jalan Allah, dan TIDAK TAKUT kepada CELAan orang yang suka mencela. Itulah KARUNIA Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Maidah:54)

9.    Allah akan memberikannya KHUSNUL KHOTIMAH
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS Al Fajr: 27-30)

Bagaimana Sahabat Hikmah ?
Apakah kita menjadi hamba Allah yang diSAYANG atau diBENCI ?
Semuanya terserah PILIHAN kita...

Firman Allah :
"Dan katakanlah: "KeBENARan itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang INGIN (berIMAN) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang INGIN  (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek." (QS Al Kahfi : 29)

Wallahu’alam bi showab

Semoga bermanfaat

OFA

Sumber:
http://kata2-hikmah-ofa.blogspot.com/2010/10/cara-allah-menyayangi-hambanya.html

DUA UMAR DAN GEMPA BUMI


Rabu, 03 November 2010, 10:52 WIB
Darmawan/Republika


Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!"

Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"

Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.

Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."

"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15). Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."

"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, inni kuntu minnadzolimiin sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'."

Jika saja kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras, inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya. Labbaika Ya Allah, kami kembali kepada-Mu. Wallahu a'lam



Khadijah Makarim

DOA IMAM ALI ZAINAL ABIDIN R.A KETIKA MERENDAHKAN DIRI DIHADAPAN TUHAN




Maulayaa Maulayaa
Antal Maulaa wa ana la’abdu
Wa hal yarhamul ‘abda illal maulaa

Tuanku, Tuanku!
Engkaulah Tuan dan akulah budak!
Apakah ada yang menyayangi budak selain Tuan?

Maulayaa Maulayaa
Antal ‘aziizu wa anadz-zaliilu
Wa hal yarhamudz-zalila illal ‘azizu

Tuanku, Tuanku!
Engkaulah yang Mahatinggi dan akulah yang maharendah
Apakah ada yang menyayangi yang maharendah selain Yang Mahatinggi?

Maulayaa Maulayaa
Antal kholiqu wa anal makhluqu
Wa hal yarhamul makhluqo illal kholiqu

Tuanku, Tuanku!
Engkaulah khalik dan akulah makhluk!
Apakah ada yang menyayangi makhluk selain Khalik?

Maulayaa Maulayaa
Antal mu’thi wa anas-sailu
Wa hal yarhamus-saila illal mu’thi

Tuanku, Tuanku!
Engkau pemberi dan aku peminta
Apakah ada yang menyayangi peminta selain Pemberi?

Maulayaa Maulayaa
Antal mughitsu wa anal mustaghitsu
Wa hal yarhamul mustaghitsu illal mughitsu

Tuanku, Tuanku!
Engkau Penolong dan aku pemohon pertolongan!
Apakah ada yang menyayangi pemohon pertolongan selain Penolong!

Maulayaa Maulayaa
Antal Baqii wa anal fanii
Wa hal yarhamul faaniya illal baqii

Tuanku, Tuanku!
Engkau kekal dan aku pasti binasa
Apakah ada yang menyayangi yang binasa selain Yang Kekal?

Maulayaa Maulayaa
Antad-daaimu wa anaz-zailu
Wa hal yarhamuz-zaila illad-daimu

Tuanku, Tuanku!
Engkau Abadi dan aku pasti lenyap!
Apakah ada yang menyayangi yang pasti lenyap selain Yang Abadi?

Maulayaa Maulayaa
Antal hayyu wa anal mayyitu
Wa hal yarhamul mayyita illal hayyu

Tuanku, Tuanku!
Engkau Maha Hidup dan aku pasti mati
Apakah ada yang menyayangi yang pasti mati selain Yang Maha Hidup?

Maulayaa Maulayaa
Antal qawiyyu wa anad-dho’ifu
Wa hal yarhamud-dho’ifa illal qawiyyu

Tuanku, Tuanku!
Engkau kuat dan aku lemah
Apakah ada yang menyayangi yang lemah selain yang kuat?

Maulayaa Maulayaa
Antal ghoniyyu wa anal faqiiru
Wa hal yarhamul faqiiro illal ghoniyyu

Tuanku, Tuanku!
Engkau Mahakaya dan aku fakir
Apakah ada yang menyayangi yang fakir selain yang kaya?

Maulayaa Maulayaa
Antal kabiiru wa anas-shogiiru
Wa hal yarhamus-shogiiro illal kabiiru

Tuanku, Tuanku!
Engkau Mahabesar dan aku kecil
Apakah ada yang menyayangi yang kecil selain yang Mahabesar?

Maulayaa Maulayaa
Antal maliku wa anal mamluku
Wa hal yarhamul mamluka illal maaliku

Tuanku, Tuanku!
Engkau Pemilik dan aku yang dimiliki!
Apakah ada yang menyayangi yang dimiliki selain Pemilik? 



Ahmaddian W.

:: ZIKIR DAN DOA ::

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata:

“Dan tidak diragukan bahwa hati akan berkarat seperti halnya berkaratnya tembaga, perak, dan yang lain.

Dan hati bisa mengkilap dengan zikir, dia bisa mengkilap sampai dianggap seperti cermin yang putih

Hati bisa berkarat dengan dua sesuatu: kelalaian dan dosa.

Hati bisa dikilapkan dengan dua sesuatu: meminta ampunan (istighfar) dan zikir.

Barangsiapa yang telah dikalahkan oleh kelalaian disetiap waktunya, maka karat akan menyelimuti hatinya.

Dan jika hati berkarat, yang tidak tercetak didalamnya, gambaran sesuatu yang diketahui sesuatu dengan semestinya; maka dia akan melihat kesalahan dalam gambaran kebenaran dan melihat kebenaran di dalam kesalahan.

Jika karat telah berakumulasi, maka semakin gelap dan tidak bisa tampak gambar kebenaran sebagaimana mestinya. Jika karat berakumulasi, menghitamkan, dan karat yang mengumpul menjadi sangat gawat sampai gambarnya rusak dan penangkapannya tidak bisa menerima kebenaran dan tidak bisa mengingkari kesalahan, dan hal ini adalah siksaan yang paling besar bagi hati seseorang.

Sumbernya adalah kelalaian dan mengikuti hawa nafsu, dimana keduanya telah melenyapkan cahaya hati dan membutakan mata hatinya.

Allah SWT berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunnya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. 18:28)

Yang Mulia Ibnu Athaillah Al Iskandary r.a berkata:
“Zikir adalah membersihkan dari lalai dan lupa, dengan selalu menghadirkan hari-harinya bersama Al Haq. Dan dikatakan: Berulang-ulang menyebut nama Allah SWT dengan hati dan lisan, atau berulang kali menyebut salah satu sifat dari sifat-sifatNya, atau salah satu hukum dari hukum-hukumNya, atau salah satu pekerjaan dari pekerjaan-pekerjaanNya, atau yang lainnya dari sesuatu yang bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT.”

Al Imam Abu Al Qasim Al Qusyairi r.a berkata:
“Zikir adalah kewalian yang dibentangkan, yang menyinari persambungan spiritual (al-wuslah), kokohnya keinginan, salah satu tanda sahnya permulaan dan petunjuk akhir. Maka tidak ada sesuatu yang ada dibalik zikir; semuanya saja yang terpuji, yang akan kembali kepada zikir dan muncul dari zikir”. 
Dan beliau juga berkata: “Zikir adalah pondasi yang paling kuat pada jalan al haq, bahkan dia adalah pokok di jalan tersebut. Dan seseorang tidak akan sampai kepada Allah SWT kecuali dengan berzikir secara kontinu”.


Ahmadian W.

** SURAT DARI IBUNDA **

Bismillahirrohmanirrohim........

Kepada yang Ibu cintai sepenuh hati
Buah hatiku ….

Assalamualaikum warohmatullaahi wabarokatuh

Bagaimana kabarmu sayang… Ibu harap ananda selalu dalam lindungan Allah . Ibu terpaksa menulis surat ini… rasa kangen di dada Ibu ini rasanya sudah tak tertahankan lagi sayang. Ibu minta maaf …kalau kedatangan surat Ibu ini mengganggu ananda. Maafkan Ibu kalau surat ini membuat ananda malu dengan teman-teman. Sungguh…tidak ada niat Ibu seperti itu….hanya untuk melepas kangen Ibu pada ananda

Sayang….ingin rasanya Ibu menjengukmu ke sana. Wajah ananda selalu muncul di mimpi Ibu. Tapi niat Ibu itu selalu Ibu kubur dalam-dalam. Hanya satu alasan Ibu sayang…. Ibu ingin anak Ibu bisa mandiri. …Ibu ingin anak Ibu bisa merenungi kesendirian tanpa kehadiran Ibu disamping ananda.
Anakku yang Ibu sayangi…….Ibu bangga dengan ananda. Disaat teman-teman ananda mengisi hari-hari akhir pekannya dengan bermain dan bersenda gurau, …anak Ibu justru belajar agama di tempat yang jauh dari Ibu. Sungguh senaaaa…ng sekali hati Ibu ini. Ibu harap acara ini bisa mendorong ananda menjadi anak yang sholeh …….sebagaimana yang Ibu harapkan ketika Ibu berjuang dengan susah payah melahirkan ananda. …….

Ketika wajah lucu ananda yang mungil baru muncul di dunia ini, hanya satu do’a Ibu saat itu… “Duhai Allah… Engkaulah yang menggenggam takdir anakku ini. Aku mohon ya Allah jadikan anak yang ada dihadapanku sebagai anak yang sholeh…. Jadikanlah ia anak yang bisa membahagiakanku kelak dihadapan-Mu ya Allah…. Jadikanlah ia anak yang dapat membuatku bangga kelak di hadapan-Mu ya Allah. Pertemukan kami kelak di surgaMu ya Allah . Jangan Engkau hinakan kami hanya karena kehadiran anak ini di sisiku. Jangan Engkau pisahkan kami ya Allah.. Jangan Kau biarkan aku memasuki surga-Mu tanpa anak ini disampingku”.

Ya Allah ya rabbana.. Bimbing kami dalam RidhoMu selalu.. Berikan kami ketabahan dalam mendidiknya ya Rabbana.. Lembutkaaan hati anakku ini ya Allah .. Jadikan ia pelipur lara dikala hati kami sedih, obat dikala sakit , kebahagiaan kami dikala sunyi dan sendiri ya Allah…

Ilahi.... Wahai Yang Maha Mulia ,,Usia kami semakin lanjut, gerbang kematian sudah diambang pintu. Karuniakan kepada kami anak-anak yang membimbing kami dalam sakratul maut.. Anugerahkan kepada kami ya Allah ..Anak-anak yang mentalqinkan kami dengan “Laa ilaaha ilaLLah..” Anak-anak yang membaca alquran, sungguh bahagia kala meninggalkan dunia ini kami melihat wajah-wajah yang suci, dan bersih… dialah anak kami…ya allah ya rabbal alamiin

Sampai sekarang Ibu selalu ulang-ulang doa Ibu itu. Ibu sangat berharap doa Ibu itu menjadi kenyataan. Dan sekarang Ibu mulai yakin bahwa anak Ibu adalah anak yang shaleh. ..Kesediaan ananda mengikuti acara ini membuat Ibu yakin bahwa do’a itu akan menjadi kenyataan. Sungguh bahagiaaaa ..sekali hati Ibu ini.

Anak-ku yang sholeh…..Ibu tidak tahu berapa lagi Ibu diberi kepanjangan umur oleh Allah . Ibu merasa Ibu sudah tua. Ibu merasa malaikat maut tidak lama lagi akan datang menjemput Ibu. Mungkin surat ini surat terakhir Ibu untuk ananda. Mungkin ketika ananda pulang, Ibu sudah tidak ada lagi di rumah. Maafkan Ibu ya sayang….kalau selama ini Ibu banyak salah sama ananda. Maafkan Ibu kalau Ibu sering marah dengan ananda. Menyuruh ananda mengaji, belajar, puasa, sholat yang mungkin ananda merasa nggak suka. Jangan dendam pada Ibu ya sayang. Bantu Ibu dengan do’a-do’amu ya sayang. Hanya do’a ikhlas yang Ibu harapkan dari ananda. Hanya do’a ananda, amal jariyah dan kerja dakwah Ibu selama ini yang dapat meringankan beban Ibu di hadapan Allah kelak.

Ananda tersayang….Ibu titip… rawat Ayah dengan baik ya sayang. Sayangi beliau sebagaimana ananda menyayangi Ibu selama ini. Ayah sudah bekerja keras supaya ananda bisa sekolah seperti teman-teman yang lain. Buatlah Ayah bahagia dengan keshalehan dan budi pekerti yang baik. Jangan sakiti hatinya sedikitpun ya sayang…

Salam rindu dan sayang selalu…

Wassalamu ‘alaikum warohmatulLaahi wabarokatuh

dari Ibumu yang selalu mencintaimu



Ketika ALLAH Memilihmu Untukku :::

Teruntuk adik-adikku, anak-anakku  .. calon bidadara-bidadari surga ...
Semoga bermanfaat ...
_____________________________________

Padamu yang Allah pilihkan dalam hidupku..

Ingin ku beri tahu padamu..
Aku hidup dan besar dari keluarga bahagia..
Orang tua yang begitu sempurna..
Dengan cinta yang begitu membuncah..
Aku dibesarkan dengan limpahan kasih yang tak terhingga..
Maka, padamu ku katakan..
Saat Allah memilihmu dalam hidupku,
Maka saat itu Dia berharap, kau pun sanggup melimpahkan cinta padaku..
Memperlakukanku dengan sayang yang begitu indah..


Padamu yang Allah pilihkan untukku....

Ketahuilah....
Aku hanya wanita biasa dengan begitu banyak kekurangan dalam diriku,
Aku bukanlah wanita sempurna,
seperti yang mungkin kau harapkan
Maka, ketika Dia memilihmu untukku,
Maka saat itu,
Dia ingin menyempurnakan kekuranganku dengan keberadaanmu.
Dan aku tahu,
Kaupun bukanlah laki-laki yang sempurna..
Dan ku berharap ketidaksempurnaanku mampu menyempurnakan dirimu..
Karena kelak kita akan satu..
Aibmu adalah aibku, dan indahmu adalah indahku, Kau dan aku akan menjadi 'kita'..


Padamu yang Allah pilihkan untukku..


Ketahuilah, sejak kecil Allah telah menempa diriku dengan ilmu dan tarbiyah,
Membentukku menjadi wanita yang mencintai Rabbnya..
Maka ketika Dia memilihmu untukku,
Maka saat itu,
Allah mengetahui bahwa kaupun telah menempa dirimu dengan ilmuNya..
Maka gandeng tanganku dalam mengibarkan panji-panji dakwah dalam hidup kita..

Itulah visi pernikahan kita..
Ibadah pada-Nya ta'ala..


Padamu yang Allah tetapkan sebagai nahkodaku..

Ingatlah..
Aku adalah mahlukNya dari tulang rusuk yang paling bengkok..
Ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah..
Maka, ketahuilah..
Saat itu Dia menghendaki kau menasihatiku dengan hikmah
Sungguh hatiku tetaplah wanita yang lemah pada kelembutan..
Namun jangan kau coba meluruskanku, karena aku akan patah..
Tapi jangan pula membiarkanku begitu saja, karena akan selamanya aku salah..
Namun tatap mataku, tersenyumlah.. Tenangkan aku dengan genggaman tanganmu..
Dan nasihati aku dengan bijak dan hikmah..
Niscaya, kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu..

Maka ketika itu, kau kembali memiliki hatiku..

Padamu yang Allah tetapkan sebagai atap hunianku..

Ketahuilah, ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan..
Maka dimataku kau adalah yang terindah,
Kata2mu adalah titah untukku,
Selama tak bermaksiat pada Allah,
akan ku penuhi semua perintahmu..
Maka kalau kau berkenan ku meminta..
Jadilah hunian yang indah, yang kokoh…
Yang mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dalamnya..


Padamu yang Allah pilih menjadi penopang hidupku…


Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita..
Maka didiklah mereka menjadi generasi yang dirindukan syurga..
Yang di pundaknya akan diisi dengan amanah-amanah dakwah,
Yang ruh dan jiwanya selalu merindukan jihad..
Yang darahnya mengalir darah syuhada..
Dan ku yakin dari tanganmu yang penuh berkah,
kau mampu membentuk mereka..
Dengan hatimu yang penuh cinta,
kau mampu merengkuh hati mereka..
Dan aku akan selalu jatuh cinta padamu..


Padamu yang Allah pilih sebagai imamku…

Ku memohon padamu..
Ridholah padaku,
Sungguh Ridhomu adalah Ridho Ilahi Rabbi..

Mudahkanlah jalanku ke Surga-Nya..
Karena bagiku kau adalah kunci Surgaku..

KETIKA MENGERJAKAN SHALAT, JANGAN CAMPUR-ADUKKAN DENGAN URUSAN DUNIA.


'Ali bin Abi Tholib r.a.. mengisahkan:

Ketika aku duduk bersama Nabi SAW dalam jama'ah para sahabat, muncullah seorang pria dusun, ia sampaikan ucapan salam kepada Rasul dan seluruh jama'ah dalam majlis Rosul tersebut.

Lalu ia pun berkata, “Ketahuilah bahwa Allah telah mewajibkan shalat lima waktu kepada kami, di samping itu Dia Ta'ala menguji dengan kesibukan dunia berikut segala macam resikonya. Maka demi kebenaranmu ya Rosul, tiada sholat satu roka'at pun yang kami kerjakan, kecuali kesibukan dunia itu selalu memasukinya, maka apakah Allah berkenan menerima sholat yang bercampur aduk dengan kesibukan dunia?”

Pertanyaan ini langsung dijawab oleh-ku (Sayyidina 'Ali r.a.), “Sholat macam itu, Allah tidak bakal menerimanya, bahkan perhatian pun tidak ada dari-Nya.”

Lalu Nabi SAW bertanya kepada ‘Ali, “Hai 'Ali, apakah mampu engkau melakukan shalat 2 raka'at penuh ikhlas karena Allah tanpa tercampur perasaan sedih/prihatin, fikiran sibuk urusan dunia dan bisikannya? Kalau saja engkau mampu melakukannya, maka kain selendangku buatan Syam ini kuberikan kepadamu.”

Jawab sayyidina 'Ali r.a., “Aku mampu melakukannya.”

Dan 'Ali pun segera tegak dari majelis para sahabat, ia berwudhu; sesempurnanya, lalu mulailah dengan shalatnya, niat karena Allaah secara ikhlash dalam lubuk hatinya, sampai pada ruku' di roka'at awal (pertama), selamat hingga akhir roka'at. Kemudian mulailah memasuki roka'at kedua, setelah ruku', ia pun berdiri tegak (i'tidal) dengan mengucapkan, 'Sami' Alloohu liman hamidah,' bertepatan dengan itu, di dalam lubuk hatinya berucap, “Kalau saja Nabi SAW memberiku kain Qothuni, maka lebih baik bagiku daripada kain buatan Syam.” Selanjutnya sujud, tahiyyat dan ucap salam.

Kemudian Nabi SAW bertanya, “Hai 'Ali, apa yang diucapkan dalam lubuk hatimu?”

Jawabnya, “Demi kebenaranmu ya Rasul, shalatku pada roka'at pertama mulus karena Allah, bersih dari perasaan sedih atau pun bisikan apapun. Namun menginjak raka'at kedua, ingatanku pada kain yang engkau janjikan itu, dan dalam lubuk hatiku berucap, “Kalau saja engkau memberi kain buatan Qothuni, maka lebih baik daripada kain buatan Syam, dan demi kebenaranmu ya Rosul, Tiada seorangpun yang mampu melakukan sholat dua roka'at mulus, ikhlash semata hanya karena Allah SWT.”

Kemudian Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah sholat yang telah diwajibkan kepadamu, dan janganlah berbicara (tentang urusan dunia) dalam sholatmu itu, sebab Allah SWT tidak berkenan menerima sholat yang diaduk dengan kesibukan dunia, tapi sekali lagi lakukanlah shalat dan sesudahnya beristighfarlah kepada Tuhanmu. Aku menghibur kalian, bahwa Allah SWT menjadikan 100 rahmat-Nya bekal disebarluaskan ke seluruh umatku kelak di hari Kiamat, tiada seorang hamba atau umat melakukan sholat fardhu, kecuai ia berada di bawah naungan 'shalatnya' itu kelak di hari Kiamat'." [Mau'idhah]
_____________________
Sumber: Kitab Duratun Nasihin

10 GANGGUAN SYETAN DALAM SHALAT



1. WAS-WAS SAAT MELAKUKAN TAKBITAUL IHRAM

Saat mulai membaca takbiratul ihram "Allahu Akbar", ia ragu apakah takbir yang dilakukannya itu sudah sah atau belum sah. Sehingga ia langsung mengulanginya lagi dengan membaca takbir. Peristiwa itu terus menerus terulang, terkadang sampai imamnya hampir ruku'.

Ibnul Qayyim berkata: "Termasuk tipu daya syaitan yang banyak mengganggu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwudhu) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam solat". Was-was itu membuat mereka tersiksa dan tidak tenteram.

2. TIDAK KONSENTRASI SAAT MEMBACA BACAAN SOLAT

Sahabat Rasulullah SAW iaitu 'Utsman bin Abil 'Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan telah hadir dalam solatku dan membuat bacaanku salah dan rancau". Rasulullah SAW menjawab, "Itulah syaitan yang disebut dengan Khinzib. Apabila kamu merasakan kehadirannya, maka meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah SWT. Akupun melakukan hal itu dan Allah SWT menghilangkan gangguan itu dariku"
- (HR. Muslim)

3. LUPA JUMLAH RAKAAT YANG TELAH DIKERJAKAN

Abu Hurairah r.a berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: "Jika salah seorang dari kalian shalat, syaitan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa rakaat yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam"
- (HR Bukhari dan Muslim)

4. HADIRNYA PIKIRAN YANG MEMALINGKAN KONSENTRASI

Abu Hurairah r.a berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "Apabila dikumandangkan azan solat, syaitan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara azan tersebut. Apabila muadzin telah selesai azan, ia kembali lagi. Dan jika iqamat dikumandangkan, ia berlari. Apabila telah selesai iqamat, dia kembali lagi. Ia akan selalu bersama orang yang solat seraya berkata kepadanya: "Ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat!", sehingga orang tersebut tidak tahu berapa rakaat ia solat"
- (HR Bukhari)

5. TERGESA-GESA UNTUK MENYELESAIKAN SOLAT


Ibnul Qayyim berkata: "Sesungguhnya ketergesa-gesaan itu datangnya dari syaitan, kerana tergesa-gesa adalah sifat gelabah dan sembrono yang menghalang-halangi seseorang untuk berprilaku hati-hati, tenang dan santun serta meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tergesa-gesa muncul kerana dua perilaku buruk, iaitu sembrono dan buru-buru sebelum waktunya".

Tentu saja bila solat dalam keadaan tergesa-gesa, maka cara pelaksanaannya - asal mengerjakan solat, asal selesai, jadi!. Tidak ada ketenangan atau thu-ma'ninah.

Pada zaman Rasulullah SAW ada orang solat dengan tergesa-gesa. Akhirnya Rasulullah SAW memerintahkannya untuk mengulanginya lagi kerana solat yang telah ia kerjakan belum sah.

Rasulullah SAW bersabda kepadanya: "Apabila kamu solat, bertakbirlah (takbiratul ihram). Lalu bacalah dari Al-Qur'an yang mudah bagimu, lalu ruku'lah sampai kamu benar-benar ruku' (thuma'ninah), lalu bangkitlah dari ruku' sampai kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud (thuma'ninah) dan lakukanlah hal itu dalam setiap rakaat solatmu"
- (HR Bukhari dan Muslim)

6. MELAKUKAN GERAKAN-GERAKAN YANG TIDAK PERLU


Dahulu ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud. Ia membolak-balikkannya. Melihat hal itu, maka Ibnu Umar segera menegurnya selepas solat. "Jangan bermain kerikil ketika solat kerana perbuatan tersebut berasal dari syaitan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah SAW". Orang tersebut bertanya: "Apa yang dilakukannya?" Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. "Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah SAW", kata Ibnu Umar.
- (HR Tirmidzi)

7. MENENGOK KE KANAN ATAU KE KIRI KETIKA SOLAT


Dengan sedar atau tidak, seseorang yang sedang solat memandang ke kiri atau ke kanan, itulah akibat godaan syaitan penggoda. Kerana itu, setelah takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik. Iaitu tempat sujud. Sehingga perhatian kita menjadi fokus dan tidak mudah dicuri oleh syaitan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a, ia berkata: "Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukum menengok ketika solat". Rasulullah SAW menjawab, "Itu adalah curian syaitan atas solat seorang hamba".
- (HR Bukhari)

8. MENGUAP DAN MENGANTUK

Rasulullah SAW bersabda: "Menguap ketika solat itu dari syaitan. Kerana itu bila kalian ingin menguap, maka tahanlah sebisa mungkin"
- (HR Thabrani).

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, "Adapun menguap itu datangnya dari syaitan, maka hendaklah seseorang mencegahnya (menahannya) selagi bisa. Apabila ia berkata ha... bererti syaitan tertawa dalam mulutnya"
- (HR Bukhari dan Muslim)

9. BERSIN BERULANG KALI SAAT SOLAT

Syaitan ingin mengganggu kekusyukkan solat dengan bersin, sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas'ud: "Menguap dan bersin dalam solat itu dari syaitan"
- (Riwayat Thabrani).

Ibnu Hajar menghuraikan pernyataan Ibnu Mas'ud, "Bersin yang tidak disenangi Allah SWT adalah yang terjadi dalam solat, sedangkan bersin di luar solat itu tetap disenangi Allah SWT. Hal itu tidak lain kerana syetan memang ingin mengganggu solat seseorang dengan berbagai cara".





10. TERASA INGIN BUANG ANGIN ATAU BUANG AIR


Rasulullah SAW bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian bimbang atas apa yang dirasakan di perutnya apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak, maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin telah mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya"
- (HR Muslim)

Berbahagialah orang-orang muslim yang selama ini terbebas dari berbagai macam gangguan syaitan dalam solat. Semoga kita semua dibebaskan oleh Allah SWT dari gangguan-gangguan tersebut. Dan bagi yang merasakan gangguan tersebut, sebahagian atau keseluruhannya, janganlah putus asa untuk berjihad melawan syaitan terkutuk. aamiin

YANG TIDAK MAMPU DIUCAPKAN OLEH SEORANG AYAH ...

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan,atau yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu? Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil. Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu. Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya”

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka.

Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang” Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja. Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga. Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu.

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalahMama. Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia. :’) Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut. Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? “Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa. Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain. Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”. Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT, kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan.

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak. Tidak bisa!” Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin padaPapa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin.. Karena Papa tahu. Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya. .

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa. Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik. Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik. Bahagiakanlah ia bersama suaminya. “

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih. Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. Papa telah menyelesaikan tugasnya.

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita. Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis. Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..

Saya mendapatkan notes ini dari seorang teman, dan mungkin ada baiknya jika aku kembali membagikannya kepada teman-teman ku yang lain.

Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-teman wanita ku yang cantik, yang kini sudah berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman pria ku yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !

Yup, banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah / Bapak / Romo / Papa / Papi kita. tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya.

***

== Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menunjuki kita ke jalan yang lurus. Amiin Ya Rabbal Alamiin.==

"DOAKU UNTUKMU , WAHAI ISTRIKU & CALON PENYEJUK HATIKU "



Dengan menyebut nama Allah yg Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam

Ya Allah
Tambahkanlah kesejahteraan kepada tauladan kami Nabi Muhammad SAW
Sebagai pengobat dan penawar hatiku;
Penyehat dan penyegar badanku;
Sebagai sinar dan cahaya pandangan mata;
Sebagai penguat dan santapan rohani;
Dan kepada keluarganya dan para sahabatnya berikanlah keberkahan dan keselamatan.

Ya Allah
Semoga Aku tiipkan perlindungan dan pemeliharaan MU
kepada bayi ini selama ada dalam kandungan ibunya;
Dan semoga Engkau karuniakan kesehatan dan kekuatan
kepada sang bayi dan ibundanya ;
Tiadalah penjagaan MU begitu sempurna,
dan cukuplah Engkau senantiasa ada bersama kami

Ya Allah
Karuniakanlah bayi dalam kandungan ibunya ini dengan jasad yang sempurna, rupa yg bagus , berakal cerdas , paham dalam urusan agama dan akhlak yang rupawan
Dan tanamkan hatinya kelak Keimanan yang kuat dan teguh


Ya Allah ,
semoga Engkau mengeluarkan bayi ini dari dalam kandungan ibunya pada waktu yang telah ditetapkan dalam keadaan yang sehat dan selamat.


Ya Allah ,
Semoga Engkau karuniakan kepada calon bayi ini umur yang panjang dan berkah, sehat jasmani dan rohani, baik budi pekerti baik bacaan dan pemahaman Al Qurannya ;
Dan tinggikanlah derajatnya di akhirat ..
Dan luaskanlah rizkinya ,
Dan jadikanlah ia kelak anak yang sholeh/ sholehah penyejuk hati, manusia penuh kebaikan, selamat di dunia dan akhirat.


Dengan berkahnya Nabi besar Muhammad SAW dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.

Aaamin yaa robbal aalamin.

Kabulkanlah doa kami, ya Allah Tuhan Semesta Alam ....




Oleh : Muhammad Zavied Firdaus

GETARAN GETARAN JIWA



Anakku ,
Cerita cerita perjalanan jiwa..,
amatlah dahsyat

Menggugah sendi sendi RASA..., menaikkan gairah gairah nikmat.

Subhaanallah...!!

Yaa itulah jalan...,
jalan kemuliaan hamba hamba.

mendekat dekat...,
dengan rintihan rintihan taubat.

jadilah KEKASIH Allah..,
dahulukan ALLAH dari yang lainnya.


Engkaulah engkau...,
KEKASIH kekasih ALLAH.

Kekasih kekasih...,
rasakan kelembutan wajah,

getaran getaran jiwa..,
dalam kebeningan makna jiwa.

Kesyahduan sorot sorot mata..,
wujud dari CAHAYA amalan.

Subhaanallah...,
nikmati getaran ketaqwaan qolbu.

ALLAH menguji KEKASIH NYA...,
maka sabarlah

Ujian atas kesetiaan...,
tak seberapa tandingan nikmat NYA.

Ujian atas keCINTAan...,
maka jangan berpaling dari NYA

DIA Maha Mencemburu..,
maka jaga hati untuk NYA.

Untuk kekasih dunia...,
hanya bias Cahaya CINTA NYA.

Tak lebih dari itu...,
tak boleh lebih.

Inilah I'tikad...,
para perindu mencari CINTA sejati.

bertaburanlah jiwa jiwa..,
dengan CINTA.

inilah kenikmatan kemuliaan..,
kemuliaan dari KEKASIH

Subhaanallah..!

KEKASIH jiwa jiwa...,
jiwa jiwa KEKASIH.

Dalam pelukan pelukan kenikmatan...,
getaran getaran bersama NYA.

Jangan lepaskan...,
seSAAT tak ada waktu untuk berpaling.

Anggukan zikir keRINDUAN...,
habiskan masa masa INDAH dengan NYA.

ALLAH.., ALLAH..., ALLAH...,
jiwa jiWA bergelayut.

RinDu RINDU NYA...,
tak tertahankan

Hamparkan maksudmu...,
dalam pelukan NYA

Terlihat bening hatimu..,
jagalah itu

engkau di pilihNYA...,
jiwa jIWA bersentuhan

InsyaALLah..!

Kadang ada MALU..,
bercermin diri atas MALU.

Inilah JANJI janji NYA...,
ALLAH mencintai orang yang MALU.

maka dikatakan MALU ada..,
petanda IMAN ada.

ada IMAN ...,
awal perjalanan meraih CINTA NYA.

makhluk tak ada yang sempurna..,
kecuali para RASUL NYA.

Ikhtiarlah menperbaiki diri..,
terus dan berterusan





Abuaisyah, maret 12,11.

MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI



حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ اْلأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ

dakwatuna.com – Dari Anas bin Malik ra berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke Madinah sedangkan mereka (penduduk Madinah) memiliki dua hari untuk bermain dan bergembira ria. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada apakah dengan dua hari ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami biasa bermain dan bergembira ria pada masa jahiliyah di dua hari tersebut.’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT telah menggantikan dua hari kalian dengan dua hari yang lebih baik darinya, yaitu Iedul Adha dan Iedul Fitri.’ (HR. Nasa’i)


Muqadimah
Seiring dengan cepatnya waktu berlalu, ternyata tanpa terasa ramadhan begitu cepatnya berjalan meninggalkan kita. Padahal kita belum maksimal membaca Al-Qur’an, belum maksimal shalat malam, belum maksimal melaksanakan shiyam dan juga belum optimal untuk melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Setetes air mata mengalir dari ujung mata, perasaan sedih bergemuruh dalam kalbu, Ya Allah, akankah Ramadhan tahun depan, kami masih dapat bertemu lagi dengan bulan Ramadhan?

Dahulu para salafuna shaleh, air mata mereka meleleh membasahi pipi dan lihyah lantaran Ramadhan pergi meninggalkan mereka. Terkadang dari lisan mereka terucap sebuah doa, sebagai ungkapan kerinduan akan datangnya ramadhan dan ramadhan :

اللَّهُمَّ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَرَمَضَانَ وَرَمَضَانَ…
Ya Allah.. anugerahkanlah lagi kepada kami bulan Ramadhan, anugerahkanlah lagi kepada kami bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan…


Suasana seperti ini bahkan berlarut hingga muncul ‘keheningan’ yang demikian heningnya pada malam hari raya Iedul Fitri. Bahkan suasana seperti ini masih begitu terasa, minimal ketika penulis mengalaminya di Mesir, selama studi di sana. Betapa malam Iedul Fitri sangat sepi dan hening, seolah mereka meratapi kepergian ‘tamu istimewa’ mereka, yaitu bulan Ramadhan. Tidak heran jika beberapa mahasiswa Indonesia yang pada malam tersebut sembab matanya, lantaran rindu dan teringat dengan suasana malam Iedul Fitri di tanah air, yang suasananya 180 derajat berbeda dengan suasana di Mesir.

Namun akankah kesedihan itu terus berlarut-larut, sementara ajal kita ditentukan oleh Allah SWT. Dan haruskan kita bersedih, sedangkan Iedul Fitri merupakan hari raya seluruh kaum muslimin, yang kita dianjurkan untuk bergembira pada hari tersebut? Lantas, amalan apakah yang seharusnya kita laksanakan menjelang maupun pada saat Iedul Fitri. Berikut penulis kutipkan beberapa hadits mengenai Iedul Fitri, semoga ada manfaatnya bagi kita semua.


Makna Iedul Fitri
Terdapat beberapa pendapat dalam memaknai Iedul Fitri, yang merupakan hari raya umat Islam di seluruh alam. Jika dilihat dari segi bahasanya, Iedul Fitri terdiri dari dua kata yaitu ( عيد ) dan ( فطر ). Dan masing-masing dari kata ini memiliki maknanya tersendiri :

• ( عيد ) Ada yang mengatakan bahwa Ied berasal dari kata ( عاد – يعود ) yang berarti kembali. Namun ada juga yang menterjemahkan Ied ini sebagai hari raya, atau hari berbuka. Pendapat yang kedua ini menyandarkan pada hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ (رواه ابن ماجه)


Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Idul Fitri adalah hari dimana kalian berbuka, dan Idul Adha adalah hari dimana kalian berkurban.” (HR. Ibnu Majah)

• ( الفطر ) Ada yang menerjemahkan fitri dengan “berbuka” karena ia berasal dari kata ( أفطر ) yang memang secara bahasa artinya berbuka setelah berpuasa. Namun disamping itu, ada juga yang menerjemahkan fitri dengan “fitrah”, yang berarti suci dan bersih. Pendapat kedua ini menyandarkan pendapatnya pada hadits Rasulullah SAW :
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخاري)

Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah seorang anak dilahirkan, melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih/ suci). Orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Bukhari)



Dari maknanya secara harfiah ini, dapat disimpulkan adanya dua makna dalam menerjemahkan Iedul Fitri, yaitu :

1. Iedul Fitri diterjemahkan dengan kembali kepada fitrah atau kesucian, karena telah ditempa dengan ibadah sebulan penuh di bulan ramadhan. Dan karenanya ia mendapatkan ampunan dan maghfirah dari Allah SWT.

2. Iedul Fitri diterjemahkan dengan hari raya berbuka, dimana setelah sebulan penuh ia berpuasa, menjalan ibadah puasa karena Allah SWT, pada hari Idul Fitri ia berbuka dan tidak berpuasa sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT.

Penulis melihat bahwa kedua makna Iedul Fitri di atas adalah benar dan tepat. Dan kedua makna tersebut saling melengkapi dan tidak bertentangan sama sekali. Sehingga Iedul Fitri adalah hari raya umat Islam yang dianugerahkan oleh Allah SWT di mana insan dikembalikan pada fitrahnya dengan mendapatkan ampunan dari Allah SWT, sekaligus sebagai hari bergembiranya kaum muslimin dimana diperintahkan untuk makan dan minum (baca; berbuka) sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. Oleh karena itulah, terdapat doa yang sering dibacakan sesama kaum muslimin ketika berjabat tangan dan saling memaafkan, yaitu :
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang kembali (kepada fitrah) dan sebagai hamba-hamba-Nya yang menang (melawan hawa nafsu). Dan semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita semua.
***[1]


Hanya terkadang, masyarakat kita lebih suka “menyunat” doa di atas, sehingga yang diucapkan hanya kalimat, ‘Minal Aidin Wal Fa’izin” saja. Bahkan lebih parah lagi ketika Minal Aidin Wal Faidzin ini diterjemahkan dengan mohon maaf lahir dan batin. Tetapi bisa kita maklumi karena keterbatasan masyarakat kita pada umumnya, asalkan masih dilandasi dengan niatan yang ikhlas hanya mengharap ridha Allah SWT, semoga tetap Allah catat sebagai amal ibadah di sisi-Nya.

Menghidupkan Iedul Fitri
Bagi kita semua saat ini, bagaimana kita dapat menghidupkan Iedul Fitri, atau dengan kata lain memaknai Iedul Fitri sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dari beberapa riwayat, terdapat beberapa hal yang disunnahkan untuk dilakukan pada malam Ied atau pada hari raya Iedul Fitri. Diantaranya adalah :


1. Disunnahkan untuk Qiyamul Lail, pada malam hari raya Idul Fitri. Dalam sebuah riwayat digambarkan :
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَتَيْ الْعِيدَيْنِ مُحْتَسِبًا لِلَّهِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ (رواه ابن ماجه)

Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melaksanakan qiyamullail pada dua malam Ied (Idul Fitri dan Adha), dengan ikhlas karena Allah SWT, maka hatinya tidak akan pernah mati di hari matinya hati-hati manusia. (HR. Ibnu Majah).

2. Disunnahkan pada pagi hari raya Idul Fitri, untuk mandi, menggunakan minyak wangi dan berpakaian yang rapi. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
عَنِ الْفَاكِهِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ قَالَ وَكَانَ الْفَاكِهُ بْنُ سَعْدٍ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالْغُسْلِ فِي هَذِهِ اْلأَيَّامِ

Dari Fakih bin Sa’d bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa mandi pada hari jum’at, hari Arafah, hari Idul Fitri dan hari Idul Adha. Dan Fakih (Perawi hadits ini) senantiasa memerintahkan keluarganya untuk mandi pada hari-hari tersebut.
(HR. Ahmad)


Dalam riwayat lain juga digambarkan :

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى (رواه مالك)
Dari Nafi’, bahwasanya Abdullah bin Umar senantiasa mandi pada hari raya Idul Fitri, sebelum berangkat ke tempat shalat. (HR. Malik)

3. Mendatangi tempat-tempat dilaksanakannya shalat Ied. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بَنَاتَهُ وَنِسَاءَهُ أَنْ يَخْرُجْنَ فِي الْعِيدَيْنِ (رواه أحمد)

Dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya Rasulullah SAW memerintahkan anak-anak wanitanya dan istri-istrinya untuk kelur (mendatangi tempat shalat Ied) pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Ahmad)


Dalam riwayat lain dijelaskan :

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ (رواه البخاري)

Dari Ummu Athiyah ra berkata, kami diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat, bahkan perawan di pingitannya dan wanita yang haid diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat Ied. Hanya mereka berposisi di belakang shaf kaum muslimin. Mereka bertakbir dengan takbir kaum muslimin, dan berdoa dengan doa kaum muslimin, dengan berharap keberkahan dan kesucian hari tersebut.
(HR. Bukhari)

Mendatangi tempat dilaksanakannya shalat Ied dengan berjalan kaki [1] Dalam hal ini juga perlu diperhatikan situasi dan kondisinya. Jika tempat shalatnya cukup jauh dan justru menyulitkan dengan berjalan kaki, maka tidak boleh dipaksakan. Demikian juga dengan orang yang udzur dan sakit. dan memakan sesuatu sebelum berangkat melaksanakan shalat Ied. Dalam sebuah riwayat dijelaskan :

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ مِنْ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَأَنْ تَأْكُلَ شَيْئًا قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ (رواه الترمذي)

Dari Ali bin Abi Thalib ra berkata, termasuk sunnah jika kamu keluar mendatangi tempat shalat Ied dengan berjalan kaki dan memakan sesuatu sebelum pergi ke tempat shalat Ied.” (HR. Turmudzi)


4. Bertakbir mengagungkan Asma Allah SWT, dalam sebuah riwayat digambarkan :
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ (رواه البخاري)

Dari Ummu Athiyah ra berkata, kami diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat, bahkan perawan di pingitannya dan wanita yang haid diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat Ied. Hanya mereka berposisi di belakang shaf kaum muslimin. Mereka bertakbir dengan takbir kaum muslimin, dan berdoa dengan doa kaum muslimin, dengan berharap keberkahan dan kesucian hari tersebut.
(HR. Bukhari)


5. Melalui jalan yang berbeda ketika berangkan dan pulang dari tempat dilaksanakannya shalat Ied. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ فِي طَرِيقٍ رَجَعَ فِي (رواه الترمذي)

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW apabila pergi (ke tempat shalat Ied) pada hari Ied melalui satu jalan, maka beliau kembali dari tempat tersebut melalui jalan yang berbeda.”

6. Saling bermaaf-maafan seraya mendoakan semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
عَنْ خَالِدٍ بْنِ مَعْدَانٍ قَالَ لَقَيْتُ وَاثِلَةَ بْنَ اْلأَسْقَعِ فِيْ يَوْمِ عِيْدٍ فَقُلْتُ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ فَقَالَ نَعَمْ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ قَالَ وَاثِلَةٌ لَقَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَيْدٍ فَقُلْتُ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ قَالَ نَعَمْ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ (رواه البيهقي في الكبري)


Dari Khalid bin Ma’dan ra, berkata, Aku menemui Watsilah bin Al-Asqo’ pada hari Ied, lalu aku mengatakan, ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka”. Lalu ia menjawab, ‘Iya, Taqabbalallah Minna Wa Minka,’. Kemudian Watsilah berkata, ‘Aku menemui Rasulullah SAW pada hari Ied lalu aku mengucapkan ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka’, kemudian Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, Taqabbalallah Minna Wa Minka’ (HR. Baihaqi Dalam Sunan Kubra).

7. Boleh mengadakan hiburan pada hari raya Ied, dalam sebuah riwayat digambarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Bakar yang pada waktu itu (Hari Ied) menghardik dua hamba sahaya perempuan yang mendendangkan syair di ruma Aisyah :
يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيْدًا وَإِنَّ الْيَوْمَ عِيْدُنَا
Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum mempunyai hari raya, dan sesungguhnya hari ini adalah hari raya kita.” (HR. Nasa’I)


_________________________________________________________________
***Catatan Kaki:
[1] Namun yang perlu digaris bawahi adalah bahwa ungkapan atau doa ini bukan merupakan ‘hadits’ yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kecuali pada kalimat ( تقبل الله منا ومنكم ) masih terdapat riwayat, yaitu dari Khalid bin Ma’dan (seorang Tabi’in) ketika hari raya Ied menemui Watsilah bin Al-Asqo’, ia mengucapkan ( تقبل الله منا ومنك ) kemudian Watsilah menjawab ( نعم تقبل الله منا ومنك ). Kemudian Watsilah berkata, Aku menemui Rasulullah SAW pada hari raya Ied, lalu aku mengatakan ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka” kemudian Rasulullah SAW mejawab, ( نعم تقبل الله منا ومنك ) Ya Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita. (Sunan Baihaqi Al-Kubra, Juz III, hal 319). Namun menurut Ibnu Hajar pada sanad hadits ini terdapat Muhammad bin Ibrahim Asyami, dan ia dha’if (lemah). Jadi hadits ini merupakan hadits dha’if.

Shalat Iedul Fitri

Shalat Ied (Iedul Fitri dan Adha) hukumnya sunnah mu’akkadah, kecuali madzhab Abu Hanifah yang mengatakannya fardhu kifayah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ* فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ*

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (Al-Kautsar 1 – 2)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى* وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى*

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman).

Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (Al-A’la 14 – 15)

Selain itu, Rasulullah SAW juga senantiasa melaksanakannya dan memerintahkannya termasuk kaum wanita dan anak-anak. Sebab kedua shalat ini merupakan bagian dari sejumlah syiar Islam, juga sebagai wujud dan iman dan takwa.

Berbeda dengan shalat biasa, shalat Ied ini dianjurkan untuk dilaksanakan di mushalla. Namun pengertian mushalla di sini berbeda dengan pengertian mushalla yang menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Mushalla adalah sebuah tempat (lapangan) yang besar yang dapat menampung lebih banyak kaum muslimin. Dalam riwayat Rasulullah SAW melaksanakan shalat Ied selalu di mushalla, kecuali pada suatu ketika saat turun hujan, maka beliau dan sahabatnya melaksanakannya di dalam masjid. Oleh karenanya jumhur ulama mengatakan lebih afdhal pelaksanaan shalat Ied di mushalla (lapangan), kecuali di Masjidil Haram. Sedangkan Imam Syafi’I mengatakan lebih afdhal di masjid, karena masjid merupakan tempat yang paling mulia di muka bumi. Kesimpulannya shalat Ied boleh dilaksanakan di mushalla ataupun di masjid yang besar yang dapat menampung banyak jamaah.

Adapun waktu pelasanaannya adalah pada saat matahari setinggi dua panah (menurut riwayat hadits). Di sunnahkan pada shalat Iedul Fitri dilaksanakan diakhirkan waktunya, sedangkan untuk Iedul Adha di awalkan. Hal ini agar kaum muslimin yang belum menunaikan zakat fitrahnya pada hari raya Idul Fitri memiliki kesempatan untuk menunaikannya. Sedangkan pada Idul Adha di awalkan, agar lebih cepat memotong hewan qurban agar dibagikan kepada kaum muslimin.

Sedangkan tatacara pelaksanaan shalatnya, dijelaskan oleh Al-Jaza’iri dalam Minhajul Muslim sebagai berikut:
“Hendaknya kaum muslimin keluar menuju tempat khusus untuk shalat Ied sambil takbir, sampai matahari meninggi kira-kira beberapa meter. Ketika itu, hendaklah imam berdiri untuk mengimami shalat Ied (tidak diawali azan maupun iqamat) sebanyak dua rakaat. Pada rakaat pertama ia takbir tujuh kali, di luar takbiratul ihram dan makmum mengikutinya. Kemudian ia membaca surat Al-Fatihah dan surat Al’A’la dengan suara keras. Pada rakaat kedua, hendaklah ia takbir lima kali diluar takbir saat berdiri dari rakaat pertama. Kemudian membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ghasyiyah atau Adhuha. Setelah ia salam, hendaknya ia bangkit berdiri untuk menyampaikan khutbah kepada jamaah…”

Bagaimana hukumnya dengan orang yang masbuq (terlambat) dalam melaksanakan shalat Ied? Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa ‘Siapa yang tidak mengikuti shalat Ied berjamaah, hendaklah ia shalat empat rakaat. Adapun bagi orang yang masih dapat mengikuti sebagian daripadanya bersama imam, sekalipun hanya tasyahud, hendaknya sesudah ia salah ia berdiri dan shalat dua rakaat sebagaimana lazimnya shalatnya orang yang masbuq dalam shalat-shalat lain.

Setelah selesai pelasanaan shalat, imam bangkit berdiri dan menyampaikan khutbahnya. Hukum mendengarkan khutbah pada shalat Ied adalah sunnah dan tidak wajib. Namun alangkah meruginya bagi yang enggan untuk mendengarkan khutbah pada hari raya kaum muslimin ini. Setelah selesai melaksanakan khutbah, dianjurkan untuk meninggalkan tempat, tanpa shalat sunnah lagi. Karena tidak disyariatkan untuk melaksanakan shalat sunnah baik sebelum maupun sesudah shalat Ied. Dan setelah itu dianjurkan bagi kaum muslimin untuk bersitaturahim dan bermaaf-maafan.



Hal-Hal Yang Dilarang Dan Dimakruhkan Dalam Idul Fitri


Seringkali manusia ‘terlena’ ketika telah mendapatkan suatu kenikmatan atau kesenangan tertentu. Tak terkecuali pada hari raya Idul Fitri, hari yang seharusnya menjadi ‘bukti’ kefitrahan jiwa dan hati kita dari perbuatan dosa.

Namun terkadang tanpa kita sadari, beberapa hal yang dilarang atau dimakruhkan justru begitu marak di hari yang fitri ini. Berikut adalah hal-hal yang seyogianya kita hindarkan:

1. Berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan (tabdzir)
Seringkali pada saat hari raya Iedul Fitri, karena begitu banyaknya makanan yang relatif istimewa, kita lupa dengan ‘kapasitas’ perut kita, sehingga terlalu banyak mengkonsumsi makanan. Baik makan besar maupun makan kecil. Sementara Allah SWT telah mengingatkan kita:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Dan makan dan minumlah kalian, tapi janganlah kalian berlebih-lebihan. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf 31)

2. Berlebih-lebihan dalam berpakaian dan berdandan.
Seringkali pakaian yang bagus dan indah yang memang disunnahkan untuk dikenakan pada hari raya Iedul Fitri, menjadikan kita terjebak pada sifat berlebihan dalam berpakaian ataupun berdandan, sehingga terkadang ‘aurat’ tidak terjaga, atau berpakaian terlalu ketat, atau juga terlalu menyolok (baca; tabarruj). Sehingga dosa-dosa yang telah terampuni kembali masuk dalam diri kita. Oleh karenanya, sebaiknya dalam berpakaian tidak melanggar batasan-batasan syar’I, baik bagi pria maupun wanita. Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى

“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab 33)


3. Berjabat tangan antara pria dan wanita yang bukan mahromnya.

Hal ini juga terkadang sering terlalaikan dalam merayakan Iedul Fitri terhadap sanak saudara, tetangga atau teman dan kerabat. Padahal berjabat tangan bagi yang bukan mahromnya adalah termasuk perbuatan yang dilarang. Dalam sebuah hadits digambarkan:
عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ عَنْ بَيْعَةِ النِّسَاءِ قَالَتْ مَا مَسَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ امْرَأَةً قَطُّ (رواه مسلم)

“Dari Urwah ra, bahwasanya Aisyah memberitahukannya tentang bai’at wanita. Aisyah berkata, Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh dengan tangannya seorang wanita sama sekali.” (HR. Muslim)

4. Berlebih-lebihan dalam tertawa dan bercanda.

Tertawa, bercanda, mendengarkan hiburan termasuk perkara yang dimubahkan terutama pada Iedul Fitri. Namun yang tidak diperbolehkan adalah ketika perbuatan tersebut berlebihan, sehingga melupakan kewajiban atau menjerumuskan pada sesuatu yang dilarang. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلاً وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. (Attaubah 82)

5. Mengulur-ulur waktu shalat.

Dengan alasan silaturahmi atau halal bi halal keluarga besar atau kerabat maupun teman sejawat, seringkali ‘mengulur-ulur’ waktu pelaksanaan shalat. Hal ini juga bukan merupakan perbuatan yang baik. Karena seharusnya kita malaksanakan shalat pada waktunya, tanpa mengulur-ulurnya.

6. Boros dalam pengeluaran uang.

Iedul Fitri juga sering menjadi ajang untuk menghambur-hamburkan uang pada sesuatu yang ‘manfaatnya’ kurang. Kecuali jika dalam rangka untuk memberikan santunan kepada kerabat keluarga yang membutuhkan, namun itupun juga tidak boleh berlebih-lebihan. Dalam Al-Qur’an Allah mengatakan:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Al-Furqan 67)
Inilah diantara hal-hal yang perlu kita hindarkan bersama, agar kita tidak kembali terjerumus dalam perbuatan maksiat dan dosa. Dan alangkah baiknya jika sesama muslim kita saling ingat mengingatkan, agar tercipta kehidupan yang diridhai oleh Allah SWT.

Penutup

Inilah sekelumit hal yang berkaitan dengan Iedul Fitri. Marilah kita mencoba mengamalkannya sesuai dengan tuntunan sunnah, dan menjauhi dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Agar makna fitri tersebut benar-benar lekat dengan diri kita. Dan jangan sampai justru ketika Iedul Fitri, menjadi “ajang” kemaksiatan bagi kita, setelah sekian lama dibersihkan dengan amal ibadah di bulan Ramadhan. Sehingga peningkatan demi peningkatan akan terealisasikan dalam diri kita, dan kita benar-benar menjadi insan yang bertakwa. Semoga Allah SWT menerima seluruh amalan kita, dan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H:
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang kembali (kepada fitrah) dan sebagai hamba-hamba-Nya yang menang (melawan hawa nafsu). Dan semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita semua.

dakwatuna.com