Jumat, 08 Juli 2011

:: KISAH SEPOTONG ROTI TAUBAT



Bismillahirrahmannirahim,

TERKADANG, kita sering berharap begitu banyak balasan dari Allah , atas sedekah dan pemberian kita.

Memang TIDAK SALAH jika kita bersedekah agar mendapat balasan yang berlipatganda di Dunia ini karena memang itu adalah JanjiNYA, namun apakah kita tidak takut, kalau nanti di Akhirat kita tidak dapat lagi Syafa’at/Penolong dari Sedekah kita ? Bukankah SELAMAT dari Siksa Neraka yang tiada batas JAUH LEBIH BERHARGA dari pada Balasan yang besar di Dunia tapi hanya SESAAT.

Bukankah sudah sewajarnya kita bersyukur kepada Allah, atas berbagai ni'mat yang tak terhitung , mulai dari ni'mat sehat , ni'mat rezeki, ni'mat ibadah serta ni'mat-ni'mat lainnya yang tak mampu kita menghitungnya ..

Sahabat,
Semoga kisah dibawah ini bermanfaat dan dapat membuka hati kita , masihkah kita memaksa Allah SWT menyegerakan balasanNYA atas sedekah yang kita berikan ...
dan betapa sesuatu yang kecil dan kurang berharga itu juga mampu menjadi PENYELAMAT terhadap kehidupan kita kelak ...


KISAH SEPOTONG ROTI TAUBAT


Abu Burdah bin Musa Al-Asy'ari meriwayatkan, bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: "Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sepotong roti."

Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah SWT. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita yang menggairahkan nafsunya sehingga diapun tergoda dalam bujuk rayunya hingga terperangkap dalam dosa perzinaan selama tujuh malam.


Setelah ia sadar, ia lalu bertaubat, tempat ibadahnya itu ditinggalkannya, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara dan terus tekun mengerjakan solat dan bersujud.


Akhirnya dalam pengembaraannya itu ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin, sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, karena sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, sehingga akhirnya dia tertidur bersama dengan lelaki fakir miskin dalam pondok itu.


Rupanya di samping pondok tersebut hidup seorang Kyai yang setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa potong roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sepotong roti. Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bagian, karena disangka sebagai orang miskin.


Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bagian dari orang yang membagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membagikan roti itu ia berkata: "Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku."


Orang yang membagikan roti itu menjawab: "Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari satu potong roti."


Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bagian tadi. Sedangkan keesokan harinya, orang yang bertaubat itu meninggal dunia.


Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadah yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sepotong roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sepotong roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu.

Subhanallah ..


Sebagai renungan bagi kita adalah firman Allah subhana waTa'ala:

Sesungguhnya barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (QS. 11:15-16)

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’: 19)

“Barang siapa yang menghendaki "keuntungan di akhirat" akan "Kami tambahkan keuntungan itu baginya (untuk dunia) " dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20)


Maka kepada anaknya Abu Musa berpesan:

"Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sepotong roti itu " ( bahwa sesungguhnya sesuatu yang kita sedekahkan dengan Ikhlas, akan menjadi kekayaan sejati kita kelak dan mampu menjadi Penyelamat dari kesengsaraan yang tiada batas di akhirat / hisab yang buruk )




Wallahu a'lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar