Jumat, 29 April 2011

KEUTAMAAN MENANGIS KETIKA MEMBACA AL QURAN


Bismillahirahmannirahim,

Sahabat fillah,

Ada banyak jenis tangis dalam kehidupan kita... Namun tak ada yang lebih baik dibandingkan dengan menangis karena ALLAH, ALLAH yang Maha Suci ...

Mereka menangis karena Allah, dan mereka bergembira karena Allah. Alangkah indah akhlak orang-orang mulia yang berinteraksi dengan Al Quran, yang menjadikan petunjuk hidup bagi manusia. Mereka bukanlah cengeng, dan bukanlah sentimentil .. melainkan Allah mmberi karunia kelembutan hati atas tanda-tanda dan ayat-ayat NYA (menangkap petunjuk Allah) dengan kejernihan hati.

Tak ada balasan yang indah untuk hati yang lembut karena ALLAH, kecuali dipenuhi dengan Cahaya Cinta yang mulia.

Semoga Allah memberi kita rahmat dan karunia bagi kita semua. Aamiin.


::::::::::::::::::::::::::::::::::

Menangis merupakan sesuatu yang biasa terjadi pada setiap orang. Namun menangis dengan sebab mendengar atau membaca ayat Al-Qur’an tentu merupakan peristiwa yang tidak terjadi pada setiap orang. Hanya orang-orang yang beriman yang mampu meresapi makna ayat-ayat Al-Qur’an dan memahami kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bisa menetes air matanya saat membaca atau mendengar bacaan Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan pula kelembutan hatinya. Sesungguhnya lunaknya hati dan cucuran air mata di saat membaca Al-Qur’an adalah ciri-ciri orang-orang yang shaleh


Menangis di saat berdzikir dan membaca Al-Qur’an adalah sifat dari orang-orang yang arif dan syiar hamba-hamba Allah yang shalih.

Dalam hal ini Allah memberi pujian bagi mereka yang mampu merasakan dengan hati firman-firman Nya, khusyuk, tunduk dan merendah diri ketika mendengar bacaan Al-Qur’an. Maka barangsiapa yang memiliki hati dan ilmu namun tidak bisa membuatnya menangis maka patut dikatakan ia telah mendapatkan ilmu yang tidak bermanfaat baginya.

Sebagaimana Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Al-Isra’: 107-109)


Sesungguhnya apa yang didapati oleh seseorang dari perasaan gemetar pada hatinya, air mata menetes dan tubuh yang merinding di saat mendengar ayat-ayat Allah atau dzikir yang masyru’ (disyariatkan) maka ini adalah seutama-utama keadaan yang telah disebutkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.” (Az-Zumar: 23)


Dan Allah berfirman:

“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (Maryam: 58)


Ibnul Qoyyim menjelaskan menangis itu ada beberapa macam :

- Menangis sebagai curahan kasih sayang dan belas kasih.
- Menangis yang timbul dari perasaan takut dan khasyyah.
- Menangis karena perasaan cinta dan rindu kepada Rabb.
- Menangis sebagai luapan rasa bahagia dan senang.
- Menangis lantaran keluh kesah terhadap perkara yang menyakitkan hati lalu tidak mampu menanggung beban tersebut.
- Menangis yang timbul lantaran perasaan sedih.


Rasulullah SAW menangis sebagai bentuk ungkapan kasih sayang , sebagai ungkapan rasa kekhawatiran dan belas kasih terhadap umatnya dan kadang karena rasa takut kepada Allah atau ketika mendengar Al-Qur’an timbul rasa rindu, cinta dan pengagungan bercampur rasa takut kepada Allah.


Abdullah bin Mas’ud menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacakan (Al-Qur’an) untukku.” Lalu aku katakan: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku baca untuk engkau padahal Al-Qur’an turun kepadamu?” Beliau berkata: “Ya, sesungguhnya saya ingin mendengarkannya dari selainku.”

Lalu aku baca surat An-Nisa’ hingga sampai ayat:

“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kamimendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai) umatmu.”

Beliau lantas berkata: “Ya cukup.” Tiba-tiba air mata beliau menetes.


Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menangis ketika menyaksikan salah satu cucunya yang nafasnya sudah mulai terputus-putur dan ketika putra beliau Ibrahim meninggal, air mata beliau menetes karena belas kasih beliau kepadanya. Beliau juga menangis ketika meninggalnya Utsman bin Madh’un, beliau menangis ketika terjadi gerhana matahari lantas beliau shalat gerhana dan beliau menangis dalam shalatnya, kadang pula beliau menangis di saat menunaikan shalat malam.


Diriwayatkan dari Tsabit Al-Bunaniy dari Muthorrif dari bapaknya berkata: Saya menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang beliau dalam keadaan shalat, terdengar dalam perut beliau Al-Aziz (seperti suara air yang mendidih dalam mirjal yaitu bejana) maksudnya beliau sedang menangis. (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Abu Dawud)


Terdapat dalam suatu riwayat bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: Beberapa surat telah membuatku beruban seperti surat Hud, Al-Waqi’ah, Al-Mursalaat, Amma Yatasa’alun dan surat Idzasy-Syamsu Kuwwirat. (Shahihul Jami']


Dari Jubair bin Muth’im, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surat Ath-Thur dalam shalat maghrib, tidaklah aku mendengar suara yang paling bagus dari beliau. Dalam sebagian riwayat lain: Maka tatkala aku mendengar beliau membaca:

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri?”

Lantas ia mengatakan: Hampir saja jantungku terbang.


Maka cukuplah bagi kamu dengan orang yang bacaannya punya pengaruh bagi seseorang yang mendengarnya , yang menjadi sebab ia mendapatkan hidayah dari Allah , oleh karena itu, sebaik-baik bacaan adalah yang muncul adalah dari kekhusyukan hati. Thawus berkata: Manusia yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah yang mereka paling takut kepada Allah.


Sungguh apa yang didapati di saat mendengar dan berdzikir dengan dzikir yang masyru’ dari perasaan gemetar, air mata yang menetes dan jasad yang merinding maka ini adalah seutama-utama keadaan yang telah disinggung oleh Al-Kitab dan As-Sunnah.


“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, makasesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Maidah: 118)


“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telag menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-A’raf: 54)


“Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”


Semua ayat -ayat diatas adalah apa-apa yang menimbulkan tangis karena mengingat keagungan Allah dan kesempurnaan, kebaikannya kepada hambanya serta kesempurnaan Nya.


Sahabat fillah,

Ketika membaca Al-Qur’an, mendengarkannya lantunannya, atau merenungi nya , hadirkanlah hatimu ,.. rasakan dengan segenap jiwamu getar-getar Keagungan Nya, rasakan kehadiran Nya .. seakan-akan Rabb berbicara kepadamu melalui ayat-ayat Cinta Nya yang mulia.

Semoga Rahmat Allah Ta'ala menyertai kita bersama. aamiin.




Wallahu a'lam bishawab,
--------------

Sumber:
Air Mata Iman karya Abdullah bin Ibrahim Al-Haidan
(penerjemah: Al-Ustadz Abu Affan Asasuddin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar