Dipandang dari segi sains (pengetahuan lintas sekte-sekte aliran dalam tasawuf Islam, dzikir dinilai sebagai salah satu metode khas Islam untuk mencapai suasana tertentu dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah.
Secara umum, dzikir dilakukan dengan berulang-ulang mengucapkan salah satu dari: Allah atau salah satu dari Asma'ul husna, la illaha ilallah, la haula wa la quwwata illa billah, surat-surat pendek dari al-Qur'an dll. Semuanya bernuansa sama, yaitu mengingat Allah dengan segala Sifat-sifat-Nya. Pengucapan dilakukan dengan suara keras, atau hanya di dalam hati. Sambil mengulang-ulang dzikir itu, orang ada yang duduk tenang bersila dalam posisi (postur) tertentu, dengan atau tanpa disertai pengaturan napas. Ada kalanya, dzikir dilakukan dengan gerakan anggota tubuh tertentu, bahkan dengan gerakan-gerakan bela-diri, atau tarian dan musik [dilakukan oleh beberapa aliran sufi di Mesir dan Turki]. Pemusatan pikiran sangat diperlukan dalam dzikir.
Saya dapat menceritakan lebih banyak keragaman cara dzikir, tetapi yang saya maksud disini ialah sekedar membeberkan adanya keragaman yang tak terhitung, jangan sampai di antara kita ada fanatisme bahwa hanya ada satu cara yang baik. Seorang mursyid bisa saja menerapkan metode yang berbeda pada murid yang berlainan. Ini adalah karena tiap orang itu spesifik; bagi orang tertentu, baginya ada metode yang lebih cocok. Nabi sendiri mengajarkan dzikir dengan suara keras kepada sebagian sahabatnya, dan dzikir tak bersuara kepada sahabat lainnya.
Fungsi dzikir adalah untuk memusatkan perhatian kepada satu hal saja, yaitu keberadaan Allah. Pemikiran atau bayangan-bayangan selain Allah harus dihilangkan. Dilakukannya perbuatan lain selain pengucapan, adalah sekedar untuk membantu pemusatan (penyatuan dengan dzikir), hingga pada akhirnya kita dapat mencapai keadaan ekstasi. Dalam keadaan ini, panca-indera kita mati beberapa saat, dan kita mulai dapat "melihat" kebenaran dari Allah.
Dzikir berfungsi pula sebagai genderang peringatan yang selalu ditabuh keras-keras di dalam hati, agar ketika kita memasuki ekstasi, kita tidak tersasar atau salah masuk. Dzikrullah menuntun hati agar tidak terlepas dari jalur menuju Allah.
Dzikrullah perlu dijadikan kebiasaan. kalau kita melakukannya di setiap saat, ketika berdiri, berjalan, duduk, tidur (!), ketika bekerja, ketika istirahat, ketika makan, minum dll. Jika kita membiasakannya, dzikir itu akan terus berlangsung dengan sendirinya meskipun kita tidak menyadarinya. Tetapi itu semua hanya sekedar hasil olah pikir dari pengalaman dan bacaan. Benar-tidaknya, wallahu a'lam bish shawab.
Ku terlena dalam dekapan cinta....
Ku hembus nafas ku pelan-pelan...
Tuk mengungkap keagungan dan keindahan-Mu...
Darah mendidih...
Badanku gemetar...
Ketika Kalimat-Mu dilanturkan...
Sang penguasa cipta....
Aku tak dapat mambandung lautan kebahagiiaan...
Air mataku terus mengalir...
Bersama kalimah-Mu...
Cintaku hanya untuk-Mu...
Cintaku abadi pada-Mu..
Ku tinggalkan segala hawa nafsuku...
Untuk menembus tabir-tabir kasih-Mu...
Dzikir yang selalu menyelimuti jiwaku...
Dapatkah aku meraih cinta-Mu...
Dengan lumuran dosa - dosaku...
Dapatkah aku berdzikir tuk menjadi kekasih-Mu...
Dengan tanganku yang kotor....
Dapatka aku melihat keagungan-Mu...
Dengan kedua mataku yang penuh kemaksiatan...
Semoga bermanfaat dan barokah.....
Vicky
Halaqah Sirrul Barokah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar