Muslim yang terbaik adalah yang dapat mencapai tingkatan IHSAN (1)
Seorang yang sampai pada tingkatan seolah-olah melihat Allah atau paling tidak seorang yang yakin bahwa segala perbuatannya dilihat Allah maka tentu akan terdorong melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
:::: Bentuk Ketaqwaan Menentukan Ukuran Kemuliaan ::::
Inilah sesungguhnya bentuk ketaqwaan kepada Allah سبحانالله تعاﱃ yang menentukan tingkat/ukuran kemuliaan seorang Muslim dihadapan Allah سبحانالله تعاﱃ .
Sesuai firman Allah, سبحانالله تعاﱃ
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa” (QS. Al-Hujurat: 13)
:::: Tingkatan Utama Yakni “Seolah-olah Melihat Allah" ::::
Tingkatan utama yakni “Seolah-olah melihat Allah” bersifat aktif artinya dengan karunia Allah kita “melakukannya”/”merasakannya” sedangkan tingkatan dibawahnya adalah “Segala perbuatan dilihat Allah” bersifat pasif.
“Seolah-olah melihat Allah”, tentu tidak boleh diartikan secara harfiah atau secara fisik atau tersurat. Namun fahami secara hakIkat adalah dengan meneliti apa yang tersembunyi / tersirat, mencari makna spiritual (thariq al bathin), guna mensucikan bathin (thathhir al bathin).
Sesungguhnya manusia tidak akan mampu “melihat” Allah سبحانالله تعاﱃ ketika di dunia.
Peristiwa ini diabadikan dalam surat Al A’raf (7) ayat 143,
“ “Dan tatkala Musa tiba di miqat lalu berkata, ‘Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu supaya aku bisa melihat-Mu.’ Maka Tuhan pun berkata, ‘Kamu tidak akan bisa melihat-Ku , tetapi pandang saja gunung di seberangmu, bila dia tetap di tempatnya, maka kamu akan melihat-Ku’. Maka ketika Tuhannya menampakkan cahaya-Nya ber-tajalli kepada gunung, jadilah gunung itu hancur lebur. Maka Musa tersungkur pingsan. Dan setelah siuman dia berkata, ‘Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku akan menjadi orang mukmin pertama’.” “
Kisah ini tercantum juga dalam kitab Qishashul Anbiya’ karangan Ibnu Katsir yang mencoba menjelaskan bahwa Nabi Musa علیہمم ١لﺴﻼم. adalah Kalimullah, orang yang mampu berbicara langsung dengan Allah سبحانالله تعاﱃ . Namun dia hanya mendengar suara Allah تعاﱃ dari balik hijab. Ketika dia meminta hijab itu disingkapkan, Allah تعاﱃ tidak menuruti, tetapi Allah تعاﱃ memberikan pelajaran telak kepada hamba-Nya sehingga pingsan dan sadar kelemahan diri. Manusia memang tidak akan sanggup melihat Allah تعاﱃ . Jangankan cahaya Allah تعاﱃ , memandang matahari pun mata manusia akan terbakar.
::: Melihat Allah تعاﱃ Merupakan Puncak Kenikmatan Ahli Syurga ::::
Tetapi kelak di Akhirat, melihat Allah تعاﱃ merupakan puncak kenikmatan Ahli Syurga. Lebih mulia dari kenikmatan istana, kebun, buah-buahan, dan bidadari Syurgawi.
Ketika para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, akankah kita kelak bisa memandang Allah?” Beliau menjawab, “Kalian akan memandang-Nya sebagaimana kalian memandang bulan purnama raya. Dan setelah itu para ahli syurga tidak mau lagi memalingkan wajah mereka dari memandang Allah.”
Subhanallah!
:::: Sebahagian Umat Muslim Memahami EHSAN Itu Khususnya Pada Ketika Ibadah Saja, Seperti Ketika Sholat ::::
Maka setiap (orang) yang melakukan ibadah khususnya pada waktu sholat, bila tidak disertai perasaan, “seperti sungguh-sungguh” melihat Tuhan, maka ibadah itu tidak tergolong dalam kategori ibadah yang EHSAN (baik).
Allah سبحانالله تعاﱃ. berfirman :
“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya.” (QS. Al-Baqarah 2 : 45).
--- Sebahagian umat muslim lainnya memahami EHSAN ibaratnya “melihat” dengan “mata hati.”
--- Sebahagian umat muslim lainnya memahami EHSAN ibaratnya “merasakan” “kedekatannya” dengan Allah سبحانالله تعاﱃ disetiap saat kehidupan.
Seungguhnya Allah سبحانالله تعاﱃ itu dekat, sesuai dengan firman Allah سبحانالله تعاﱃ yang ertinya:
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang “Aku” maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran .” ( Al Baqarah: 186).
** Selalu berada dalam kebenaran bisa diertikan selalu merasakan “bersama” Allah سبحانالله تعاﱃ dalam menjalani kehidupan di dunia.
:::: Kedekatan Kita Dengan Allah سبحانالله تعاﱃ Terhalang/Terhijab Dengan Dosa ::::
Kedekatan kita dengan Allah سبحانالله تعاﱃ terhalang/terhijab dengan dosa. Untuk itulah langkah pertama agar kita lebih dekat dengan Allah سبحانالله تعاﱃ adalah bertaubat, salah satunya dengan berzikir.
ASTAGHFIRULLAH
“Ampunilah hambamu ini, Ya Allah”.
Firman Allah سبحانالله تعاﱃ yang artinya:
“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (Al Hud : 3)
“dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (Al Hujurat : 12)
Istighfar diikuti dengan taubat, penyesalan atas dosa dan sekuat tenaga dan sepenuh kesadaran untuk tidak mengulangi lagi.
:::: Selalu Perbaharuilah Kesaksian ::::
Asyhadu anlaailaaha illallah Wa-asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah
Syahadat bererti bersaksi dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Membaca dua kaliamat Syahadat merupakan cara untuk mengislamkan kembali atau untuk mengembalikan iman seorang muslim yang telah murtad, karena melakukan perbuatan syirik kepada Allah سبحانالله تعاﱃ atau lainnya baik disengaja ataupun tidak disengaja.
Seorang yang kafir bila beramal saleh maka tidak akan diterima dan bila berdoa maka akan terhijab ( tertutup ). Semua amal dan doa mereka sia-sia dan ditolak oleh Allah سبحانالله تعاﱃ , kecuali jika mereka beriman dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat.
“Dan doa ( ibadah ) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka ” ( Ar-Ra’d : 14 )
:::: Biasakan Zikir Hauqolah (agar kita didekatkan dengan Allah atas pertolonganNya) ::::
”Laahaulaa walaaquw-wata il-laabillahil ‘aliy-yil ‘adziim
Tiada daya upaya dan kekuatan selain atas izin/pertolongan Allah”
Yakinlah bahwa kita sebagai manusia adalah “lemah” dan upaya kita mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ semata-mata atas karunia / izin Allah سبحانالله تعاﱃ .
Tentang karunia Allah سبحانالله تعاﱃ. Allah سبحانالله تعاﱃ telah berfiman yang ertinya,
“Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar.” ( Al-Jumu’ah : 4)
:::: Perbanyakkan bershalawat Kepada Nabi Muhammad Adalah Salah Satu Jalan Untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah ::::
“Allahumma sholli alaa Muhammad wa alaa ali Muhammad“
Membaca shalawat atas Nabi merupakan perintah Allah dan anjuran dari Nabi Muhammad صلیﷲ علیﻪ و سلم .
Firman Allah yang artinya:
” Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya ” ( Al Ahzab:56 ) ]
Membaca shalawat merupakan salah satu kunci diterimanya doa, karena tanpa diawali dengan shalawat maka doa tidak diterima oleh Allah سبحانالله تعاﱃ.
” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan “ ( Al Maidah:35 )
:::: Membaca Basmalah ::::
Selanjutnya adalah upaya yang sering dilakukan oleh seorang Muslim agar terjaga dekat dengan Allah yakni dengan berdoa sebelum melakukan perbuatan/kegiatan atau minimal dengan membaca basmalah.
BismillahiRahmanirRahim
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang”
Dalam Hadits Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah).”
Sebagaimana dalam kehidupan kita, secara naluri jika ingin keberhasilan perbuatan atau permohonan biasanya kita menyebut nama orang yang berkuasa.
Begitu pula dalam mengarungi kehidupan kita di dunia, sebelum melakukan perbuatan/tindakan upayakan selalu diawali menyebut nama Allah سبحانالله تعاﱃ , mengingat Allah سبحانالله تعاﱃ . Sehingga Allah سبحانالله تعاﱃ yang Maha Kuasa akan mengizinkan dan menolong perbuatan/tindakan tersebut akan terlaksana. Seberapa dekat dengan Allah سبحانالله تعاﱃ akan memperbesar kemungkinan terkabulkannya.
Perbedaannya, kalau kita menyebut nama manusia, manusia yang kita sebutkan tidak mendengar dan bukan pula dia yang menolong. Namun kalau kita menyebut nama Allah سبحانالله تعاﱃ , Allah سبحانالله تعاﱃ Maha Mendengar dan berkenan menolong kita.
:::: Allah سبحانالله تعاﱃ Menuruti Prasangka Hambanya ::::
Kita sangat ingin untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari Abu Hurairah RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah bersabda, ‘Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Kalau ia mengingat-Ku di tengah kerumunan orang, Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik daripada mereka. Kalau ia mendekat diri kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekatkan diri kepadanya sehasta. Kalau ia mendekatkan diri pada-Ku sehasta. Aku pun akan mendekatkan diri padanya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.”
:::: Perbanyakkan dzikir kepada Allah ::::
Waktu-waktu di keseharian kita, perbanyaklah dzikir kepada Allah سبحانالله تعاﱃ.
Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Siapa yang duduk dalam suatu tempat, lalu di situ ia tak berdzikir kepada Allah, maka kelak ia akan mendapat kerugian dan penyesalan” (HR Abu Dawud).
::: Perlaku Zuhud :::
Nabi Muhammad صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda: “Berlaku zuhudlah di dunia, pasti dicintai Allah SWT dan berlaku zuhudlah terhadap milik orang lain, pasti dicintai oleh sesama manusia.”
Manakala sifat zuhud di kalangan muqarrabin (orang yang sentiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ ) pula adalah dengan terus meninggalkan kenikmatan dunia; segala-galanya adalah tidak penting bagi mereka melainkan mendekati Allah سبحانالله تعاﱃ semata-mata.
Suatu saat terjadi dialog antara Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم dengan Hudzaifah RadhiAllah. Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bertanya kepada Hudzaifah, ” Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini?”
Jawab Hudzaifah, ” Saat ini saya bener-bener beriman ya Rasulullah.” Rasulullah kemudian mengatakan, “ setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apa hakikat keimananmu wahai Hudzaifah?”
Jawab Hudzaifah, ” Ada dua, Ya Rasulullah.
Pertama saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu dan emas itu sama saja. Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia, lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur pada Allah سبحانالله تعاﱃ .
Tapi kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah dan bila ia pergi maka Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un.
Yang kedua Hudzaifah mengatakan, ” Setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya bayangkan seakan-akan syurga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya bayangkan bagaimana ahli syurga itu menikmati kenikmatan syurga, dan sebaliknya bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga terdoronglah bagi saya untuk melakukan yang di perintahkan dan meninggalkan yang dilarang Nya.“
::: Kesimpulan :::
Atas karunia Allah سبحانالله تعاﱃ kita berupaya mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ , Dengan kedekatan itulah kita terdorong untuk melakukan yang diperintah dan meninggalkan yang dilarangNya. Dengan ketaqwaan inilah membuat kita menjadi lebih mulia di sisi Allah.
______________________________________
Catatan ini disunting dari:
Mutiara Zuhud – Letakkan dunia pada tanganmu dan akhirat pada hatimu
Kami sampaikan tanpa cinta dunia
- Allah itu Dekat
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/03/24/allah-itu-dekat/
Nota:
(1) Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Iman, Islam dan EHSAN
Sebuah hadith menguraikan sebagai berikut:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata,
“Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.”
Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.”
Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.”
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.”
Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ehsan.”
Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda.
Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (waktu(sa'at) kiamat).”
Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata.
Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim)
Ayah Muhammad Zaid
Seorang yang sampai pada tingkatan seolah-olah melihat Allah atau paling tidak seorang yang yakin bahwa segala perbuatannya dilihat Allah maka tentu akan terdorong melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
:::: Bentuk Ketaqwaan Menentukan Ukuran Kemuliaan ::::
Inilah sesungguhnya bentuk ketaqwaan kepada Allah سبحانالله تعاﱃ yang menentukan tingkat/ukuran kemuliaan seorang Muslim dihadapan Allah سبحانالله تعاﱃ .
Sesuai firman Allah, سبحانالله تعاﱃ
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa” (QS. Al-Hujurat: 13)
:::: Tingkatan Utama Yakni “Seolah-olah Melihat Allah" ::::
Tingkatan utama yakni “Seolah-olah melihat Allah” bersifat aktif artinya dengan karunia Allah kita “melakukannya”/”merasakannya” sedangkan tingkatan dibawahnya adalah “Segala perbuatan dilihat Allah” bersifat pasif.
“Seolah-olah melihat Allah”, tentu tidak boleh diartikan secara harfiah atau secara fisik atau tersurat. Namun fahami secara hakIkat adalah dengan meneliti apa yang tersembunyi / tersirat, mencari makna spiritual (thariq al bathin), guna mensucikan bathin (thathhir al bathin).
Sesungguhnya manusia tidak akan mampu “melihat” Allah سبحانالله تعاﱃ ketika di dunia.
Peristiwa ini diabadikan dalam surat Al A’raf (7) ayat 143,
“ “Dan tatkala Musa tiba di miqat lalu berkata, ‘Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu supaya aku bisa melihat-Mu.’ Maka Tuhan pun berkata, ‘Kamu tidak akan bisa melihat-Ku , tetapi pandang saja gunung di seberangmu, bila dia tetap di tempatnya, maka kamu akan melihat-Ku’. Maka ketika Tuhannya menampakkan cahaya-Nya ber-tajalli kepada gunung, jadilah gunung itu hancur lebur. Maka Musa tersungkur pingsan. Dan setelah siuman dia berkata, ‘Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku akan menjadi orang mukmin pertama’.” “
Kisah ini tercantum juga dalam kitab Qishashul Anbiya’ karangan Ibnu Katsir yang mencoba menjelaskan bahwa Nabi Musa علیہمم ١لﺴﻼم. adalah Kalimullah, orang yang mampu berbicara langsung dengan Allah سبحانالله تعاﱃ . Namun dia hanya mendengar suara Allah تعاﱃ dari balik hijab. Ketika dia meminta hijab itu disingkapkan, Allah تعاﱃ tidak menuruti, tetapi Allah تعاﱃ memberikan pelajaran telak kepada hamba-Nya sehingga pingsan dan sadar kelemahan diri. Manusia memang tidak akan sanggup melihat Allah تعاﱃ . Jangankan cahaya Allah تعاﱃ , memandang matahari pun mata manusia akan terbakar.
::: Melihat Allah تعاﱃ Merupakan Puncak Kenikmatan Ahli Syurga ::::
Tetapi kelak di Akhirat, melihat Allah تعاﱃ merupakan puncak kenikmatan Ahli Syurga. Lebih mulia dari kenikmatan istana, kebun, buah-buahan, dan bidadari Syurgawi.
Ketika para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, akankah kita kelak bisa memandang Allah?” Beliau menjawab, “Kalian akan memandang-Nya sebagaimana kalian memandang bulan purnama raya. Dan setelah itu para ahli syurga tidak mau lagi memalingkan wajah mereka dari memandang Allah.”
Subhanallah!
:::: Sebahagian Umat Muslim Memahami EHSAN Itu Khususnya Pada Ketika Ibadah Saja, Seperti Ketika Sholat ::::
Maka setiap (orang) yang melakukan ibadah khususnya pada waktu sholat, bila tidak disertai perasaan, “seperti sungguh-sungguh” melihat Tuhan, maka ibadah itu tidak tergolong dalam kategori ibadah yang EHSAN (baik).
Allah سبحانالله تعاﱃ. berfirman :
“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya.” (QS. Al-Baqarah 2 : 45).
--- Sebahagian umat muslim lainnya memahami EHSAN ibaratnya “melihat” dengan “mata hati.”
--- Sebahagian umat muslim lainnya memahami EHSAN ibaratnya “merasakan” “kedekatannya” dengan Allah سبحانالله تعاﱃ disetiap saat kehidupan.
Seungguhnya Allah سبحانالله تعاﱃ itu dekat, sesuai dengan firman Allah سبحانالله تعاﱃ yang ertinya:
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang “Aku” maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran .” ( Al Baqarah: 186).
** Selalu berada dalam kebenaran bisa diertikan selalu merasakan “bersama” Allah سبحانالله تعاﱃ dalam menjalani kehidupan di dunia.
:::: Kedekatan Kita Dengan Allah سبحانالله تعاﱃ Terhalang/Terhijab Dengan Dosa ::::
Kedekatan kita dengan Allah سبحانالله تعاﱃ terhalang/terhijab dengan dosa. Untuk itulah langkah pertama agar kita lebih dekat dengan Allah سبحانالله تعاﱃ adalah bertaubat, salah satunya dengan berzikir.
ASTAGHFIRULLAH
“Ampunilah hambamu ini, Ya Allah”.
Firman Allah سبحانالله تعاﱃ yang artinya:
“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (Al Hud : 3)
“dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (Al Hujurat : 12)
Istighfar diikuti dengan taubat, penyesalan atas dosa dan sekuat tenaga dan sepenuh kesadaran untuk tidak mengulangi lagi.
:::: Selalu Perbaharuilah Kesaksian ::::
Asyhadu anlaailaaha illallah Wa-asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah
Syahadat bererti bersaksi dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Membaca dua kaliamat Syahadat merupakan cara untuk mengislamkan kembali atau untuk mengembalikan iman seorang muslim yang telah murtad, karena melakukan perbuatan syirik kepada Allah سبحانالله تعاﱃ atau lainnya baik disengaja ataupun tidak disengaja.
Seorang yang kafir bila beramal saleh maka tidak akan diterima dan bila berdoa maka akan terhijab ( tertutup ). Semua amal dan doa mereka sia-sia dan ditolak oleh Allah سبحانالله تعاﱃ , kecuali jika mereka beriman dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat.
“Dan doa ( ibadah ) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka ” ( Ar-Ra’d : 14 )
:::: Biasakan Zikir Hauqolah (agar kita didekatkan dengan Allah atas pertolonganNya) ::::
”Laahaulaa walaaquw-wata il-laabillahil ‘aliy-yil ‘adziim
Tiada daya upaya dan kekuatan selain atas izin/pertolongan Allah”
Yakinlah bahwa kita sebagai manusia adalah “lemah” dan upaya kita mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ semata-mata atas karunia / izin Allah سبحانالله تعاﱃ .
Tentang karunia Allah سبحانالله تعاﱃ. Allah سبحانالله تعاﱃ telah berfiman yang ertinya,
“Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar.” ( Al-Jumu’ah : 4)
:::: Perbanyakkan bershalawat Kepada Nabi Muhammad Adalah Salah Satu Jalan Untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah ::::
“Allahumma sholli alaa Muhammad wa alaa ali Muhammad“
Membaca shalawat atas Nabi merupakan perintah Allah dan anjuran dari Nabi Muhammad صلیﷲ علیﻪ و سلم .
Firman Allah yang artinya:
” Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya ” ( Al Ahzab:56 ) ]
Membaca shalawat merupakan salah satu kunci diterimanya doa, karena tanpa diawali dengan shalawat maka doa tidak diterima oleh Allah سبحانالله تعاﱃ.
” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan “ ( Al Maidah:35 )
:::: Membaca Basmalah ::::
Selanjutnya adalah upaya yang sering dilakukan oleh seorang Muslim agar terjaga dekat dengan Allah yakni dengan berdoa sebelum melakukan perbuatan/kegiatan atau minimal dengan membaca basmalah.
BismillahiRahmanirRahim
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang”
Dalam Hadits Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah).”
Sebagaimana dalam kehidupan kita, secara naluri jika ingin keberhasilan perbuatan atau permohonan biasanya kita menyebut nama orang yang berkuasa.
Begitu pula dalam mengarungi kehidupan kita di dunia, sebelum melakukan perbuatan/tindakan upayakan selalu diawali menyebut nama Allah سبحانالله تعاﱃ , mengingat Allah سبحانالله تعاﱃ . Sehingga Allah سبحانالله تعاﱃ yang Maha Kuasa akan mengizinkan dan menolong perbuatan/tindakan tersebut akan terlaksana. Seberapa dekat dengan Allah سبحانالله تعاﱃ akan memperbesar kemungkinan terkabulkannya.
Perbedaannya, kalau kita menyebut nama manusia, manusia yang kita sebutkan tidak mendengar dan bukan pula dia yang menolong. Namun kalau kita menyebut nama Allah سبحانالله تعاﱃ , Allah سبحانالله تعاﱃ Maha Mendengar dan berkenan menolong kita.
:::: Allah سبحانالله تعاﱃ Menuruti Prasangka Hambanya ::::
Kita sangat ingin untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari Abu Hurairah RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah bersabda, ‘Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Kalau ia mengingat-Ku di tengah kerumunan orang, Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik daripada mereka. Kalau ia mendekat diri kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekatkan diri kepadanya sehasta. Kalau ia mendekatkan diri pada-Ku sehasta. Aku pun akan mendekatkan diri padanya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.”
:::: Perbanyakkan dzikir kepada Allah ::::
Waktu-waktu di keseharian kita, perbanyaklah dzikir kepada Allah سبحانالله تعاﱃ.
Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Siapa yang duduk dalam suatu tempat, lalu di situ ia tak berdzikir kepada Allah, maka kelak ia akan mendapat kerugian dan penyesalan” (HR Abu Dawud).
::: Perlaku Zuhud :::
Nabi Muhammad صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda: “Berlaku zuhudlah di dunia, pasti dicintai Allah SWT dan berlaku zuhudlah terhadap milik orang lain, pasti dicintai oleh sesama manusia.”
Manakala sifat zuhud di kalangan muqarrabin (orang yang sentiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ ) pula adalah dengan terus meninggalkan kenikmatan dunia; segala-galanya adalah tidak penting bagi mereka melainkan mendekati Allah سبحانالله تعاﱃ semata-mata.
Suatu saat terjadi dialog antara Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم dengan Hudzaifah RadhiAllah. Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bertanya kepada Hudzaifah, ” Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini?”
Jawab Hudzaifah, ” Saat ini saya bener-bener beriman ya Rasulullah.” Rasulullah kemudian mengatakan, “ setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apa hakikat keimananmu wahai Hudzaifah?”
Jawab Hudzaifah, ” Ada dua, Ya Rasulullah.
Pertama saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu dan emas itu sama saja. Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia, lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur pada Allah سبحانالله تعاﱃ .
Tapi kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah dan bila ia pergi maka Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un.
Yang kedua Hudzaifah mengatakan, ” Setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya bayangkan seakan-akan syurga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya bayangkan bagaimana ahli syurga itu menikmati kenikmatan syurga, dan sebaliknya bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga terdoronglah bagi saya untuk melakukan yang di perintahkan dan meninggalkan yang dilarang Nya.“
::: Kesimpulan :::
Atas karunia Allah سبحانالله تعاﱃ kita berupaya mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ , Dengan kedekatan itulah kita terdorong untuk melakukan yang diperintah dan meninggalkan yang dilarangNya. Dengan ketaqwaan inilah membuat kita menjadi lebih mulia di sisi Allah.
______________________________________
Catatan ini disunting dari:
Mutiara Zuhud – Letakkan dunia pada tanganmu dan akhirat pada hatimu
Kami sampaikan tanpa cinta dunia
- Allah itu Dekat
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/03/24/allah-itu-dekat/
Nota:
(1) Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Iman, Islam dan EHSAN
Sebuah hadith menguraikan sebagai berikut:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata,
“Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.”
Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.”
Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.”
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.”
Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ehsan.”
Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda.
Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (waktu(sa'at) kiamat).”
Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata.
Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim)
Ayah Muhammad Zaid