Jumat, 11 Juni 2010

ALLAH SANGAT DEKAT DENGAN KITA

Muslim yang terbaik adalah yang dapat mencapai tingkatan IHSAN (1)


Seorang yang sampai pada tingkatan seolah-olah melihat Allah atau paling tidak seorang yang yakin bahwa segala perbuatannya dilihat Allah maka tentu akan terdorong melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya.


:::: Bentuk Ketaqwaan Menentukan Ukuran Kemuliaan ::::

Inilah sesungguhnya bentuk ketaqwaan kepada Allah سبحانالله تعاﱃ yang menentukan tingkat/ukuran kemuliaan seorang Muslim dihadapan Allah سبحانالله تعاﱃ .

Sesuai firman Allah, سبحانالله تعاﱃ

“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa” (QS. Al-Hujurat: 13)




:::: Tingkatan Utama Yakni “Seolah-olah Melihat Allah" ::::

Tingkatan utama yakni “Seolah-olah melihat Allah” bersifat aktif artinya dengan karunia Allah kita “melakukannya”/”merasakannya” sedangkan tingkatan dibawahnya adalah “Segala perbuatan dilihat Allah” bersifat pasif.

“Seolah-olah melihat Allah”, tentu tidak boleh diartikan secara harfiah atau secara fisik atau tersurat. Namun fahami secara hakIkat adalah dengan meneliti apa yang tersembunyi / tersirat, mencari makna spiritual (thariq al bathin), guna mensucikan bathin (thathhir al bathin).

Sesungguhnya manusia tidak akan mampu “melihat” Allah سبحانالله تعاﱃ ketika di dunia.

Peristiwa ini diabadikan dalam surat Al A’raf (7) ayat 143,

“ “Dan tatkala Musa tiba di miqat lalu berkata, ‘Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu supaya aku bisa melihat-Mu.’ Maka Tuhan pun berkata, ‘Kamu tidak akan bisa melihat-Ku , tetapi pandang saja gunung di seberangmu, bila dia tetap di tempatnya, maka kamu akan melihat-Ku’. Maka ketika Tuhannya menampakkan cahaya-Nya ber-tajalli kepada gunung, jadilah gunung itu hancur lebur. Maka Musa tersungkur pingsan. Dan setelah siuman dia berkata, ‘Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku akan menjadi orang mukmin pertama’.” “


Kisah ini tercantum juga dalam kitab Qishashul Anbiya’ karangan Ibnu Katsir yang mencoba menjelaskan bahwa Nabi Musa علیہمم ١لﺴﻼم. adalah Kalimullah, orang yang mampu berbicara langsung dengan Allah سبحانالله تعاﱃ . Namun dia hanya mendengar suara Allah تعاﱃ dari balik hijab. Ketika dia meminta hijab itu disingkapkan, Allah تعاﱃ tidak menuruti, tetapi Allah تعاﱃ memberikan pelajaran telak kepada hamba-Nya sehingga pingsan dan sadar kelemahan diri. Manusia memang tidak akan sanggup melihat Allah تعاﱃ . Jangankan cahaya Allah تعاﱃ , memandang matahari pun mata manusia akan terbakar.


::: Melihat Allah تعاﱃ Merupakan Puncak Kenikmatan Ahli Syurga ::::

Tetapi kelak di Akhirat, melihat Allah تعاﱃ merupakan puncak kenikmatan Ahli Syurga. Lebih mulia dari kenikmatan istana, kebun, buah-buahan, dan bidadari Syurgawi.

Ketika para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, akankah kita kelak bisa memandang Allah?” Beliau menjawab, “Kalian akan memandang-Nya sebagaimana kalian memandang bulan purnama raya. Dan setelah itu para ahli syurga tidak mau lagi memalingkan wajah mereka dari memandang Allah.”
Subhanallah!



:::: Sebahagian Umat Muslim Memahami EHSAN Itu Khususnya Pada Ketika Ibadah Saja, Seperti Ketika Sholat ::::

Maka setiap (orang) yang melakukan ibadah khususnya pada waktu sholat, bila tidak disertai perasaan, “seperti sungguh-sungguh” melihat Tuhan, maka ibadah itu tidak tergolong dalam kategori ibadah yang EHSAN (baik).

Allah سبحانالله تعاﱃ. berfirman :

“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya.” (QS. Al-Baqarah 2 : 45).

--- Sebahagian umat muslim lainnya memahami EHSAN ibaratnya “melihat” dengan “mata hati.”

--- Sebahagian umat muslim lainnya memahami EHSAN ibaratnya “merasakan” “kedekatannya” dengan Allah سبحانالله تعاﱃ disetiap saat kehidupan.

Seungguhnya Allah سبحانالله تعاﱃ itu dekat, sesuai dengan firman Allah سبحانالله تعاﱃ yang ertinya:

”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang “Aku” maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran .” ( Al Baqarah: 186).

** Selalu berada dalam kebenaran bisa diertikan selalu merasakan “bersama” Allah سبحانالله تعاﱃ dalam menjalani kehidupan di dunia.




:::: Kedekatan Kita Dengan Allah سبحانالله تعاﱃ Terhalang/Terhijab Dengan Dosa ::::

Kedekatan kita dengan Allah سبحانالله تعاﱃ terhalang/terhijab dengan dosa. Untuk itulah langkah pertama agar kita lebih dekat dengan Allah سبحانالله تعاﱃ adalah bertaubat, salah satunya dengan berzikir.

ASTAGHFIRULLAH

“Ampunilah hambamu ini, Ya Allah”.

Firman Allah سبحانالله تعاﱃ yang artinya:

“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (Al Hud : 3)

“dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (Al Hujurat : 12)

Istighfar diikuti dengan taubat, penyesalan atas dosa dan sekuat tenaga dan sepenuh kesadaran untuk tidak mengulangi lagi.



:::: Selalu Perbaharuilah Kesaksian ::::

Asyhadu anlaailaaha illallah Wa-asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah
Syahadat bererti bersaksi dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Membaca dua kaliamat Syahadat merupakan cara untuk mengislamkan kembali atau untuk mengembalikan iman seorang muslim yang telah murtad, karena melakukan perbuatan syirik kepada Allah سبحانالله تعاﱃ atau lainnya baik disengaja ataupun tidak disengaja.

Seorang yang kafir bila beramal saleh maka tidak akan diterima dan bila berdoa maka akan terhijab ( tertutup ). Semua amal dan doa mereka sia-sia dan ditolak oleh Allah سبحانالله تعاﱃ , kecuali jika mereka beriman dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat.

“Dan doa ( ibadah ) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka ” ( Ar-Ra’d : 14 )



:::: Biasakan Zikir Hauqolah (agar kita didekatkan dengan Allah atas pertolonganNya) ::::

”Laahaulaa walaaquw-wata il-laabillahil ‘aliy-yil ‘adziim

Tiada daya upaya dan kekuatan selain atas izin/pertolongan Allah”

Yakinlah bahwa kita sebagai manusia adalah “lemah” dan upaya kita mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ semata-mata atas karunia / izin Allah سبحانالله تعاﱃ .

Tentang karunia Allah سبحانالله تعاﱃ. Allah سبحانالله تعاﱃ telah berfiman yang ertinya,

“Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar.” ( Al-Jumu’ah : 4)



:::: Perbanyakkan bershalawat Kepada Nabi Muhammad Adalah Salah Satu Jalan Untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah ::::

“Allahumma sholli alaa Muhammad wa alaa ali Muhammad“
Membaca shalawat atas Nabi merupakan perintah Allah dan anjuran dari Nabi Muhammad صلیﷲ علیﻪ و سلم .

Firman Allah yang artinya:

” Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya ” ( Al Ahzab:56 ) ]

Membaca shalawat merupakan salah satu kunci diterimanya doa, karena tanpa diawali dengan shalawat maka doa tidak diterima oleh Allah سبحانالله تعاﱃ.

” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan “ ( Al Maidah:35 )



:::: Membaca Basmalah ::::

Selanjutnya adalah upaya yang sering dilakukan oleh seorang Muslim agar terjaga dekat dengan Allah yakni dengan berdoa sebelum melakukan perbuatan/kegiatan atau minimal dengan membaca basmalah.

BismillahiRahmanirRahim

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang”

Dalam Hadits Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah).”

Sebagaimana dalam kehidupan kita, secara naluri jika ingin keberhasilan perbuatan atau permohonan biasanya kita menyebut nama orang yang berkuasa.

Begitu pula dalam mengarungi kehidupan kita di dunia, sebelum melakukan perbuatan/tindakan upayakan selalu diawali menyebut nama Allah سبحانالله تعاﱃ , mengingat Allah سبحانالله تعاﱃ . Sehingga Allah سبحانالله تعاﱃ yang Maha Kuasa akan mengizinkan dan menolong perbuatan/tindakan tersebut akan terlaksana. Seberapa dekat dengan Allah سبحانالله تعاﱃ akan memperbesar kemungkinan terkabulkannya.

Perbedaannya, kalau kita menyebut nama manusia, manusia yang kita sebutkan tidak mendengar dan bukan pula dia yang menolong. Namun kalau kita menyebut nama Allah سبحانالله تعاﱃ , Allah سبحانالله تعاﱃ Maha Mendengar dan berkenan menolong kita.



:::: Allah سبحانالله تعاﱃ Menuruti Prasangka Hambanya ::::

Kita sangat ingin untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya.

Dari Abu Hurairah RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah bersabda, ‘Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Kalau ia mengingat-Ku di tengah kerumunan orang, Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik daripada mereka. Kalau ia mendekat diri kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekatkan diri kepadanya sehasta. Kalau ia mendekatkan diri pada-Ku sehasta. Aku pun akan mendekatkan diri padanya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.”


:::: Perbanyakkan dzikir kepada Allah ::::


Waktu-waktu di keseharian kita, perbanyaklah dzikir kepada Allah سبحانالله تعاﱃ.

Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Siapa yang duduk dalam suatu tempat, lalu di situ ia tak berdzikir kepada Allah, maka kelak ia akan mendapat kerugian dan penyesalan” (HR Abu Dawud).




::: Perlaku Zuhud :::



Nabi Muhammad صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda: “Berlaku zuhudlah di dunia, pasti dicintai Allah SWT dan berlaku zuhudlah terhadap milik orang lain, pasti dicintai oleh sesama manusia.”

Manakala sifat zuhud di kalangan muqarrabin (orang yang sentiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ ) pula adalah dengan terus meninggalkan kenikmatan dunia; segala-galanya adalah tidak penting bagi mereka melainkan mendekati Allah سبحانالله تعاﱃ semata-mata.

Suatu saat terjadi dialog antara Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم dengan Hudzaifah RadhiAllah. Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bertanya kepada Hudzaifah, ” Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini?”

Jawab Hudzaifah, ” Saat ini saya bener-bener beriman ya Rasulullah.” Rasulullah kemudian mengatakan, “ setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apa hakikat keimananmu wahai Hudzaifah?”
Jawab Hudzaifah, ” Ada dua, Ya Rasulullah.

Pertama saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu dan emas itu sama saja. Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia, lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur pada Allah سبحانالله تعاﱃ .

Tapi kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah dan bila ia pergi maka Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un.

Yang kedua Hudzaifah mengatakan, ” Setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya bayangkan seakan-akan syurga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya bayangkan bagaimana ahli syurga itu menikmati kenikmatan syurga, dan sebaliknya bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga terdoronglah bagi saya untuk melakukan yang di perintahkan dan meninggalkan yang dilarang Nya.“



::: Kesimpulan :::

Atas karunia Allah سبحانالله تعاﱃ kita berupaya mendekatkan diri kepada Allah سبحانالله تعاﱃ , Dengan kedekatan itulah kita terdorong untuk melakukan yang diperintah dan meninggalkan yang dilarangNya. Dengan ketaqwaan inilah membuat kita menjadi lebih mulia di sisi Allah.



______________________________________
Catatan ini disunting dari:
Mutiara Zuhud – Letakkan dunia pada tanganmu dan akhirat pada hatimu
Kami sampaikan tanpa cinta dunia
- Allah itu Dekat
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/03/24/allah-itu-dekat/

Nota:
(1) Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Iman, Islam dan EHSAN

Sebuah hadith menguraikan sebagai berikut:

Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata,

“Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.”
Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.”

Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.”
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.”

Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ehsan.”
Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda.

Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (waktu(sa'at) kiamat).”
Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata.

Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim)



Ayah Muhammad Zaid

SURGA DALAM RUMAH TANGGA

Bismillaahir rohmanir rohiim
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wa barokaatu.

Jika Allah telah mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka pasangan tersebut menjadi saling melengkapi, saling menutupi kekurangan, bersedia berkorban untuk kebahagiaan, memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing serta bekerja sama secara sinergistik menjadikan rumah laksana surga yang indah, hangat, tentram, tempat berteduh, bertukar pikiran, beribadah dan berbagi rasa dengan pondasi ketaqwaan kepadaNYA. Subhanallah.

“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadaNya, dan dijadikanNya diantara rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar Ruum:21)

Ketika dua jiwa dipersatukan dalam maghligai perkawinan dua keluarga akan menjadi satu keluarga baru. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaan masing-masing baik istri maupun suami. Karena suami dan istri adalah satu.

Sungguh teramat indah Al Qur'an melukiskannya, "Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka."

Adakah yang lebih indah dari rasa kasih sayang diantara kedua insan yang berlainan jenis dalam sebuah ikatan pernikahan? Ia adalah sebuah mitsaqan ghalidza (perjanjian yang kuat), karenanya yang haram menjadi halal, maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi kesucian dan kebebasan pun menjadi sebuah tanggung jawab. Dua hati yang berserakan akhirnya bertautan. Cinta karena Allah, bukankah hanya itu yang menjadikan mahligai cinta selalu indah. Keindahan cinta dalam sebuah mahligai pernikahan adalah harapan penghuninya. Cinta akan membuat seseorang lebih mengutamakan yang dicintainya, sehingga seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga. Seorang suami pun tentu akan mengutamakan perlindungan dan pemberian nafkah kepada istri tercinta. Cinta memang dapat berbentuk kecupan sayang, kehangatan, dan perhatian. Namun bunga cinta tetaplah membutuhkan pupuk agar selalu bersemi indah. Karenanya, segala kekurangan akan menumbuhkan kebesaran jiwa. Hingga air mata yang mengalir itu pun adalah sebagai tanda rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena Allah telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya.

Firman-Allah untuk direnungkan tentang hakikat suami dan istri dipertemukan oleh Allah atas namanya pertemuan.

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan dari pada keduanya Allah kembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (An Nissa:1)


Seorang suami adalah pemimpin bagi istri. Jadikanlah suatu pernikahan itu sebagai asas pembangunan iman, dan bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai tujuan nafsu semata-mata. Memberikan nafkah lahir dan batin kepada istri, mendidik, membina akhlaq keluarganya, senantiasa melaksanakan tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga dengan syura kesabaran, qanaah ketabahan, moga kita akan menjadi salah satu dari pada jamaah saf menuju syurga.


Bilamana Allah Azza wa Jalla meridhai seorang wanita menjadi wanita (istri) shalihah, karena wanita tersebut memang dengan hati ikhlas menjalankan kebaikan-kebaikan dengan mentaati suaminya, melayani suaminya dengan baik walaupun sedang dalam kesibukan, mendahulukan hak suami atas orang tuanya, menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya, senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami , menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di rumah), mensyukuri segala sesuatu yang diberikan suami , menjaga sholatnya, menunaikan perintah dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang dimurkaiNya karena kesucian serta keshalihannya terhadap suami dan anaknya, memiliki hati yang indah dan mulia, menjadikan Allah sebagai puncak cinta dan Rasulullah sebagai teladannya maka penghargaan Allah baginya adalah puncak segala harapan seluruh orang mukmin, yakni surga yang kenikmatannya tidak dapat dibayangkan oleh pikiran manusia.


Keluarga sakinah mawaddah warohmah merupakan dambaan setiap insan yang menjalani bahtera rumah tangga. Keindahan surga rumah tangga tersebut dapat diwijudkan dengan upaya bersama buah dari caring dan sharing suami dan istri. Yang satu tidak menjadi beban bagi yang lainnya, tapi sebaliknya memperkuat satu sama lain.


Beberapa pilar penting yang mutlak ada pada kehidupan suami istri:

1. Taqwa, keluarga sakinah tidak akan pernah dicapai tanpa ketaqwaan kepada Allah SWT. Ketaqwaan adalah hubungan kasih sayang yang menimbulkan keikhlasan untuk mengerjakan apa yang diperintahkanNya dan menjauhi apa yang dilarangNya.

2. Harta, harta mutlak ada dalam kehidupan rumah tangga. Harta membuat kita memiliki kebebasan sesuai dengan ketentuan Allah, untuk mencukupi kebutuhan dan mewujudkan keinginan kita. Tapi perlu diingat bahwa kebahagiaan bukan dari banyak nya harta akan tetapi dari hati yang penuh rasa syukur atas setiap rejeki yang telah diupayakan dengan baik, halal, mempunyai nilai manfaat bagi diri, keluarga dan sesama dan ikhlas hanya berharap ridhoaNya.

3. Sabar, hakikat dari sabar dalam rumah tangga adalah menahan sehingga melahirkan ketenangan dan kedamaian memaknai setiap cobaan dengan saling bergandengan tangan bersama dan mengambil hikmah dalam setiap goncangan-goncangan yang terjadi dalam perkawinan.

4. Ikhlas, dalam berumah tangga keikhlasan hakikatnya adalah menerima. Sifat ikhlas akan tercermin dari aura yang terpancar keluar dari dalam diri kita: wajah yang masih tersenyum walaupun sedang dirundung masalah, perkataan yang tetap terjaga dalam kondisi bagaimanapun, rela berkorban demi kebahagiaan keluarga.

5. Selalu berada dalam kebenaran, rumah tangga yang sakinah harus dibangun di atas kejujuran antar masing-masing pasangan. Tanpa kejujuran rumah tangga akan kehilangan salah satu pilarnya yaitu “kepercayaan”.

6. Adil, adil bukan sama rasa dan sama rata tapi meletakkan sesuatu pada tempat dan kadarnya.

7. Syukur, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat yang didapat. Salah satunya adalah sedekah, infak dan zakat.

8. Doa, perbanyak doa. Ada satu do’a yang diajarkan langsung oleh Allah SWT kepada suami da istri dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Do’a termakhtub dalam QS Al Furqon (25):74:

" Ya Tuhan kami, jadikanlah pasangan hidup kami dan anak-anak kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami panutan bagi orang-orang yang bertaqwa."


Hal yang perlu dibina dalam berumah tangga:
[1] Kesetiaan.
[2] Pengorbanan Ikhlas.
[3] Menyayangi setulus hati dengan sepenuh jiwa.
[4] Menyetujui dan memberikan dukungan sekaligus saran untuk perubahan yang lebih baik.
[5] Kejujuran.
[6] Kepercayaan.
[7] Pemberian tanpa mengharap pujian.
[8] Menerima keadaan walau bagaimanapun secara ridho Alloh Ta'ala.
[9] Melengkapi segala kekurangan.
[10]Memberikan segenap perhatian dan pengertian.
[11] Menghargai pemberian.
[12] Mengakui keberadaan atau kehadiran pasangan
[13] Rela meluangkan waktu untuk bersama dalam keakraban.
[14] Senantiasa mengasihi berbagi rasa diantara suka dan duka.
[15] Senantiasa positif thinking
[16] Senantiasa bersabar, bersikap lembut dan halus dan mencoba mengalah jika pasangan dalam keadaan emosi sekaligus menenangkan pikiran dan hati pasangan
[17] Senantiasa peduli terhadap perasaan pasangan berupa keinginan atau maksud pikirannya.


UNTAIAN SYAIR

Buat Suami

Pernikahan atau Perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia ...
Isteri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah ...
Justru Isteri hanyalah wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita, Menjadi solehah ...

Pernikahan atau Perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama ...
Isteri menjadi tanah, Kamu langit penaungnya,
Isteri ladang tanaman, Kamu pemagarnya,
Isteri kiasan ternakan, Kamu gembalanya,
Isteri adalah murid, Kamu mursyid (pembimbing)-nya,
Isteri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya ..
Saat Isteri menjadi madu, Kamu teguklah sepuasnya,
Seketika Isteri menjadi racun, Kamulah penawar bisanya,
Seandainya Isteri tulang yang bengkok, Berhati2lah meluruskannya ...

Pernikahan atau Perkawinan,
Menginsafkan kita perlunya iman dan taqwa ...
Untuk belajar meniti sabar dan ridho,
Karena memiliki Isteri yang tak sehebat mana,
Justru kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Muhammad Rasulullah atau Isa As,
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamaullahhuwajah,
Cuma suami akhir zaman, yang berusaha menjadi soleh ...


Buat Istri

Pernikahan atau Perkawinan,
Membuka tabir rahasia,
Suami yang menikahi kamu,
Tidaklah semulia Muhammad,
Tidaklah setaqwa Ibrahim,
Pun tidak setabah Isa atau Ayub,
Atau pun segagah Musa,
Apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman,
Yang punya cita-cita,
Membangun keturunan yang soleh solehah...
Pernikahan atau Perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya,
Suami adalah Nakoda kapal, Kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamulah penuntun kenakalannya,
Saat Suami menjadi Raja, Kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika Suami menjadi bisa, Kamulah penawar obatnya,
Seandainya Suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya

Pernikahan atau Perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa,
Untuk belajar meniti sabar dan ridho,
Karena memiliki suami yang tak segagah mana,
Justru Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna didalam menjaga
Pun bukanlah Hajar ataupun Mariam, yang begitu setia dalam sengsara
Cuma wanita akhir zaman, yang berusaha menjadi solehah ...

Barakallahu fiekum,
Wassalamu'alaykum wr.wb.


Referensi : berbagai sumber
Disusun oleh Ira Dyah Loka Mandayani

DZIKIR DAN DOA ALI BIN ABI THALIB

Riwayat tentang doa tersebut.

Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a bercerita:
“Ketika kami sedang berthawaf, tiba-tiba kami mendengar suara orang yang meratap:

Wahai Zat yang mengabulkan doa orang yang terpaksa dalam kezaliman
Wahai Zat Penghilang kesengsaraan dan penderitaan yang disertai penyakit
Hamba-Mu telah berada disekitar baitullah dan Masjidil Haram
Aku memanjatkan doa, sedang mata Allah tak pernah tidur
Dengan kemurahan-Mu,
Ampunilah aku atas kesalahan yang telah kulakukan
Wahai Zat yang kepada-Nya semua makhluk mengarahkan kemuliaan,
Jika ampunan-Mu tak tersedia untuk pelaku kejahatan,
Maka siapa lagi yang melimpahkan kenikmatan
Kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.

Ayahku, Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Wahai Husain, tidakkah kau mendengar orang yang menangisi dosa-dosanya dan menyeru Tuhannya. Carilah dia dan jika bertemu, panggilah dia’.

Dengan cepat aku berangkat dan menemukan orang itu. Ternyata dia seorang yang sangat tampan, berbadan bagus, berpakaian bersih serta beraroma sangat wangi, namun tubuh sebelah kanan orang itu lumpuh. Aku berkata, “Temuilah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah.

Orang itu bertanya, ‘Siapakah engkau dan apa kepentinganmu?’
(Setelah tiba dihadapan Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib)
Laki-laki itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bagaimana keadaan orang yang mendapat hukuman dan tertolak dari hak?
Amirul Mukminin bertanya, “Siapa namamu?”
Orang itu menjawab, ‘Manazil bin Lahiq.’
“Apa yang sebenarnya terjadi atasmu?’ tanyanya lebih lanjut

Dia menjawab, ’Aku sangat terkenal di Arab sebagai orang yang ahli permainan dan menyanyi. Aku selalu berjingkrak dimasa mudaku dan tidak menyadari kelengahanku. Jika aku bertoba, tobatku tidak akan diterima. Aku selalu berbuat maksiat di bulan Rajab dan Sya’ban. Sedang aku punya ayah yang menyayangiku dan sangat memperhatikanku.

Beliau selalu mengingatkanku akan bahaya jahiliah dan kemaksiatan. Beliau berkata, ”Wahai anakku, Allah memiliki kekerasan dan siksa. Maka, janganlan kamu berada dipihak orang-orang yang diberi hukuman neraka. Sungguh betapa kau telah dilenakan dalam kegelapan, dan kau telah melalaikan malaikat mulia, bulan haram, malam, dan siang”. Jika beliau menegur dengan ucapan, aku membalasnya dengan pukulan.

Pada suatu hari aku menemuinya dan beliau berkata, ’Demi Allah, aku akan berpuasa dan tidak akan berbuka, aku akan salat dan tidak akan tidur.” Lalu dia berpuasa selama satu minggu kemudian naik seekor unta dan pergi bersamaku ke Makkah pada musim haji Akbar, dan dia berkata, ’Aku akan ke Baitullah dan akan mendoakan keburukan untukmu kepada Allah’.

Maka dia pergi ke Makkah pada musim haji Akbar, lalu dia bersimpuh di altar Ka’bah seraya mendoakan keburukan untukku:

Wahai Zat yang para jamaah haji datang kepada-Nya,
Mengharapkan kelembutan Zat yang Mahakuat
MahaEsa lagi bergantung pada diri sendiri
Inilah Manazil yang tidak mau menghentikan kedurhakaannya padaku
Maka berdasarkan hakku berikanlah hukuman
Kepada anakku, dan dengan kemurahanmu,
Lumpuhkanlah tubuhnya yang sebelah kanan
Wahai Zat yang Mahasuci, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan

Demi Zat yang meninggikan langit dan mengalirkan mata air, belum lagi ucapannya berakhir, tubuh sebelah kananku sudah lumpuh, sehingga aku menjadi seperti kayu yang dibuang ditanah suci. Setiap manusia yang berlalu-lalang melewatiku berkata, ”Untuk orang inilah Allah mengabulkan doa ayahnya.”

Kemudian amirul mukminin bertanya, ’Lalu apa yang dilakukan ayahmu?’

”Wahai Amirul Mukminin, aku memohon kepadanya supaya dia berdoa untuk memulihkan kesehatanku dibagian tubuhku yang telah beliau doakan keburukan. Dan itu dilakukan setelah beliau memaafkanku,’ paparnya
’Beliau memenuhi permintaanku, lalu aku membawa beliau dengan seekor unta yang kudapatkan dalam perjalanan, sampai kami tiba di suatu lembah. Tiba-tiba seekor burung terbang dari sebatang pohon, mengagetkan unta sehingga ia kabur melarikan diri. Ayahku yang menunggang unta itu terjatuh dari atasnya dan meninggal disana.’

Maka Ali berkata, ”Maukah kuajarkan beberapa doa yang aku dengar dari Rasulullah? Sesungguhnya beliau telah bersabda, ’Setiap kali seorang yang binggung memanjatkan doa itu, Allah akan menghilangkan kebingungannya. Dan setiap kalil orang yang dalam kesusahan memanjatkan doa itu, Allah akan menghilangkan kesusahannya.’
’Ya, aku mau,’jawabnya

Maka kemudian Ali mengajarinya doa-doa dari Rasulullah. Lalu dia memanjatkan doa tersebut dengan tulus ikhlas sehingga dia sembuh dari penyakit itu dan dia datang kepada kami dalam keadaan sehat.
Aku bertanya pada orang itu, ”Bagaimana engkau melakukannya”?

Dia menjawab, ’Setelah semua mata tertidur lelap, aku memanjatkan doa tersebut sekali, dua kali, dan tiga kali. Lalu ada yang berseru kepadaku, ’Cukuplah Allah sebagai pelindungmu. Sungguh kamu telah berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-Nya Yang Agung. Jika Dia diseru dengan nama itu pasti Dia akan mengabulkan, dan jika diminta dengan nama itu, maka pasti Dia akan memberi.’

Kemudian aku terserang kantuk dan tertidur. Aku bermimpi melihat Rasulullah Saw, lalu kujelaskan tentang doa itu, maka beliau bersabda, ’Ali putra pamanku memang benar. Didalam doa itu ada nama Allah paling agung yang jika Dia diseru dengan nama itu, pasti Dia akan mengabulkan, dan jika Dia diminta dengan nama itu, maka Dia akan memberi.’

Lalu aku terserang kantuk lagi dan tidur untuk kedua kalinya. Aku bermimpi melihat Rasulullah saw, maka kukatakan, ’Ya Rasulullah, aku ingin mendengar langsung doa darimu.’

Maka beliau berkata, katakanlah, ’  

Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu. 
Wahai Zat yang mengetahui segala yang tersembunyi. 
Wahai Zat yang karena kekuasaan-Nya langit bisa berdiri kukuh, dan wahai Zat yang karena keperkasaan-Nya bumi terhampar,
wahai Zat yang karena cahaya kemuliaan-Nya matahari dan bulan bisa terbit dan menyinari, 

wahai Zat yang menerima jiwa beriman lagi suci, dan wahai Zat yang menenangkan ketidaktenangan orang-orang yang takut, 
wahai Zat yang menyelamatkan Yusuf. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Muhammad dan keluarganya. Dan kabulkanlah permintaanku ini, sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Setelah itu aku terjaga dan telah sembuh dari sakitku.
Ali bin Abi Thalib berkata, ’Berpegang teguhlah pada doa ini, karena ia merupakan salah satu simpanan Arsy.’






Wallahu a'lam bishawab,

Sumber: Al Ghunyah li Thalibi Thariq Al Haqq, Syaikh Abdul Qadir Al Jilani r.a

BELUM JUGA KHUSYUK.

BELUM JUGA KHUSYUK.

anakku...,
kesuksesan hanya bisa diraih dengan tata tertib ALLAH SWT..,
addiinul Haq adalah tertib ALLAH.

tercermin dari SHOLAT....,
terus ...teruss...perbaiki sholat hingga mencapai kesempurnaan sebelum ajal.

belum khusyuk...,
periksa IMAN & YAKIN pada ALLAH...,
apakah ada GHAIRULLAH di hati...?

belum khusyuk...,
periksa tata cara SHOLAT...,
apakah sudah ikut CARA RASULULLAH SAW...?

belum khusyuk....,
periksa BACAAN SHOLAT...,engkau sedang bicara dengan ALLAH SWT.
apakah sudah mengerti apa yang di LAFAZ kan...?

belum khusyuk...,
periksa apa yang MASUK dan yang KELUAR MULUT....,
apakah HALAL yang dimasukkan dan yang dikeluarkan...?

belum khusyuk....,
periksa AURAT yang di amanahkan...,
apakah TERJAGA dari pandangan JELALATAN...?

belum juga khusyuk...,
periksa HUBUNGAN dengan sesama muslim...,
apakah SUDAH DITUNAIKAN hak saudara, tanpa berharap haknya di tunaikan...?

belum juga khusyuk...,
periksa NIAT disetiap amalan..,
apakah HANYA mengharap RIDHO ALLAH...?

belum juga khusyuk...,
temui DIA di TAHAJJUD mu, DI AKHIR seprtiga malam mu.
karena KHUSYUK adalah anugerah NYA.

anakku,
tak ada putus asa dalam mencapai khusyuk...,
sukses dunia akhirat.... INSYAA ALLAH.

bekasi, 20.05.10
abuaisyah

NIKMATI HIDANGAN SEMPURNA DARI ALLAH SWT.


anakku.,
si SALIK berjalan menuju ALLAH SWT..,
memandang UJIAN sebagai HIDANGAN yang dinanti nanti dari KEKASIH YANG DITUJU.

dua puluh empat jam dalam sehari...,
ia yakin bahwa HIDANGAN itu disajikan sebagai santapan hari hari.

tujuh hari dalam sepekan...,
ia belajar untuk menikmati HIDANGAN dalam wajan IMAN dan TAWAKAL.

tiga puluh hari dalam sebulan...,
ia istiqomah dalam ke ikhlasan menyantap variasi HIDANGAN dengan bumbu KESABARAN.

sepanjang hayat di dunia...,
ia tawajjuh untuk menikmati HIDANGAN dua sisi kehidupan UJIAN dan KESABARAN.

sepanjang perjalanan menuju NYA..,
ia nikmati dengan TENANG semua HIDANGAN yang beragam RASA, pahit pahit manis manis.

anakku,
kalau engkau menempatkan diri sebagai SI SALIK..,
maka sabarlah...,
walau ujian datang bertubi tubi...,
melampaui ketahanan diri.

kalau engkau menyadari bahwa engkau dalam GENGGAMAN ALLAH.
maka sabarlah ...,
karena ujian PASTI didatangkan untuk kesabaran diri...,
ALLAH SWT bersama orang yang sabar..,

kalau engkau memahami bahwa PARA PECINTA perlu pembuktian CINTA...,
maka sabarlah...,
karena ujian akan berlalu bersama lenyapnya waktu.
DIA bersama mu dimanapun engkau berada.

anakku,
maka kenalilah dirimu...,
agar tak sempit dada mu,di setiap kali engkau menerima HIDANGAN NYA.

Insyaaa ALLAH..,
kesabaran akan berujung...,rasa syukur.
kerena PINTU PINTU terbuka untuk mu.

Insyaaa ALLAH..,
kesabaran akan berakhir...,ketangguhan JIWA.
kerena engkau hamba yang di CINTA.

hamba hamba yang di CINTAI..,
pasti akan di UJI.

nikmati hidangan sempurna dari ALLAH SWT

subhanallah...,
astaghfirullah.

bekasi, 01.06.10
abuaisyah.

JADILAH ENGKAU WANITA MULIA

anakku,
Kita terlahir ke dunia ..,
bukan untuk mencari seseorang yang sempurna,

tapi belajar mencintai yg tdk sempurna.
dgn cara yg sempurna”.

yang kita cari adalah KESEMPURNAAN ALLAH SWT dalam hidup kita...,
ketika masih di dunia.

karena yang sempurna hanya ALLAH SWT.
maka sempurnakan CINTA kepada NYA.
maka engkau akan menjadi WANITA MULIA.

engkau akan di anugerahi oleh ALLAH SWT.
suasana jiwa untuk mencintai ketidak sempurnaan seseorang.

engkau akan menjadi maghnit mulia disisi NYA.
yaitu menjadi ibu mulia.., di telapak kakimu ada SURGA

Insyaa ALLAH..,engkau akan di BIMBING NYA.
bergandeng mesra dengan teman hidup mu menuju NYA.

maka ...,
jadilah engkau wanita mulia.



bekasi,06.06.10.
abuaisyah Cares

ARTI BACAAN DALAM SHALAT

Catatan ini sekedar mengingatkan kembali arti penting KHUSYU' dalam shalat. Tetapkanlah Allah hadir di hati ketika memulai shalat. Dan kita mengerti arti setiap gerakan dan bacaan dalam shalat. Semoga Allah memampukan kita selalu. Amiiinn...


IFTITAH

ALLAAHU AKBARU KABIIRAA WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIRAA WASUBHAANALLAAHI BUKRATAW WAASHIILAA.

Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala Puji Bagi Allah, Pujian Yang Sebanyak-Banyaknya. Dan Maha Suci Allah Sepanjang Pagi Dan Petang.



INNII WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAM MUSLIMAW WAMAA ANA MINAL MUSYRIKIIN.

Kuhadapkan Wajahku Kepada Zat Yang Telah Menciptakan Langit Dan Bumi Dengan Penuh Ketulusan Dan Kepasrahan Dan Aku Bukanlah Termasuk Orang-Orang Yang Musyrik.


INNA SHALAATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN.

Sesungguhnya Sahalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.

LAA SYARIIKA LAHUU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIIN.
Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya Dan Dengan Demikianlah Aku Diperintahkan Dan Aku Termasuk Orang-Orang Islam.



AL-FATIHAH



BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

AL HAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN.
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.

ARRAHMAANIR RAHIIM.
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

MAALIKIYAUMIDDIIN.

Penguasa Hari Pembalasan.

IYYAAKA NA’BUDU WAIYYAAKA NASTA’IINU.
Hanya Kepada-Mu lah Aku Menyembah Dan Hanya Kepada-Mu lah Aku Memohon Pertolongan.

IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM.
Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus.

SHIRAATHAL LADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WALADHDHAALLIIN. AAMIIN.
Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Telah Kau Berikan Nikmat, Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Kau Murkai Dan Bukan Pula Jalannya Orang-Orang Yang Sesat.



R U K U’

SUBHAANA RABBIYAL ‘ADZIIMI WA BIHAMDIH. - 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung Dan Dengan Memuji-Nya.


I’TIDAL



SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH.
Semoga Allah Mendengar ( Menerima ) Pujian Orang Yang Memuji-Nya ( Dan Membalasnya ).

RABBANAA LAKAL HAMDU MIL’US SAMAAWATI WA MIL ‘ULARDHI WA MIL ‘UMAASYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU.
Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya.


SUJUD

SUBHAANA RABBIYAL A‘LAA WA BIHAMDIH. - 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi Dan Dengan Memuji-Nya.


DUDUK DIANTARA DUA SUJUD


RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINII WA’FU ‘ANNII.
Ya Tuhanku ! Ampunilah Aku, Kasihanilah Aku, Cukupkanlah ( Kekurangan )-Ku, Angkatlah ( Derajat )-Ku, Berilah Aku Rezki, Berilah Aku Petunjuk, Berilah Aku Kesehatan Dan Maafkanlah ( Kesalahan )-Ku.





TASYAHUD AWAL

ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad !.



TASYAHUD AKHIR



ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH
.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.

Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.

Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD ( tasyahud awal ) WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarga Penghulu Kami Nabi Muhammad.

KAMAA SHALLAITAA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.

WA BAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Dan Limpahkanlah Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarganya.

KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.

FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUMMAJIID. YAA MUQALLIBAL QULUUB. TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIK.
Sungguh Di Alam Semesta Ini, Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Mulia. Wahai Zat Yang Menggerakkan Hati. Tetapkanlah Hatiku Pada Agama-Mu.



Amin Ya Robbal alamin.

KHUSYU ‘ DALAM SHALAT

Sahabat, tentunya diantara kita (termasuk saya) masih banyak yang kalau sholat belum bisa khusyu', Kalau bisapun masih belum sepenuhnya, untuk itu mari kita sama-sama belajar bagaimana agar kita bisa meraih Khusyu' dlm Sholat, dibawah ini ada beberapa artikel Yang saya rangkum menjadi satu, semoga bisa bermanfaat buat sahabat-sahabat sekalian


PENGERTIAN KHUSYU'


1.Firman Allah Ta’alaa : Q.S. Al Baqarah 45-46

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rab-mereka, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

2. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Mathraf dari ayahnya, berkata :

“Aku pernah melihat Rasulullah Saw. sedang sholat, sedang di dadanya terdengar suara gemuruh seperti gemuruhnya batu penggiling, disebabkan karena beliau menangis” Sedang menurut riwayat Nasa’i dari Jaufal (disebutkan) terdengar suara gemuruh seperti periuk (yang airnya sedang mendidih)”.

Pengertian Khusyu' yang digambarkan oleh ayat dan hadits di atas adalah; sikap tenang dan tawadhu' kepada Allah Ta’alaa disebabkan karena kepatuhan seorang hamba kepada Nya, yang didasarkan kepada keimanan yang dimilikinya, rasa khawatir akan murka Nya, harapan untuk bertemu dengan Nya dan yakin akan janji serta ancaman Nya.


MACAM-MACAM KHUSYU'

Khusyu' ada dua macam, yaitu;

Pertama, Khusyu' Jawarih ( anggota badan ), ciri-cirinya seperti;

Sikapnya tenang.
Pandangan mata tertunduk kearah tempat sujud ( tidak menghadap langit )
Tidak menengok ke arah lain.
Tidak bergerak ( selain gerakan sholat, kecuali terpaksa ).

Kedua, Khusyu' Qolbi/hati, ciri-cirinya adalah;

Terjaganya konsentrasi dalam sholat disebabkan terlibatnya hati secara utuh, sebab ucapan yang tidak selaras dengan apa yang terkandung dalam sanubari kedudukannya sama dengan igauan



BEBERAPA KIAT UNTUK MERAIH KHUSYU'

1. Kenali Allah Ta’alaa dengan segala keagungan dan kemulyaan Nya, kekuatan dan karunia Nya, serta janji dan ancaman Nya.

Q.S. 47, Muhammad : 19



Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah melainkan /Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.

2. Pelajari secara mendalam tentang tata cara pelaksanaan sholat yang benar, syarat sah dan rukunnya dan hal-hal yang dapat membatalkannya, sampai yakin benar bahwa sholat yang dikerjakan telah sesuai dengan sholat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bukan sekedar taqlid buta. Yakinkan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan sholat baik itu badan, pakaian yang dikenakan, tempat sholat, dll benar-benar bersih dan suci.

3. Libatkan hati dengan mengosongkannya dari hal-hal yang sifatnya duniawi, yang dapat mengusik konsentrasinya. Sehingga sholat yang dikerjakan bukan hanya gerakan jawarih ( tubuh ) yang kehilangan ruhnya.

4. Sadari titik lemah diri, hingga dalam satu rentang waktu dapat mengerjakan lebih dari satu pekerjaan, agar memiliki kesempatan yang cukup untuk bersama Allah Ta’ala, dan sholat Anda tidak terusik dengan pekerjaan itu.

5. Fahami semua ucapan yang dibaca dalam sholat dengan mengkonsentrasikan pikiran terhadap makna yang dibaca dan menyingkirkan lintasan-lintasan pikiran serta memotong obyeknya, baik sifatnya dhohir maupun batin.

6. Sadari betapa rendah dan hinanya diri Anda dihadapan Allah Ta’ala jika tidak dibalut dengan taqwa . Sikap ini akan melahirkan rasa takut dan pengharapan yang seimbang pada Nya.

7. Bersihkan hati Anda dari berbagai penyakit, sebab sehatnya hati akan lebih mudah menerima cahaya / hidayah Allah Ta’ala.

8. Yakinlah bahwa hari kiamat itu pasti datang, tak seorangpun dapat menyelamatkan dirinya pada hari itu kecuali seseorang yang memiliki hati yang sehat.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'aala Q.S. (26) Asy Syu’ara 88-89.


(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-lakitidak berguna. Kecuali orang orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

9. Banyaklah bergaul dengan wanita-wanita yang sholehah (Untuk Wanita) dan Pria-pria Sholeh (untuk Pria) yang dapat membimbing diri menjadi insan yang lebih baik dan khusyu' di hadapan Allah Ta’ala.

10. Mintalah bimbingan dan pertolongan Allah Ta’alaa, sebab manusia hanya bisa berusaha dan Allah lah yang menentukan.

Gejala umat yang harus diwaspadai adalah hilangnya kekhusyu' an, dan itu sekaligus menjadi tanda awal dari kehancuran umat.

Rasulullah bersabda :

“Sesunguhnya hal yang pertama kali hilang dari ummat ini adalah khusyu' , sehingga tidak terlihat lagi seorangpun yang khusyuk pada ummat ini.”

Ada baiknya kita renungkan perkataan sahabat Ali bin Abu Tholib berikut ini :

“Demi Allah, telah kulihat para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, pada saat ini tidak kelihatan sesuatu yang menyerupai mereka. Mereka adalah orang-orang yang kusut dan berdebu, diantara mereka seakan-akan ada iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Mereka senantiasa sujud dan berdiri kepada Allah, membaca kitab Allah, pergi dengan berjalan kaki dan juga mengingat Allah. Mereka tampak seperti pohon yang condong dan bergoyang-goyang pada saat angin berhembus kencang, mereka selalu menangis hingga kain mereka basah. Demi Allah, sepertinya orang-orang saat ini sudah lalai.” (Minhajul Qosidin, Ibnu Qudamah hal 101).

Para sahabat dan para tabi’in adalah potret nyata dari kekhusyu' an itu, maka lazim bagi kita mempelajari, dan mengenalnya lebih dekat tentang kehidupan mereka agar kita dapat meneladaninya. Waallahu a’lam bisshowab.

Nah sahabat, itulah sebagian kecil dari kiat -kiat bagaimana untuk meraih Ke khusyu' an dalam Sholat, semoga menambah referensi sahabat dalam mengerjakan Amal yang paling pertama di hisab pada Yaumil Akhir nanti


KEADAAN RUH SETELAH MATI

Pada kesempatan kali ini mari kita simak sebuah materi atau barangkali informasi yang mungkin agak jarang kita dengar, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ruh setelah kita meninggalkan dunia yang fana ini. Seperti apakah sebenarnya kondisi ruh kita nanti? Jawabannya adalah Wallahu a’lam. Namun demikian, Allah SWT memberikan sedikit gambaran dan penjelasan melalui Hadis-hadis Rasulullah SAW.

Berkaitan dengan ruh ini Allah SWT berfirman:


وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الرُّوحِ قُلْ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu kecuali sedikit.”

 


Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini. Nah, informasi yang sedikit inilah yang akan kita coba sampaikan kembali kepada hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimulian Allah SWT.
Di antara informasi yang telah sampai kepada kita dari baginda Rasulullah SAW berkaitan dengan ruh ini, di antaranya adalah:

 

1. Ruh orang beriman seperti burung terbang berwarna kehijauan, tinggal di dalam sesuatu yang mirip kubah cahaya yang terbuat dari bahan seperti emas di bawah ‘Arasyi. Nabi SAW bersabda tentang para syuhada yang gugur dalam perang Uhud:
 

(جعل الله أرواحهم فى أجوافِ طيرٍ خضرٍ تَرِدُ أنهارَ الجنةِ وتأكل ثمارَها وَتَأْوِيْ إلى قناديل من ذهب في ظلال العرش)
 

“Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim)

 

2. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui orang yang menziarahi kuburnya. Nabi SAW bersabda:
 

(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
 

“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).

 

3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:
(سألت أم هانئ رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: أنتزاور إذا متنا ويرى بعضنا بعض يا رسول الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يكون النَسَمُ طيرا تعلق بالشجر حتي إذا كان يوم القيامة دخلت كل نفس فى جسدها).
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).

 

4. Orang yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya. Nabi SAW bersabda:
 

(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).

 

5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:

5a. )إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)


“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).

5b. (تعرض الأعمال يوم الإثنين ويوم الخميس على الله، وتعرض على الأنبياء وعلى الآباء والأمهات يوم الجمعة فيفرحون بحسناتهم وتزداد وجوههم بياضا وإشراقا فاتقوا الله ولا تؤذوا أمواتكم)
 

“Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).

6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturuanan mereka yang shaleh.


)وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ(
 

“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait denga apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)
 


7. Orang mukmin dapat melihat Allah SWT bagaikan melihat bulan purnama.
 

(عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا) رواه البخاري ومسلم.
 

“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada hari kiamat? Rasulullah SAW menjawab, “Apakah kalian ada kendala melihat matahari di sianghari yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Rasulullah kembali berkata, “Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam purnama yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Raulullah SAW melanjutkan, “Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian melihat matahari atau bulan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ma’asyiral mukminin rahimakumullah…
 


Dari penjelasan beberapa dalil yang telah kita sebutkan tadi, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, di antaranya adalah pendapat Ibnul Qaim Aj-Jauziyyah yang mengatakan:
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus dengan jasadnya. Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia akan menjawabnya. Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan detail-detailnya.
Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh mereka.
Wallohu a’alam.

Semoga bermanfaat..


Sugianto Parjan

JANJI ALLAH UNTUK ORANG YANG BERTAKWA

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Yunus, 10: 62-64)



JANJI ALLAH UNTUK ORANG YANG BERTAQWA


Perkataan ‘Taqwa’ (Sila Lihat Nota 1) telah disebut sebanyak 251 kali di dalam banyak surah di dalam Al-Qur’an. Banyaknya ayat-ayat yang menekankan tentang taqwa ini adalah petanda betapa penting taqwa itu disisi Allah. Firman Allah, maksudnya:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. “(Al-Hujurat : 13)

“Maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” (Ali Imran : 76)


Hasil mujahadah yang tinggi, serius serta istiqamah, Allah mengurniakan kepada kita sifat taqwa. Bermacam-macam kebaikan yang Allah janjikan dalam Al Quran kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini. Ini adalah janji Allah yang pasti tepat dan pasti ditunaikan-Nya. Ia tidak terhingga nilainya yang tidak dapat diukur dengan mana-mana mata wang di dunia ini.

Di antara janji-janji Allah kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini ialah:



MENDAPAT PETUNJUK ALLAH

Ketaqwaan yang tersemat di dalam hati seseorang juga, mampu menjadikan hidup seseorang terarah menuju matlamat yang agong, kerana orang yang bertaqwa sentiasa mendapat petunjuk dari Allah. Petunjuk Allah teramat penting dalam kehidupan ini, kerana dengan petunjuk ini sahajalah manusia akan benar-benar terpimpin menuju jalan kebahagian di dunia dan di akhirat. Sebahagian besar petunjuk-petunjuk Allah tersebut boleh kita dapati di dalam Al-Quran-ul-Karim, sepertimana yang dijelaskan oleh Allah, maksudnya:

“Inilah Kitab (al-Quran), yang tiada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
(Al Baqarah: 2)



JAMINAN DIKURNIAKAN ‘AL-FURQAN’

Jaminan dikurniakan ‘al-furqan’ iaitu petunjuk yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil serta terlepas dari perkara-perkara syubahat atau dengan makna pertolongan. Firman Allah, maksudnya:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengurniakan kepadamu furqan (petunjuk yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil atau boleh dimaknakan dengan pertolongan) (Al-Anfal: 29)



MEMEGANG TAMPOK KEPIMPINAN DAN KEKUASAAN DI MUKA BUMI

Selain daripada jaminan Allah bahawa mereka akan mendapat petunjuk dan sentiasa dipimpin, Allah juga telah menjanjikan bagi mereka untuk memegang tampok kepimpinan dan kekuasaan muka bumi ini. Janji ini amat jelas berdasarkan firmanNya, maksudnya;

“ Sesungguhnya bumi ini adalah kepunyaan Allah, dipusakakannya kepada sesiapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya dan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Al-A’raf: 128)



“Allah menjadi Pelindung (Eng: protector) bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Al Jasiyah: 19)



TERLEPAS DARI KESUSAHAN

Mereka dapat terlepas daripada kesusahan. Bukan ertinya mereka tidak mendapat susah atau tidak ditimpa ujian tetapi selepas kesusahan dan ujian, mereka akan terselamat. Walaupun ada pelbagai rintangan dalam ujian itu, ia sementara waktu sahaja. Selepas itu Allah akan lepaskan dari ujian dan rintangan itu dengan menghadiahkan pelbagai macam nikmat pula. Ini jelas dalam firman Allah, maksudnya:

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar” (At Thalaq: 2)



DIKURNIKAN REZEKI DARI SUMBER YANG DIA TIDAK KETAHUI

Di dunia lagi akan diberi rezeki yang tidak tahu dari mana sumber datangnya. Diberi rezeki yang tidak terduga dan dirancang. Ini jelas dalam sambungan ayat tadi, maksudnya:

“ .. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (At Thalaq: 3)


Inilah jaminan daripada Allah SWT bagi mereka yang bertaqwa. Sesiapa yang bertaqwa, rezekinya ada sekadar yang perlu. Makan minumnya yang perlu tetap ada walaupun dia tidak berusaha. Walaupun dia tidak ada kerja, tetap ada jaminan daripada Allah. Ini diakui sendiri oleh Imam Ghazali, mungkin ianya dari pengalaman beliau sendiri. Imam Ghazali pernah berkata: “Kalau sekalipun orang bertaqwa itu tidak ada kerja, keperluan-keperluannya tetap diperolehinya.”

Waktu makan akan diberi makanan. Jika patut dapat pakaian, akan diberi pakaian. Dia sendiri tidak tahu dari mana sumbernya kerana ianya bukan daripada usaha dan cariannya sendiri. Dia dapat rezeki bukan melalui sumber usahanya tetapi melalui sumber usaha orang lain. Kalau taqwanya secara jemaah, maka rezeki itu diberi secara berjemaah. Sekiranya taqwanya secara individu, maka secara individu jugalah pemberian Allah itu.



DIBERI KEBERKATAN DARI LANGIT DAN BUMI

Dia diberi berkat daripada langit dan bumi. Berkat pada hartanya, pada kesihatan badannya, pada ilmunya, pada anak-anak dan zuriatnya, pada isterinya, pada suaminya, pada sahabat handai dan jiran, pada gurunya, berkat dakwahnya, berkat ajarannya, berkat pimpinannya dan sebagainya. Ini jelas sekali dalam ayat, maksudnya:

“Jikalau penduduk sebuah kampung (atau sebuah negara) itu beriman dan bertaqwa, Tuhan akan bukakan berkat daripada langit dan bumi.” (Al A’raf: 96)



Berkat maknanya bertambah atau subur. Apabila dikatakan hidupnya berkat, maknanya hidupnya penuh dengan kemuliaan, ketenangan, kebahagiaan dan penuh dengan pahala. Hartanya berkat, harta yang tidak putus-putus dapat disalurkan kepada kebaikan dan berpahala walaupun dia bukan orang kaya. Ilmunya berkat, maknanya ilmu yang dimilikinya itu dapat diamalkan, bertambah dan dapat dimanfaatkan kepada kebaikan serta menambahkan pahala.

Badannya yang sihat yang dikatakan berkat itu adalah badan yang dapat digunakan untuk kebaikan. Dengan kesihatan badannya itu, digunakannya untuk jihad fisabilillah, untuk khidmat kepada masyarakat dan dapat menambahkan pahalanya. Masanya berkat ialah masa yang Allah untukkan padanya, dapat digunakan kepada kebaikan. Dia tidak buang masa percuma dengan perkara yang melalaikan. Umurnya berkat, mungkin umurnya bertambah. Kalaupun umurnya tidak bertambah, tetapi umur yang diberikan kepadanya itu akan menambahkan pahala. Rezekinya berkat yakni rezeki yang tidak putus-putus sekalipun tidak kaya, yang dapat digunakan untuk kebaikan dan dapat menambahkan pahala.

Berkat pada anak-anaknya atau zuriat ertinya, anak-anak dan cucu cicit berjaya menjadi anak-anak yang soleh, yang menjadi penyejuk mata hati. Berkat pada isterinya atau suaminya, iaitu isteri tersebut atau suami itu soleh dan solehah, yang dapat mengingat dan memimpinnya selamat di dunia dan di Akhirat. Berkat pada sahabat handai dan jiran, ertinya mendapat sahabat yang baik-baik dan ramai pula yang membantu perjuangannya untuk menegakkan kebenaran. Berkat pada gurunya, iaitu dia mendapat guru yang soleh yang dapat memimpin dan memandunya selamat di dunia dan Akhirat.



AMALAN DITERIMA

Amal orang yang bertaqwa diterima oleh Allah. Kalau begitu amal ibadah orang Islam tidak diterima. Orang Islam akan masuk Neraka dulu. Oleh yang demikian, hanya amal ibadah orang yang bertaqwa sahaja yang diterima oleh Allah. Ini dijelaskan oleh Allah, maksudnya:

“Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa.” (Al Maidah: 27)



Maksudnya, Allah hanya menerima sembahyang orang yang bertaqwa. Allah tidak akan terima solat orang yang sekadar Islam. Allah akan terima puasa orang bertaqwa. Allah akan terima perjuangan orang yang bertaqwa. Allah tidak akan terima perjuangan orang Islam. Allah akan terima haji orang yang bertaqwa. Allah tidak akan terima haji orang Islam. Begitulah seterusnya berdasarkan ayat di atas tadi.



AMALANNYA DIPERBAIKI

Amalan orang yang bertaqwa itu sentiasa dibaiki oleh Allah. Sentiasa diperkemaskan oleh Allah daripada masa ke semasa. Ini jelas Allah mengingatkan kepada kita, maksudnya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu .... ” (Al Ahzab: 70-71)



Jadi orang-orang yang bertaqwa amalannya sentiasa dibaiki oleh Allah. Sembahyangnya sentiasa dibaiki Allah. Begitu juga puasanya, bacaan Qurannya, wiridnya dan perjuangannya sentiasa dibaiki. Apa sahaja bentuk kebaikan yang dibuatnya sentiasa dibaiki oleh Allah dari masa ke semasa. Itulah jaminan Allah.



DOSA DIAMPUNKAN

Dosanya diampunkan. Dalam ayat tadi juga ada sambungannya, maksudnya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. ” (Al Ahzab: 70-71)



Firman Allah llagi, yang maksud:

“Jika kamu bertaqwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengurniakan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Sesungguhnya Allah mempunyai kurniaan yang agong.” (Al-Anfal : ayat 29)



Ertinya dosa-dosa orang-orang yang bertaqwa ini akan diampunkan. Namun begitu orang Islam dosanya tidak diampunkan oleh Allah. Sebab itu orang Islam akan masuk Neraka dulu dan barulah ke Syurga. Wal’iyazubillah. Allahumma ajirna minan nar . Tegasnya, orang yang bertaqwa sahaja akan diampunkan dosanya oleh Allah SWT.



DAPAT ILMU TANPA BELAJAR

Dapat ilmu daripada Allah tanpa perantaraan guru, tanpa perantaraan belajar. Hal ini diperkuatkan oleh sabda Rasulullah SAW, maksudnya:

“Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang dia tahu, nanti dia akan dipusakakan ilmu yang dia tidak tahu.” (Dikeluarkan oleh Abu Nuaim)



Apa sahaja ilmu yang dia tahu, diamalkan. Hasilnya nanti Allah akan beri ilmu tanpa dia belajar. Ramai orang-orang soleh dan ulama yang soleh diberi ilmu laduni. Itulah ilmu yang jatuh kepada hati yang juga dipanggil ilham. Firman Allah Taala maksudnya:

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami” (Al Kahfi: 65)



Ertinya orang yang bertaqwa itu akan diberi ilmu terus dari Allah tanpa wasilah guru. Agar tidak terkeliru, perlulah diingat bahawa orang yang hendak dapat ilmu laduni itu, dia mesti ada ilmu asas iaitu ilmu fardhu ain terlebih dahulu.



TERLEPAS DARI TIPU DAYA SYAITAN

Orang bertaqwa itu akan terlepas dari tipu daya syaitan. Dalam Al Quran ada disebutkan tentang hal ini. Firman Allah maksudnya:

“Sesungguhnya orang yang bertaqwa apabila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan- kesalahan mereka.” (Al A’raf: 201)



TERLEPAS DARI TIPU DAYA MUSUH

Orang bertaqwa juga lepas daripada tipu daya musuh lahir sama ada orang kafir mahupun orang munafik. Firman Allah, maksudnya:

“Jika kamu bersabar dan bertaqwa, nescaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali Imran: 120)



TERHINDAR DARI NERAKA

Orang bertaqwa terhindar daripada Neraka. Ertinya tentulah dia masuk Syurga sebab di Akhirat tidak ada tiga tempat. Kalau terlepas daripada Neraka, bermakna ke Syurgalah dia. Firman Allah Taala,maksudnya:

"Akan tetapi orang yang bertaqwa kepada Tuhannya, bagi mereka Syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya.” (Ali Imran: 198)



“Sesungguhnya orang yang bertaqwa itu berada dalam Syurga dan (di dalamnya mengalir) mata air. (Dikatakan kepada mereka): ‘Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman’.” (Al Hijr: 45-46)



“Itulah Syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertaqwa.” (Maryam: 63)



Firman Allah SWT lagi, maksudnya:

“Sesungguhnya orang-orang bertaqwa berada di dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitarnya) terdapat mata-mata air. Dan mendapat buah-buhan yang berbagai jenis mengikut kemahuan mereka, dikatakan kepada mereka ; “Makanlah dan minumlah dengan seenak-enaknya sebagai balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.Sesungguhnya begitulah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Al-Mursalat : ayat 41-44)


“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa pasti mendapat kemenangan, dikurnikan kepada mereka kebun-kebun dan buah anggur dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan minuman-minuman yang penuh (beisi minuman) dan di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan-perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan-perkataan yang dusta. Kesemua itu adalah sebagai balasan dari Tuhanmu dan sebagai pemberian yang terlalu banyak.” (An-Naba’: ayat 31-36)



Firman Allah lagi maksudnya;

“(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghimpunkan orang-orang yang bertaqwa dalam satu kumpulan menuju Tuhan mereka Yang Maha Pemurah sebagai satu penghormatan.”(Maryam: 85)

“Dan (pada hari kiamat) syurga akan didekatkan kepada orang-orang yang bertaqwa.” (As-Syu’ara’: ayat 90)



Inilah di antara keuntungan-keuntungan atau kelebihan yang diperolehi oleh orang yang bertaqwa. Kesemua itu tidak dapat dinilai dengan mata wang dunia kerana terlalu tinggi nilainya.

Ia didapatkan hasil daripada membersihkan hati, mujahadah bersungguh-sungguh membuang sifat-sifat mazmumah dan menyuburkan sifat mahmudah serta mengamalkan syariat yang lahir dan batin.

Kalau di dunia ini kita berebut-rebut untuk dapatkan dunia yang tidak ada nilai di sisi Allah itu, mengapa kita tidak rebut mencapai taqwa yang manfaatnya untuk dunia dan Akhirat?


"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Al-Baqarah, 2:177)



Menurut istilah bahasa perkataan ‘Taqwa’ diambil dari perkataan ‘’alwiqayah’ yang membawa erti sesuatu yang menutup kepala, oleh itu ia membawa erti sesuatu yang boleh memelihara dan menjaga dan perbuatannya ‘ taqiya’ yang membawa pengertian ‘berhati-hati’, ‘berjaga-jaga’, ‘memelihara’ dan ‘takut’.

Manakala menurut istilah agama atau syara’ ‘Taqwa’ bermaksud ‘menjauhkan dan memelihara serta mengadakan penjagaan diri dari laknat, balasan dan azab dan kemurkaan Allah dengan mentaati segala perintah Allah atau melaksanakan segala yang diredhaiNya dan menjauhkan segala yang yang dilarangNya dan dimurkaiNya.

PANDANGAN PARA SAHABAT MENGENAI TAQWA

Pandangan Saidina
Umar Al-Khattab

“Taqwa adalah umpama kamu berjalan penuh hati-hati di dalam hutan yang penuh dengan duri dan onak, supaya tidak terpijak duri dan onak tersebut.”

Pandangan Saidina Ali
Karramallahu Wajhah

Ketika Saidina Ali ditanya tentang pengertian ‘Taqwa’ beliau lantas memberikan pandangannya berdasarkan kefahaman dan penghayatan Islam setelah mendapat pentarbiyahan baginda Rasulullah SAW semenjak beliau berumur 9 tahun lagi, beliau menyatakan bahawa hakikat dan pengertian ‘Taqwa’ hanya akan diperolehi oleh seseorang dengan melaksanakan empat perkara di bawah;

i. Takutkan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Berkuasa

ii. Melaksanakan segala perintah Allah yang termaktub dalam al-Quran yang diturunkan

iii. Berpuashati dan bersyukur dengan sedikit nikmat yang Allah kurniakan

iv. Bersiap sedia menghadapi hari perpindahan kita ke alam akhirat

Pendapat Para Ulama’

i. Mentaati perintah Allah dan menjauhi laranganNya agar terhindar dari hukumanNya

ii. Menjaga diri dari segala sesuatu yang boleh membawa kesan negatif sehingga tidak terjerumus ke dalam perkara dosa dan maksiat

iii. Bersedia membersihkan diri dari berbagai tindakan kerana takut dari melakukan perkara-perkara yang haram

iv. Hati yang merasa takut kepada Allah, sehingga mendorong dirinya ingin beramal dan berbakti kepadaNya untuk mendapat pahala dan bersedia meninggalkan segala yang dilarangNya.





ANJURAN ALLAH SUPAYA BERTAQWA


Allah Hanya Menilai Amal yang disertai dengan Taqwa

Melalui pembentangan pengertian ‘Taqwa’ di atas, sayugialah bagi setiap orang yang beriman mendasari segala amal yang mereka lakukan di atas pengertian ‘Taqwa’ yang sebenar, kerana Allah hanya akan menilai amal sesuatu perbuatan yang disertai dengan ketaqwaan seseorang di dalam hatinya, di samping keikhlasan dalam melaksanakannya, iaitu semata-mata mengharapkan keredhaan dan kecintaanNya.

Orang Taqwa Menghindarkan diri dari murka Allah

Orang yang bertaqwa juga adalah orang yang sentiasa berusaha menghindarkan diri dari kemurkaan dan siksaan Allah dalam apa jua bentuk, samada ketika mereka hidup di dunia atau di akhirat nanti.

Firman Allah SWT, maksudnya:

“Dan milik Allahlah segala yang berada di langit dan di bumi dan sesungguhnya Kami (Allah) telah wasiatkan (perintahkan) kepada orang-orang yang telah diberikan al-Kitab sebelum kamu dan kepadamu supaya; “bertaqwalah kepada Allah!.” Tetapi jika kamu kafir (engkar) ketahuilah sesungguhnya segala yang berada di langit dan di bumi itu adalah milik Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Sekiranya kita mengamati ayat di atas, maka jelaslah kepada kita bahawa kita sewajar bertaqwa kepada Allah, kerana bumi, langit dan segala isinya adalah milik Allah SWT. Oleh yang demikian, adalah tidak layak bagi manusia untuk mengingkari dan mengkufuriNya, kerana segala nikmat dan kemudahan yang tersedia di muka bumi ini, malah kewujudan alam cakrawala beserta dengan sistemnya adalah milik Allah untuk kegunaan dan manfaat kita di dunia ini.

Bertaqwa Dengan Sebenar-benar Taqwa

Allah memperingatkan manusia supaya bertaqwa kepadanya dengan sebenar-benar taqwa, di mana mereka diminta menjalani kehidupan ini berbekalkan ketaqwaan mereka kepada Allah. Firman Allah SWT, maksudnya:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu mati melainkan kamu menyerah diri ( muslim) kepadaNya” (Ali Imran: 102)


Taqwa Bukan Sekadar Takut Pada Allah


Berdasarkan kepada ayat di atas, jelas menujukkan betapa pentingnya sifat ‘Taqwa’. Sifat ‘Taqwa’ itu juga tidak semestinya sekadar perasan takut, tetapi mestilah diikuti dengan mentaati segala perintah Allah dan mengawal diri dari melakukan perkara yang dilarang olehNya. Inilah perbezaan yang ketara di antara takutkan Allah dengan takut kepada selain daripadanya, kerana manusia biasanya akan menjauhikan diri daripada orang yang ditakuti atau haiwan buas yang digeruninya, tetapi ketakutan atau ketaqwaan kita kepada Allah akan membawa diri kita semakin hampir kepadaNya dengan melaksanakan segala ketentuanNyadan menjauhi segala laranganNya, sehingga melayakkan kita mendapat kasih sayang dan keredhaan dariNya.



Bekalan yang Paling Utama adalah Bekalan Taqwa


Ketaqwaan kepada Allah hendaklah dijadikan sebagai bekalan yang sentiasa dibawa kemana sahaja berada, kerana dengan bekalan ini sahajalah kita akan berjaya menempuh liku-liku dan tribulasi kehidupan yang penuh dengan cabaran dan rintangan. Hanya mereka yang mempersiapkan diri dengan bekalan yang sempurna sahaja bakal menempuhinya dengan jayanya. Maka bekalan yang paling utama ialah bekalan ‘taqwa’, selaras dengan firman Allah maksudnya;

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekalan itu adalah ‘taqwa’ dan bertaqwalah kepadaKu wahai orang-orang yang berakal.” (Al-Baqarah: 197)



Jadikan Takwa sebagai Pakaian

Selain daripada itu Allah memerintahkan orang yang beriman, supaya menjadikan ‘Taqwa’ sebagai pakaian mereka, yang mampu menutup diri mereka daripada godaan syaitan, ancaman aqidah yang menyesatkan dan amalan-amalan yang bertentangan dengan perintah Allah. Perintah supaya menjadikan ‘Taqwa’ sebagai pakaian ini bertepatan dengan firman Allah, maksudnya;

"Wahai anak Adam (umat manusia), sesungguhnya kami menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasanmu, dan pakaian ‘taqwa’ itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian daripada tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu beringat.” (Al-A’raf: 26)



CIRI-CIRI DAN SIFAT-SIFAT ORANG YANG BERTAQWA

Allah سبحانا وتعاﱃ telah menggambarkan di dlam al-Quran tentang beberapa ciri orang yang bertaqwa. Di antaranya firmanNya maksudnya;

“Iaitu mereka yang beriman kepada perkara-perkara yang ghaib, yang mendirikan solat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dan mereka yang beriman dengan Kitab al-Quran yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka meyakini akan adanya (kehidupan) akhirat, Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beroleh kejayaan.” (Al-Baqarah : 2-5)

Firman Allah lagi; maksudnya;

“Bukanlah dianggap kebajikan itu hanya sekadar menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekan hamba sahaya, mendirikan solat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janji apabila dia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam menghadapi kesempitan, penderitaan dan di dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar keimanan mereka dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Baqarah :177)



Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapatlah kita fahami bahawa di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa yang ada hubungkaitnya dengan keimanan dan amal ibadah adalah seperti berikut:



BERIMAN DENGAN PERKARA-PERKARA GHAIB


Yaitu percaya kepada perkara-perkara yang telah diberitahu oleh Allah melalui lidah rasulNya صلیﷲ علیﻪ و سلم , di mana perkara-perkara tersebut tidak mampu difikirkan oleh akal dan pancaindera manusia, seperti zat Allah Azza wa Jalla, Alam Akhirat, Malaikat, Syurga, Neraka, Alam kubur, Alam Mahsyar, Titian Sirat, Jin-jin, Siksaan Kubur, Arasy Allah dan lain-lain lagi.


Mendirikan Solat


Ia itu dalam ertikata yang sebenar, dengan memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya, termasuk mendirikannya dengan penuh kekhusukan.

Menafkahkan Sebahagian Rezeki
Yang Allah Telah Anugerahkan


Ini adalah dalam bentuk zakat wajib atau zakat sunat (sedekah) kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir ( yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya.

Beriman Kepada Kitab Al-Quran Dan
Kitab-Kitab Yang Diturunkan Sebelumnya


Ini termasuk suhuf-suhuf yang diturnkan oleh Allah kepada para nabi dan rasul, melalui perantraan Jibrail علیہمم ١لﺴﻼم

Mengimani Dan Meyakini Adanya
Kehidupan Di Akhirat


Setelah berakhirnya kehidupa di duni ini. Di sanalah segala amalan kita akan dinilai dan dihisab dengan penilaian dan penghisaban yang maha adil, kemudian akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang setimpal dengan apa yang kita kerjakan didunia ini. Samada berbahagia dan bergembira dengan mendapat balasan syurga atau menderita dan tersiksa dengan mendapat balasan neraka.

Menepati Janji Apabila Berjanji


Ini termasuk samada janji tersebut berhubung kait dengan Allah dan sesama manusia

Bersabar Dalam Menghadapi Kesempitan,
Penderitaan Dan Di Dalam Peperangan


Selain dari sifat-sifat dan ciri-ciri di atas, terdapat beberapa lagi sifat-sifat dan ciri-ciri orang yang bertaqwa, di antaranya;

Menahan api kemarahan daripada menguasai diri sehingga akan menyebabkan dia bertindak di luar kawalan dan batasan

Memaafkan kesalahan orang lain walaupun ketika itu dia mampu dan mempunyai kekuatan untuk mengambil tindakan dan membalas terhadap orang yang menzaliminya, namun maaf kesalahan mereka lebih diutamakan.

Segera mengingati Allah tatkala melakukan perbuatan keji (dosa-dosa besar yang mudharatnya tidak hanya ke atas dirinya seperti berzina, mencuri, membunuh, riba, menuduh orang melakukan kejahatan, merompak dan lain-lain lagi)dan menzalimi diri sendiri (dosa-dosa yang mudharatnya hanya menimpa dirinya sendiri, samada dosa-dosa besar atau kecil)

Memohon Keampunan Allah


Kenyataan di atas ini terkandung dalam firman Allah; maksudnya;
“ Dan bersegeralah kamu kepada keampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, iaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu senang ataupun susah dan orang-orang yang menahan api kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, maka mereka segera mengingati Allah, lalu memohon keampunan terhadap dosa-dosa yang telah mereka lakukan, dan siapakah lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu sedangkan mereka mengetahui (hukum dan kesannya).” (Ali Imran : ayat 133-135)

Beriman Dan Membenarkan Rasulullah
Dan Memperjuangkan Kebenaran Tersebut


Kenyataan ini selaras dengan firman Allah maksudnya;
“ Dan mereka yang membawa (kebenaran) yang dibawa oleh Muhammad dan membenarkankannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperolehi apa sahaja yang mereka kehendaki dari sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan kepada orang yang melakukan.” (Az-Zumar : 33-34)

Berlaku Adil Dalam Menjatuhkan
Hukuman Di Kalangan Manusia


Sepertimana yang telah dijelaskan oleh Allah, maksudnya :
“ Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakan kebenaran kerana Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, kerana berlaku adil itu lebih dekat kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa sahaja yang kamu kerjakan. (Al-Maidah: 8)

Mengagongkan Syiar-Syiar Allah


Seperti mengagongkan syiar dalam ibadah haji, korban, solat berjemaah lima waktu, solat hariraya, solat minta hujan, solat gerhana bulan dan matahari, solat jumaat, menghidupkan Ramadhan, menghadiri majlis-majlis ilmu dan zikir dan lain-lain lagi berdasarkan firman Allah سبحانا وتعاﱃ , maksudnya;
“ Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagongkan syiar-syira Allah, maka sesungguhnya itu timbul lantaran hati yang penuh dengan ketaqwaan.” (Al-Haj : 32)



Berjihad Di Jalan Allah Dengan
Mengorbankan Harta Dan Jiwa Raga


Firman Allah, maksudnya;
“ Orang-orang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak menyertai jihad dengan harta dan diri (jiwa raga) mereka. Dan Allah amat mengetahui orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah : 44)

Tidak Bersifat Sombong Dan Tidak
Melakukan Kerosakan Di Muka Bumi Ini


Selaras dengan firman Allah, maksudnya:
“ Negeri akhirat (yang penuh dengan nikmat itu) Kami kurniakan untuk orang-orang yang tidak mahu menyombongkan diri dan dari melakukan kerosakan di muka bumi ini dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” (Al-Qasas : 83) /




Shared by Bicara Hidayah

DEBU-DEBU DOSA

Dosa tak ubahnya seperti tiupan angin di tanah berdebu.
Wajah terasa sejuk sesaat, tapi butiran nodanya mulai melekat.
Tanpa terasa, tapi begitu berbekas.

Kalau saja tak ada cermin,
Orang tak pernah mengira kalau ia sudah berubah.

Perjalanan hidup memang penuh debu,
Sedikit, tapi terus dan pasti;

Butiran-butiran debu dosa kian bertumpuk dalam diri,
Masalahnya, seberapa peka hati menangkap itu.

Karena boleh jadi,
Mata kepekaan pun telah tersumbat dalam gundukan,
Butiran debu dosa yang mulai menggunung.

Seorang mukmin soleh mungkin tak akan terpikir akan melakukan dosa besar. Karena hatinya sudah tercelup dengan warna Islam yang teramat pekat. Jangankan terpikir, mendengar sebutan salah satu dosa besar saja, tubuhnya langsung merinding. Dan lidah pun berucap, “Na’udzubillah min dzalik!”

Namun, tidak begitu dengan dosa-dosa kecil. Karena sedemikian kecilnya, dosa seperti itu menjadi tidak terasa. Terlebih ketika lingkungan yang redup dengan cahaya Ilahi ikut memberikan andil (Eng: contribution, share). Dosa menjadi biasa.

Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia terkumpul pada diri seseorang, lambat laun akan menjadi biasa.”



Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم mewanti para sahabat agar berhati-hati dengan sebuah kebiasaan. Karena boleh jadi, sesuatu yang dianggap ringan, punya dampak besar buat pembentukan hati.

Dari Anas Ibnu Malik berkata, “Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم menyampaikan sesuatu di hadapan para sahabatnya. Beliau صلیﷲ علیﻪ و سلم berkata: ‘Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, maka aku belum pernah melihat kebaikan dan keburukan seperti pada hari ini. Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’ Anas berkata, “Tidak pernah datang kepada sahabat Rasulullah suatu hari yang lebih berat kecuali hari itu.” Berkata lagi Anas, “Para sahabat Rasulullah menundukkan kepala-kepala mereka dan terdengar suara tangisan mereka.” (Bukhari & Muslim)



Sekecil apa pun dosa, terlebih ketika menjadi biasa, punya dampak tersendiri dalam hati, pikiran, dan kemudian perilaku seseorang. Repotnya, ketika si pelaku tidak menyadari. Justru orang lain yang lebih dulu menangkap ketidaknormalan itu.

Di antara dampak dosa yang kadang remeh dan tidak terasa adalah sebagai berikut:

Melemahnya Hati dan Tekad

Pertama, kelemahan ini ketika tanpa sadar, seseorang tidak lagi bergairah menunaikan ibadah sunah. Semuanya tinggal yang wajib. Nilai-nilai tambah ibadah menjadi hilang begitu saja. Tiba-tiba, ia menjadi enggan beristighfar. Sementara, hasrat untuk melakukan kemaksiatan mulai menguat.





Menganggap Dosa Remeh

Kedua, Seseorang akan terus melakukan perbuatan dosa dan maksiat, sehingga ia akan menganggap remeh dosa tersebut. Padahal, dosa yang dianggap remeh itu adalah besar di sisi Allah ta’ala.

Di antara bentuk itu adalah ucapan-ucapan dusta. Awalnya mungkin hanya sekadar canda agar orang lain bisa tertawa. Tapi, ucapan tanpa makna itu akhirnya menjadi biasa. Padahal di antara ciri seorang mukmin selalu menghindar dari perbuatan laghwi, tanpa makna.

Allah سبحانا وتعاﱃ berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS. 23: 1-3)



Seorang sahabat Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم , Ibnu Mas’ud (RA), pernah memberikan perbandingan antara seorang mukmin dan fajir. Terutama, tentang cara mereka menilai sebuah dosa.

Beliau (RA) berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin ketika melihat dosanya seakan-akan ia berada di pinggir gunung. Ia takut gunung itu akan menimpa dirinya. Dan seorang yang fajir tatkala melihat dosanya, seperti memandang seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu membiarkannya terbang.” (HR. Bukhari)



Lenyap Rasa Malu

Ketiga, dosa dan maksiat akan melenyapkan rasa malu. Padahal, malu merupakan tonggak kehidupan hati, pokok dari segala kebaikan. Jika rasa malu hilang, maka lenyaplah kebaikan.

Nabi صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Malu adalah kebaikan seluruhnya.” (HR. Bukhari Muslim)



Sulitnya Menyerap Ilmu Keislaman

Keempat, sulitnya menyerap ilmu keislaman. Ini karena dosa mengeruhkan cahaya hati. Padahal, ilmu keislaman merupakan pertemuan antara cahaya hidayah Allah سبحانا وتعاﱃ dengan kejernihan hati.

Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i pernah menuturkan pengalaman pribadinya. Ketika itu, ulama yang biasa disebut Imam Syafi’i ini merasakan adanya penurunan kemampuan menghafal. Ia pun mengadukan hal itu ke seorang gurunya yang bernama Waqi’. Penuturan itu ia tulis dalam bentuk untaian kalimat yang begitu puitis.

Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Waqi’
Beliau memintaku untuk membersihkan diri dari segala dosa dan maksiat
Beliau pun mengajarkanku bahwa ilmu itu cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan pernah menembus pada hati yang pendosa



Enggan Bertemu Sapa Sesama Mukmin

Kelima, ada satu dampak lagi yang cukup memprihatinkan. Seseorang yang hatinya berserakan debu dosa enggan bertemu sapa dengan sesama mukmin. Karena magnit cinta dengan sesama ikhwah mulai redup, melemah. Sementara, kecenderungan bergaul dengan lingkungan tanpa nilai justru menguat. Ada pemberontakan terselubung. Berontak untuk bebas nilai.



Perjalanan hidup memang bukan jalan lurus tanpa terpaan debu. Kian cepat kita berjalan, semakin keras butiran debu menerpa. Berhati-hatilah, karena sekecil apa pun debu, ia bisa mengurangi kemampuan melihat. Sehingga tidak lagi jelas, mana nikmat; mana maksiat.

(Muhammad Nuh)

_____________________________________

Dipetik dan Disunting Dari:
Selalu Ada Debu Dosa
http://brofathur.multiply.com/journal?&page_start=20