Kamis, 06 Mei 2010

KISAH UMAR BIN KHATTAB DAN SEEKOR BURUNG PIPIT (KASIH SAYANG KEPADA SEMUA MAKHLUK)

Ketika umar meninggal, para ulama di kota itu bermimpi bertemu dengan beliau. Mereka pun bertanya : “Engkau adalah sahabat nabi, dan selalu meyertai perjuangan nabi. Pastilah engkau mendapatkan hadiah yang indah dari ALLAH . Apa yang Allah lakukan kepadamu ?

Jawab Umar : Allah telah mengampuniku dan membalas amal perbuatanku.

Namun diluar itu, ada satu yang paling ALLAH sukai dimana akupun tidak menyangka dengan amalan itu Allah sangat dekat denganku.

Amalan apa wahai umar , tolong beritahu kami, pinta para ulama

Kemudian Umar menceritakan bahwa saat dahulu menjabat sebagai khalifah ( kepala pemerintahan), ia sering menyamar sebagai rakyat kecil dan berkeliling kota .

Pada suatu hari ia melihat sekelompok anak –anak kecil sedang bermain. Ditangan mereka tergenggam seekor burung pipit yang terikat dan dijadikan bahan permainan sehingga burung itu tampak kelelahan dan hampir mati. Oleh beliau burung itu hendak diminta, namun tidak diberikan . Akhirnya oleh sayidina umar burung itu dibeli seharga 100 dirham, dan setujulah anak2 kecil tersebut. Oleh beliau diambillah air dan diberinya burung pipit itu minum, dan kemudian dilepaskan burung itu kembali terbang.


Kepada para ulama Sayyidina Umar berkata :

“Tatkala kalian meletakkan jasadku di dalam kubur, dan meninggalkan ku seorang diri, tiba-tiba datanglah 2 malaikat yang sangat menakutkan. Terasa gemetar seluruh persendianku karena takut. Mereka berdua lalu memegang dan mendudukkan ku serta mengajukan pertanyaan.”

Tiba-tiba aku mendengar suara berseru tanpa terlihat siapa pemilik suara tersebut .

“Kalian tinggalkan hambaku ini, dan jangan kalian berbuat yang menakutkan. Sesungguhnya aku menyayanginya dan membalas amal perbuatannya karena dia menyayangi dan menyelamatkan seekor burung pipit pada waktu di dunia. Maka sebagai balasannya, AKUpun menyayanginya di alam akhirat,




Wallahu a'lam bishawab
Dikutip dari Buku Oase Spiritual 1 (hikmah dalam Ujaran & Kisah)
disadur dari kitab klasik Al Mawa’izh al Ushfuriah karya syaikh Muh bin Abu bakar al ushfuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar