tag:blogger.com,1999:blog-11290187188025264172024-03-13T10:41:22.739-07:00OASE PENYEJUK HATIOase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.comBlogger758125tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-28031255829991653522014-10-27T02:10:00.001-07:002014-10-27T02:11:28.565-07:00:: KISAH NABI YANG DIGERGAJI YAHUDI <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-DIFZtLk5qWc/VE4L4K8JE-I/AAAAAAAAB2E/EmcCgciq3JU/s1600/IMG_20140624_213659.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-DIFZtLk5qWc/VE4L4K8JE-I/AAAAAAAAB2E/EmcCgciq3JU/s1600/IMG_20140624_213659.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
Setelah Bani Israil ditinggal sangat lama dengan kematian Nabi Sulaiman, Allah kemudian mengutus Nabi Yesaya (Isaiah). Ketika beliau diutus, Bani Israil pun tengah dipimpin seorang raja yang saleh, Hizkia (Hezekiah). Itulah salah satu masa kedamaian bangsa Yahudi di Yerussalem.<br />
<br />
Yesaya hadir memberikan nasihat kepada mereka. Ia juga menjadi penasihat bagi Hizkia, memberikan saran baik ataupun melarang hal buruk bagi kerajaan Yahudi. Sang nabiyullah pula yang mengambil keputusan segala urusan bagi Bani Israil.Suatu hari, Raja Hizkia ditimpa sebuah penyakit. Kakinya terkena infeksi yang berat sangat. Kematian sudah ada dihadapannya.<br />
<br />
Sementara raja sakit, rombongan pasukan Raja Babilonia, Sennacherib (Sinharib) dikabarkan tengah menuju Yerussalem. Mereka bermaksud menyerbu negeri pimpinan Hizkia dengan 60 ribu pasukan.Raja Hizkia pun kebingungan. Ia khawatir rakyatnya tewas sia dan negerinya porak poranda. Namun ia tak dapat melakukan apa-apa dengan penyakit yang tengah dideritanya. Ia pun meminta nasihat kepada Yesaya, apa yang harus ia lakukan.“Apakah Allah memberikan wahyu kepada Anda mengenai pasukan Sanherib?” Tanya raja, lemas.“Allah belum memberikan wahyu apapun kepadaku tentang itu,” jawab Yesaya.<br />
<br />
Setelah beberapa hari, Yesaya mendapat perintah dari Allah agar Hizkia bersedia turun tahta dan mengangkat raja baru sebagai penggantinya untuk menghadapi serangan Babilonia. Pasalnya, takdir ajal telah dekat dengan Hizkia. Dengan berat hati, Yesaya pun mengatakannya pada sang raja. Namun raja dengan lapang dada menerimanya.Raja Hezkia kemudian segera menghadap kiblat kemudian menengadahkan tangan berdoa.<br />
<br />
Dengan hati yang tulus, sang raja memanjatkan doa, “Ya Tuhan dari segala Tuhan, Ya Raja dari segala raja…. Ya Tuhan yang penuh kebajikan dan penyanyang, Yang tidak tidur dan tidak mengantuk, Yang dapat mengalahkan segala sesuatu… Ingatlah hambaMu ini atas apa yang telah hamba perbuat bagi bangsa Israel. Dan Engkau tentu lebih mengetahuinya, Engkau mengetahui setiap perbuatan hamba dan segala rahasia hamba,” ujar Raja Hezkia, menangis, meminta belas kasih dari Allah Ta’ala.Allah pun menjawab doa raja yang saleh itu.<br />
<br />
Kepada Yesaya Allah berfirman bahwa Dia sangat senang Hezkia memanjatlkan doa kepadaNya. Allah pun memperpanjang usia Hizkia hingga 15 tahun lagi. Mendapat wahyu itu, Yesaya pun segera member kabar kepada sang raja dengan gembira.Mendengar kabar tersebut, Raja Hezkia pun segera menyungkur sujud dan memanjatkan syukur. “Ya Tuhan, Engkau memberikan kerajaan bagi siapa yang Engkau kehendaki. Engkau mengangkat kedudukan siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau mengetahui segala hal ghaib dan nyata. Engkau adalah Al Awwal dan Al Akhir, Engkau memberikan rahmat dan menjawab orang-orang yang kesulitan,” ujar Hezkia memuji Tuhan seluruh alam.Usai sujud syukur, Yesia meminta sang raja untuk mengusap kaki yang infeksi dengan sari daun Ara. Dengan kehendak Allah, penyakit raja sembuh seketika.<br />
<br />
Tak hanya menyembuhkan oenyakit raja, Allah pun menolong Bani Israil dengan mengalahkan tentara Sanherib. Tiba-tiba di pagi hari, seluruh pasukan mati tergeletak, kecuali sang Raja Sanherib dan kelima tangan kanannya, termasuk Nebukadnezar.Mereka dibelenggu selama 70 hari, kemudian dipulangkan ke Babilonia.<br />
<br />
Saat kembali, Raja Sanherib pun menanyakan hal aneh yang terjadi pada mereka. Para tukang sihir negeri itu pun mengatakan kepadanya, “Kami bercerita tentang Tuhan dan nabi mereka, tapi Anda tak pernah mendengarkan kami. Mereka adalah bangsa yang memiliki Tuhan,” ujar para tukang sihir. Sang raja Babilonia pun berkidik, ia kemudian merasa sangat takut akan Allah.Sementara di Yerussalem, setelah perpanjangan usia yang diberikan Allah, Raja Hezkia pun menemui ajalnya. Pasca meninggalnya Hezkia, Yerussalem porak poranda. Kondisi Bani Israil sangat buruk. Yesaya yang masih hidup di tengah mereka pun tetap mendakwahkan tauhid dan menyeru Bani Israil agar tetap di jalan Allah. Ia mengingatkan Bani Israil untuk tetap mengingat Allah meski kondisi negara carut marut.<br />
<br />
Namun salah satu sifat Yahudi adalah menentang para nabi. Meski Yesaya selalu menjadi wali bagi mereka, bangsa Israil itu justru marah kepadanya. Mereka geram dengan ceramah Yesaya. Mereka pun kemudian memusuhi nabiyullah dan berencana membunuhnya.Hingga suatu hari, Yesaya tengah melewati sebuah pohon. Sementara Bani Israil mengejarnya untuk membunuhnya. Lalu tiba-tiba pohon yang dilewati sang utusan Allah itu terbuka. Yesaya pun masuk dan berlindung di dalam pohon. Namun Syaithan melihat Yesaya masuk ke dalam pohon. Syaithan pun kemudian membuah jubah sang nabi terjepit sehingga terlihat oleh Bani Israil. Melihatnya, Bani Israil pun segera mengambil gergaji kemudian menggergaji pohon itu. Yesaya pun wafat dibunuh oleh umatnya sendiri.Kisah Nabi Yesaya tersebut tak tercantum dalam Al Qur’an, pun tak dikabarkan oleh Rasulullah.<br />
<br />
Sebenarnya jumlah nabi -nabi itu banyak sekali. Ada yang menyebutkan 124.000 ribu. Namun dalam Al Quran yang diceritakan sebanyak 25 nabi.<br />
Dalam ajaran Islam, nama Yesaya juga tak termasuk dalam nama 25 nabi yang harus diketahui. Hanya saja, Ibnu Katsir memasukkan kisah Yesaya tersebut dalam kitabnya “Qashshashul Anbiya”.<br />
<br />
Menurut Ibn Katsir, mengutip dari riwayat Muhammad Ibn Ishaq, Nabi Yesaya merupakan nabi yang muncul sebelum era Nabi Zakaria dan Yahya. Beliau bahkan salah satu nabi yang bernubuat mengenai Nabi Isa dan Nabi Muhammad Rasulullah.<br />
<br />
Silahkan merujuk kembali kitab Ibn Katsir tersebut.<br />
<br />
<br />
<br />
Republika online</div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-46259674585359811662014-10-23T18:19:00.001-07:002014-10-23T18:19:15.564-07:00:: SUBHANALLAH KEISTIMEWAAN HARI JUMAT (SAYYIDUL AYYAM)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-i0at2NMsblI/VEmoy1RzMFI/AAAAAAAAB10/8Do8hmvXSG8/s1600/SI_20141010_084632.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-i0at2NMsblI/VEmoy1RzMFI/AAAAAAAAB10/8Do8hmvXSG8/s1600/SI_20141010_084632.jpeg" height="320" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Segala puji bagi Allah , Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjunan kita yakni habibana wanabiyana Muhammad SAW. Dan semoga hari- hari kita selalu diberkahi Alloh SWT dan tetap berada dalam keridhaan serta rahmatNya. Amin.<br />
<br />
Abu Hurairah ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda: "Allah telah memalingkan orang-orang sebelum kita untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari raya mereka, oleh karena itu hari raya orang Yahudi adalah hari Sabtu, dan hari raya orang Nasrani adalah hari Ahad, kemudian Allah memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari raya, sehingga Allah menjadikan hari raya secara berurutan, yaitu hari Jum'at, Sabtu dan Ahad.<br />
<br />
Dan di hari kiamat mereka pun akan mengikuti kita seperti urutan tersebut, walaupun di dunia kita adalah penghuni yang terakhir, namun di hari kiamat nanti kita adalah urutan terdepan yang akan diputuskan perkaranya sebelum seluruh makhluk". (HR. Muslim)<br />
<br />
Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: "Hari ini dinamakan Jum'at, karena artinya merupakan turunan dari kata al-jam'u yang berarti perkumpulan, karena umat Islam berkumpul pada hari itu setiap pekan di balai-balai pertemuan yang luas. Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin berkumpul untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya. Allah SWT berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (QS. 62:9)<br />
<br />
Maksudnya, pergilah untuk melaksanakan shalat Jum'at dengan penuh ketenangan, konsentrasi dan sepenuh hasrat, bukan berjalan dengan cepat-cepat, karena berjalan dengan cepat untuk shalat itu dilarang. Al-Hasan Al-Bashri berkata: Demi Allah, sungguh maksudnya bukanlah berjalan kaki dengan cepat, karena hal itu jelas terlarang. Tapi yang diperintahkan adalah berjalan dengan penuh kekhusyukan dan sepenuh hasrat dalam hati. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir : 4/385-386).<br />
<br />
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata: Hari Jum'at adalah hari ibadah. Hari ini dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam sepekan, laksana bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Waktu mustajab pada hari Jum'at seperti waktu mustajab pada malam lailatul qodar di bulan Ramadhan. (Zadul Ma'ad: 1/398).<br />
<br />
KEUTAMAAN HARI JUM'AT<br />
<br />
1. Hari Terbaik<br />
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabada: "Hari terbaik dimana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari jum'at<br />
<br />
2. Terdapat Waktu Mustajab untuk Berdo'a.<br />
Abu Hurairah ra berkata Rasulullah saw bersabda:" Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah saw mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu (H. Muttafaqun Alaih)<br />
<br />
Ibnu Qayyim Al Jauziah - setelah menjabarkan perbedaan pendapat tentang kapan waktu itu - mengatakan: "Diantara sekian banyak pendapat ada dua yang paling kuat, sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadits yang sahih, pertama saat duduknya khatib sampai selesainya shalat. Kedua, sesudah Ashar, dan ini adalah pendapat yang terkuat dari dua pendapat tadi (Zadul Ma'ad Jilid I/389-390).<br />
<br />
3. Sedekah pada hari itu lebih utama dibanding sedekah pada hari-hari lainnya.<br />
Ibnu Qayyim berkata: "Sedekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya laksana sedekah pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya". Hadits dari Ka'ab menjelaskan: "Dan sedekah pada hari itu lebih mulia dibanding hari-hari selainnya".(Mauquf Shahih)<br />
<br />
4. Hari tatkala Allah SWT menampakkan diri kepada hamba-Nya yang beriman di Surga.<br />
Sahabat Anas bin Malik ra dalam mengomentari ayat: "Dan Kami memiliki pertambahannya" (QS.50:35) mengatakan: "Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum'at".<br />
<br />
5. Hari besar yang berulang setiap pekan.Ibnu Abbas berkata : Rasulullah saw bersabda: "Hari ini adalah hari besar yang Allah tetapkan bagi ummat Islam, maka siapa yang hendak menghadiri shalat Jum'at hendaklah mandi terlebih dahulu ……". (HR. Ibnu Majah)<br />
<br />
6. Hari dihapuskannya dosa-dosa<br />
Salman Al Farisi berkata : Rasulullah saw bersabda: "Siapa yang mandi pada hari Jum'at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum'at". (HR. Bukhari)<br />
<br />
7. Orang yang berjalan untuk shalat Jum'at akan mendapat pahala untuk tiap langkahnya, setara dengan pahala ibadah satu tahun shalat dan puasa.Aus bin Aus berkata: Rasulullah saw bersabda:"Siapa yang mandi pada hari Jum'at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah".(HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah).<br />
<br />
8. Wafat pada malam hari Jum'at atau siangnya adalah tanda husnul khatimah, yaitu dibebaskan dari fitnah (azab) kubur.Diriwayatkan oleh Ibnu Amru , bahwa Rasulullah saw bersabda:"Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum'at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur". (HR. Ahmad dan Tirmizi, dinilai shahih oleh Al-Bani).<br />
<br />
Subhanallah, sungguh luar biasa sekali Alloh SWT menciptakan segala sesuatu , semua dengan manfaatnya tidak ada yang sia-sia , semoga kualitas keimanan kita semakin meningkat dan selalu tetap bersyukur dengan apa yang telah Alloh berikan kepada kita. amiin<br />
<br />
Allahumma shalli wassalim alaa Nabiyyina Muhammad </div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-83452668876897620412014-08-04T03:50:00.003-07:002014-08-04T03:50:45.223-07:00:: TENTANG PUASA SYAWAL DAN LIMA KEUTAMAANNYA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="userContent"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-BtB5qXQiNog/U99lWPNgrrI/AAAAAAAAB1g/Ax-L3VEbuXM/s1600/oase+puasa+syawal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-BtB5qXQiNog/U99lWPNgrrI/AAAAAAAAB1g/Ax-L3VEbuXM/s1600/oase+puasa+syawal.jpg" height="239" width="320" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53df645bf29063c25444362">
<br /> <br /> Bagi yang ingin menunaikannya masih ada waktu. Yuk jangan lewatkan.<br /> <br /> <i><b>Faedah pertama : Puasa syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh. </b></i> </div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53df645bf29063c25444362">
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /> <span class="text_exposed_show"><br /> مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ<br /> <br /> <i><b>“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”[1]</b></i> <br />
Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya
karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal.
Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh, -pen) sama dengan (berpuasa) selama
sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di
bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari =
2 bulan).[2] <br /> <br /> Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan
puasa Syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan,
maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini dikuatkan
oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,<br /> <br /> مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا<br /> <br />
“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti
berpuasa setahun penuh. [Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya
sepuluh kebaikan semisal][3].”[4] <br /> <br /> Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal.[5] <br /> <br /> Inilah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan pada umat Islam.<br /> <br /> Cara melaksanakan puasa Syawal adalah:<br />
* Puasanya dilakukan selama enam hari.Lebih utama dilaksanakan sehari
setelah Idul Fithri, namun tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih
di bulan Syawal.<br /> <br /> * Lebih utama dilakukan secara berurutan namun tidak mengapa jika dilakukan tidak berurutan.<br /> <br /> * Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh. <br /> <br />
* Dan ingatlah puasa Syawal adalah puasa sunnah sedangkan qodho’
Ramadhan adalah wajib. Sudah semestinya ibadah wajib lebih didahulukan
daripada yang sunnah.<br /> <br /> <i><b>Faedah kedua : Puasa syawal seperti
halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan
menyempurnakan ibadah wajib.</b></i>Yang dimaksudkan di sini bahwa puasa syawal
akan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa wajib di
bulan Ramadhan sebagaimana shalat sunnah rawatib yang menyempurnakan
ibadah wajib. <br /> <br /> Amalan sunnah seperti puasa Syawal nantinya akan
menyempurnakan puasa Ramadhan yang seringkali ada kekurangan di
sana-sini. Inilah yang dialami setiap orang dalam puasa Ramadhan, pasti
ada kekurangan yang mesti disempurnakan dengan amalan sunnah.[6]<br /> <br /> <i><b>Faedah ketiga : Melakukan puasa syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan.</b></i><br /> <br />
Jika Allah subhanahu wa ta’ala menerima amalan seorang hamba, maka Dia
akan menunjuki pada amalan sholih selanjutnya. Jika Allah menerima
amalan puasa Ramadhan, maka Dia akan tunjuki untuk melakukan amalan
sholih lainnya, di antaranya puasa enam hari di bulan Syawal.[7] <br /> <br /> Hal ini diambil dari perkataan sebagian salaf,<br /> <br /> مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا<br /> <br /> “Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”[8]<br /> <br />
Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan perkataan salaf lainnya,
“Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya.
Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan
lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu
pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan
dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak
diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”[9]<br /> <br />
Renungkanlah, Bagaimana lagi jika seseorang hanya rajin shalat di bulan
Ramadhan (rajin shalat musiman), namun setelah Ramadhan shalat lima
waktu begitu dilalaikan? Pantaskah amalan orang tersebut di bulan
Ramadhan diterima?<br /> <br /> Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts ‘Ilmiyyah
wal Ifta’ (komisi fatwa Saudi Arabia) mengatakan, “Adapun orang yang
melakukan puasa Ramadhan dan mengerjakan shalat hanya di bulan Ramadhan
saja, maka orang seperti ini berarti telah melecehkan agama Allah. <br /> <br />
(Sebagian salaf mengatakan), “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal
Allah (rajin ibadah, pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.” Oleh karena
itu, tidak sah puasa seseorang yang tidak melaksanakan shalat di luar
bulan Ramadhan. Bahkan orang seperti ini (yang meninggalkan shalat)
dinilai kafir dan telah melakukan kufur akbar, walaupun orang ini tidak
menentang kewajiban shalat. Orang seperti ini tetap dianggap kafir
menurut pendapat ulama yang paling kuat.”[10] Hanya Allah yang memberi
taufik.<br /> <br /> <i><b>Faedah keempat: Melaksanakan puasa syawal adalah
sebagai bentuk syukur pada Allah.</b></i> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53df645bf29063c25444362">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53df645bf29063c25444362">
<span class="text_exposed_show">Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu
nikmat ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadhan. Bukankah kita
telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan shalat malam selama sebulan
penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah, begitu pula dengan amalan
menghidupkan malam lailatul qadr di akhir-akhir bulan Ramadhan? Ibnu
Rajab mengatakan, “Tidak ada nikmat yang lebih besar dari pengampunan
dosa yang Allah anugerahkan.”[11] <br /> <br /> Sampai-sampai Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun yang telah diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu dan akan datang banyak melakukan shalat malam. Ini semua
beliau lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang
Allah berikan. <br /> <br /> Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ditanya oleh istri tercinta beliau yaitu ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha
mengenai shalat malam yang banyak beliau lakukan, beliau pun mengatakan,<br /> <br /> أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا<br /> <br /> “Tidakkah aku senang menjadi hamba yang bersyukur?”[12]<br /> <br />
Begitu pula di antara bentuk syukur karena banyaknya ampunan di bulan
Ramadhan, di penghujung Ramadhan (di hari Idul fithri), kita dianjurkan
untuk banyak berdzikir dengan mengangungkan Allah melalu bacaan takbir
“Allahu Akbar”. Ini juga di antara bentuk syukur sebagaimana Allah
Ta’ala berfirman,<br /> <br /> وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ<br /> <br />
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa
pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.”(QS. Al Baqarah: 185)<br /> <br /> Begitu pula para salaf
seringkali melakukan puasa di siang hari setelah di waktu malam mereka
diberi taufik oleh Allah untuk melaksanakan shalat tahajud.Ingatlah
bahwa rasa syukur haruslah diwujudkan setiap saat dan bukan hanya sekali
saja ketika mendapatkan nikmat. Namun setelah mendapatkan satu nikmat,
kita butuh pada bentuk syukur yang selanjutnya. Ada ba’it sya’ir yang
cukup bagus: “Jika syukurku pada nikmat Allah adalah suatu nikmat, maka
untuk nikmat tersebut diharuskan untuk bersyukur dengan nikmat yang
semisalnya”.<br /> <br /> Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Setiap nikmat
Allah berupa nikmat agama maupun nikmat dunia pada seorang hamba, semua
itu patutlah disyukuri. Kemudian taufik untuk bersyukur tersebut juga
adalah suatu nikmat yang juga patut disyukuri dengan bentuk syukur yang
kedua. Kemudian taufik dari bentuk syukur yang kedua adalah suatu nikmat
yang juga patut disyukuri dengan syukur lainnya. Jadi, rasa syukur akan
ada terus sehingga seorang hamba merasa tidak mampu untuk mensyukuri
setiap nikmat. Ingatlah, syukur yang sebenarnya adalah apabila seseorang
mengetahui bahwa dirinya tidak mampu untuk bersyukur (secara
sempurna).”[13]<br /> <br /> <i><b>Faedah kelima: Melaksanakan puasa syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu dan bukan musiman saja. [14]</b></i><br /> <br />
Amalan yang seseorang lakukan di bulan Ramadhan tidaklah berhenti
setelah Ramadhan itu berakhir. Amalan tersebut seharusnya berlangsung
terus selama seorang hamba masih menarik nafas kehidupan.<br /> <br />
Sebagian manusia begitu bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadhan
karena mereka merasa berat ketika berpuasa dan merasa bosan ketika
menjalaninya. Siapa yang memiliki perasaan semacam ini, maka dia
terlihat tidak akan bersegera melaksanakan puasa lagi setelah Ramadhan
karena kepenatan yang ia alami. <br /> <br /> Jadi, apabila seseorang segera
melaksanakan puasa setelah hari ‘ied, maka itu merupakan tanda bahwa ia
begitu semangat untuk melaksanakan puasa, tidak merasa berat dan tidak
ada rasa benci.Ada sebagian orang yang hanya rajin ibadah dan shalat
malam di bulan Ramadhan saja, lantas dikatakan kepada mereka,<br /> <br /> بئس القوم لا يعرفون لله حقا إلا في شهر رمضان إن الصالح الذي يتعبد و يجتهد السنة كلها<br /> <br /> “Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadhan saja. <br /> <br />
Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin
shalat malam sepanjang tahun.” Ibadah bukan hanya di bulan Ramadhan,
Rajab atau Sya’ban saja.Asy Syibliy pernah ditanya, “Bulan manakah yang
lebih utama, Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, “Jadilah
Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah
jadilah hamba Rabbaniy yang rajin ibadah di setiap bulan sepanjang tahun
dan bukan hanya di bulan Sya’ban saja. Kami kami juga dapat mengatakan,
“Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Romadhoniyyin.” Maksudnya,
beribadahlah secara kontinu (ajeg) sepanjang tahun dan jangan hanya di
bulan Ramadhan saja. Semoga Allah memberi taufik.<br /> <br /> ‘Alqomah
pernah bertanya pada Ummul Mukminin ‘Aisyah mengenai amalan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah beliau mengkhususkan hari-hari
tertentu untuk beramal?” ‘Aisyah menjawab,<br /> <br /> لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً<br /> <br /> “Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (ajeg).”[15]<br /> <br /> Amalan seorang mukmin barulah berakhir ketika ajal menjemput. <br /> <br />
Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah
menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin selain
kematian.” Lalu Al Hasan membaca firman Allah,<br /> <br /> وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ<br /> <br /> “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99).[16] <br /> <br />
Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan mayoritas ulama mengatakan bahwa “al yaqin”
adalah kematian. Dinamakan demikian karena kematian itu sesuatu yang
diyakini pasti terjadi.<br /> <br /> Az Zujaaj mengatakan bahwa makna ayat
ini adalah sembahlah Allah selamanya. Ahli tafsir lainnya mengatakan,
makna ayat tersebut adalah perintah untuk beribadah kepada Allah
selamanya, sepanjang hidup.[17]<br /> <br /> Sebagai penutup, perhatikanlah
perkataan Ibnu Rajab berikut, “Barangsiapa melakukan dan menyelesaikan
suatu ketaaatan, maka di antara tanda diterimanya amalan tersebut adalah
dimudahkan untuk melakukan amalan ketaatan lainnya. Dan di antara tanda
tertolaknya suatu amalan adalah melakukan kemaksiatan setelah melakukan
amalan ketaatan. Jika seseorang melakukan ketaatan setelah sebelumnya
melakukan kejelekan, maka kebaikan ini akan menghapuskan kejelekan
tersebut. <br /> <br /> Yang sangat bagus adalah mengikutkan ketaatan setelah melakukan ketaatan sebelumnya. <br /> <br />
Sedangkan yang paling jelek adalah melakukan kejelekan setelah
sebelumnya melakukan amalan ketaatan. Ingatlah bahwa satu dosa yang
dilakukan setelah bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan
sebelum bertaubat. …<br /> <br /> Mintalah pada Allah agar diteguhkan dalam
ketaatan hingga kematian menjemput. Dan mintalah perlindungan pada Allah
dari hati yang terombang-ambing.”[18]<br /> <br /> Semoga Allah senantiasa
memberi taufik kepada kita untuk istiqomah dalam ketaatan hingga maut
menjemput. Hanya Allah yang memberi taufik. <br /> <br /> Semoga Allah
menerima amalan kita semua di bulan Ramadhan dan memudahkan kita untuk
menyempurnakannya dengan melakukan puasa Syawal.Segala puji bagi Allah
yang denganNya kebaikan menjadi sempurna<br /> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53df645bf29063c25444362">
<span class="text_exposed_show"><br /> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53df645bf29063c25444362">
<span class="text_exposed_show">Wallahu a'lam bishawab </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53df645bf29063c25444362">
<span class="text_exposed_show">Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal</span></div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-75077514966692856502014-07-18T22:08:00.001-07:002014-07-18T22:08:18.338-07:00:: SHALAT TARAWIH BISA MERAIH PAHALA SHALAT SEMALAM SUNTUK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-uq1671OBT2M/U8n9HpYq3aI/AAAAAAAAB0w/bbdAdy5zwvU/s1600/oase+shalat+tarawih.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-uq1671OBT2M/U8n9HpYq3aI/AAAAAAAAB0w/bbdAdy5zwvU/s1600/oase+shalat+tarawih.jpg" height="320" width="238" /></a></div>
<span class="userContent"><br /> <br /> Ternyata shalat tarawih walau kita lakukan 30 – 60 menit, bisa meraih pahala shalat semalam suntuk. Bagaimana bisa demikian?<br /> <span class="text_exposed_show"><br />
Dari Abu Dzar, ia berkata,“Kami pernah berpuasa bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidaklah pernah melaksanakan
shalat malam bersama kami hingga tersisa tujuh hari bulan Ramadhan.
Beliau lantas shalat bersama kami hingga berlalu sepertiga malam. Ketika
tersisa enam hari, beliau tidak shalat bersama kami. Namun ketika
tersisa lima hari, beliau shalat bersama kami hingga berlalu pertengahan
malam. Kami katakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Bagaimana seandainya kami melakukan shalat sunnah lagi untuk malam yang
tersisa ini?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya siapa saja yang shalat
bersama imam hingga imam itu selesai, maka ia dicatat telah mengerjakan
shalat semalam suntuk (semalam penuh).”Beliau tatkala itu tidak shalat
bersama kami hingga Ramadhan tersisa tiga hari. Beliau shalat bersama
kami pada tersisa tiga hari dari Ramadhan. Beliau lantas mengerjakan
shalat malam kala itu bersama keluarga dan istri-istrinya hingga kami
khawatir dengan “falah”.<br /> <br /> Aku bertanya padanya, “Apa yang
dimaksud falah?” Ia menjawab, “Yaitu waktu sahur.” (HR. Tirmidzi no.
806. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)<br /> <br />
Hadits di atas menunjukkan bagaimanakah keutamaan yang besar dari
shalat tarawih. Walau cuma lakukan sesaat bersama imam, tidak sampai
semalam penuh, namun tetap pahalanya dicatat semalam penuh. Itulah
hikmah yang luar biasa jika seseorang shalat bersama imam hingga imam
selesai, asalkan thuma’ninah. <br /> Hadits di atas pun menunjukkan bagaimanakah semangat beliau dalam melakukan shalat malam hingga bisa sampai waktu sahur.<br /> <br />
Adapun beliau hanya melakukan selama tiga malam saja hanyalah bertujuan
agar umatnya tidak menganggapnya wajib. Namun setelah beliau wafat,
para salaf sudah merutinkan shalat tarawih secara berjama’ah karena
sudah tidak dianggap wajib lagi.<br /> <br /> Keutamaan shalat tarawih yang
lainnya disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /> <br /> “Barangsiapa melakukan
qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang
telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim, shahih)<br /> <br /> Subhanallah, Semoga Allah menyampaikan kita pada ampunan, rahmat serta keridhaan Nya. Aamiin</span></span><br />
<br />
<br />
<span class="userContent"></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"></span></span><span class="userContent">Muh. Abduh Tuasikal, MSc. </span><br />
<br />
</div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-65177400150921926612014-07-18T22:04:00.002-07:002014-07-18T22:05:59.811-07:00:: PERBANYAKLAH DOA DI BULAN RAMADHAN KARENA TERMASUK WAKTU YANG MUSTAJAB<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-4eiwsaxc4SM/U8n8QCrVWoI/AAAAAAAAB0o/hogDTWZslgs/s1600/oase+ramadhan+bulan+berdoa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-4eiwsaxc4SM/U8n8QCrVWoI/AAAAAAAAB0o/hogDTWZslgs/s1600/oase+ramadhan+bulan+berdoa.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<span class="userContent"><br /> <br /> </span><br />
<br />
<span class="userContent">Ramadhan adalah bulan doa di mana saat ini doa begitu diperkenankan.
Jadi perbanyaklah doa memohon setiap hajat kita, baik hajat dunia maupun
akhirat kepada Allah Ta’ala.<br /> <br /> Allah Ta’ala berfirman,<br /> <span class="text_exposed_show"><br />
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ<br /> <br /> “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS. Al Baqarah: 186)<br /> <br /> Ibnu Katsir menerangkan bahwa masalah ini
disebutkan di sela-sela penyebutan hukum puasa. Ini menunjukkan akan
anjuran memperbanyak doa ketika bulan itu sempurna, bahkan diperintahkan
memperbanyak doa tersebut di setiap kali berbuka puasa. (Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 2: 66).<br /> <br /> Apa yang dikatakan oleh Ibnu Katsir
menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah salah waktu terkabulnya doa.
Namun doa itu mudah diijabahi jika seseorang punya keimanan yang benar.<br /> <br />
Ibnu Taimiyah berkata, “Terkabulnya doa itu dikarenakan benarnya
i’tiqod, kesempurnaan ketaatan karena di akhir ayat disebutkan, ” dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.” (Majmu’ Al Fatawa, 14: 33-34).<br /> <br /> Ramadhan adalah
waktu terkabulnya doa dikuatkan lagi dengan hadits dari Jabir bin
‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam<br /> ”Sesungguhnya
Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di
bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka
pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar. Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid
10: 14) mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-.<br /> <br /> Tiga waktu yang bisa digunakan untuk memperbanyak doa:<br /> <br /> 1- Waktu sahur<br /> <br /> Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /> <br />
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa
sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdo’a
kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka
akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku
ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758). Imam Nawawi berkata,
“Pada waktu itu adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang
diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna kala itu.”
(Syarh Shahih Muslim, 6: 36).<br /> <br /> Ibnu Hajar juga menjelaskan
hadits di atas dengan berkata, “Doa dan istighfar di waktu sahur adalah
diijabahi (dikabulkan).” (Fathul Bari, 3: 32).<br /> <br /> 2- Saat berpuasa<br /> <br /> Dari Abu Hurairah, Nabi saw<br />
“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia
berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad,
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih<br /> <br />
Kata Imam Nawawi, “Disunnahkan orang yang berpuasa berdoa saat berpuasa
dalam urusan akhirat dan dunianya, juga doa yang ia sukai, begitu pula
doa kebaikan untuk kaum muslimin.”(Al Majmu’, 6: 273)<br /> <br /> 3- Ketika berbuka puasa<br /> <br /> Nabi saw Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : </span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">(1) Pemimpin yang adil, <br /> (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, <br /> (3) Do’a orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi)<br /> <br />
Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena saat itu orang yang
berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan
merendahkan diri...<br /> <br /> Semoga Allah merahmati, mengampuni dan memperkenankan doa-doa kita, khususnya di bulan Ramadhan .. Aamiin.َ</span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-16397261008217888812014-07-18T22:02:00.003-07:002014-07-18T22:02:19.004-07:00:: RAMADHAN MENGAJARKAN LEMAH LEMBUT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-3mqxR-4SQyU/U8nusdVQpWI/AAAAAAAABzI/zkAE2eUL2Wk/s1600/oase+qanaah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-3mqxR-4SQyU/U8nusdVQpWI/AAAAAAAABzI/zkAE2eUL2Wk/s1600/oase+qanaah.jpg" /></a></div>
<span class="userContent"><br /> Kajian Ramadhan<br /> <br /> Hikmah Ramadhan mengajarkan pada kita untuk bersikap lemah lembut, tidak lekas marah jika ada yang mengganggu kita. <br /> <span class="text_exposed_show"><br /> Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /> <br />
وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ،
فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ
صَائِمٌ .“<br /> <br /> Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka
janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada
seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan:
sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1904 dan Muslim no.
1151)<br /> <br /> Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Termasuk yang
dianjurkan adalah jika seseorang dicela oleh orang lain atau diajak
berkelahi ketika dia sedang berpuasa, maka katakanlah “Inni shoo-imun,
inni shoo-imun [artinya: Aku sedang puasa, aku sedang puasa]”, sebanyak
dua kali atau lebih.” (Al Adzkar, hal. 183)<br /> <br /> Imam Nawawi
rahimahullah menguatkan pendapat bahwa ucapan “inni shoimun (aku sedang
puasa” hendaklah diucap. Demikian yang beliau ungkapkan dalam Al Adzkar.
Namun dalam Syarhul Muhadzdzab, beliau berkata bahwa baik mengucapkan
di lisan atau cukup dalam hati, keduanya sama-sama baik. Namun
mengucapkan di lisan itu lebih baik. Seandainya menggabungkan di antara
kedua (di lisan dan batin), itu pun baik. <br /> <br /> Oleh karenanya, Ima
Bukhari membawakan judul bab tentang masalah ini dengan konteks
pertanyaan, “Apakah dengan lisan mengucapkan aku sedang puasa kala
dicela?” Sedangkan Ar Ruwyani berpendapat bahwa untuk berpuasa wajib di
bulan Ramadhan, saat dicela hendaklah mengucapkan dengan lisan “aku
sedang puasa”. Namun untuk selain puasa Ramadhan, maka cukup dalam batin
saja. Ibnul ‘Arabi sendiri mengklaim bahwa letak perselisihan adalah
pada puasa sunnah. Adapun untuk puasa wajib tetap mengucapkan dengan
lisan. Demikian diterangkan dalam Fathul Bari karya Ibnu Hajar.<br /> <br />
Penjelasan hadits di atas menunjukkan bahwa puasa Ramadhan mengajarkan
untuk bersikap lemah lembut. Sungguh, ini benar-benar akhlak yang luhur.
Lemah lembut adalah akhlak para nabi, perilaku dari orang terhormat dan
mulia.Bahkan dengan lemah lembut membuat seseorang akan semakin mulia. <br /> <br />
Maka ketika Urwah bin Zubair tatkala dicela dengan kata-kata jelek,
maka ia cukup berkata,إني أتركك رفعا لنفسي“Aku membiarkanmu hanya untuk
membuat diriku lebih mulia.” (Ramadhan Durus, hal. 183)<br /> <br /> Ibnu
Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata yang baik dapat
menghilangkan permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman Allah
Ta’ala<br /> <br /> ,ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ“<br /> <br />
Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34-35). Menolak
kejelekan di sini bisa dengan perkataan dan tingkah laku yang baik.”
(Syarh al Bukhari, 17: 273)<br /> <br /> Sahabat yg mulia, Ibnu ‘Abbas
-radhiyallahu ‘anhuma- mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang
beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan
kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat
jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya
dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang
semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik
semacam ini.”Ibnu Katsir rahimahullahmengatakan, “Namun yang mampu
melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena
membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat
bagi setiap jiwa.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12: 243)<br /> <br /> Ya Allah karuniakanlah pada kami akhlak yang santun dan sikap lemah lembut..<br /> </span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br /> </span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Muh. Abduh Tuasikal</span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-59670940915855974412014-07-18T21:59:00.006-07:002014-07-18T21:59:47.081-07:00:: ADA BANYAK KEKASIH ALLAH YANG TAK KITA KENAL .. (SEBUAH KISAH NYATA)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-56-w1gxrsmo/U8nu2_GbpZI/AAAAAAAABzQ/uXy8yIKRvzw/s1600/oase+tingkatan+ikhlas.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-56-w1gxrsmo/U8nu2_GbpZI/AAAAAAAABzQ/uXy8yIKRvzw/s1600/oase+tingkatan+ikhlas.jpeg" /></a></div>
<br />
<br />
<span class="userContent">Cerita dari Salim A. Fillah “Suatu malam, Ustadz Muhammad Nazhif Masykur berkunjung ke rumah. <br /> <br /> Setelah membicarakan beberapa hal, beliau bercerita tentang tukang becak di sebuah kota, di Jawa Timur.<br /> <br /> ”Salim melanjutkan, “Ini baru cerita, k<span class="text_exposed_show">ata saya.<br /> <br /> Yang saya catat adalah, pernyataan misi hidup tukang becak itu :<br /> <br /> 1.Jangan Pernah Menyakiti;<br /> <br /> 2.Hati-hati Memberi Makan Istri.<br /> <br />
“Antum pasti tanya,” kembali Salim melanjutkan ceritanya sembari
menirukan kekata ustadz Muhammad, “tukang becak macam apakah ini
sehingga punya mission statement segala?<br /> <br /> Saya juga tertakjub dan berulang kali berseru, <br /> <br /> “Subhanallah!”<br /> <br /> mendengar kisah hidup bapak berusia 55 tahun ini. Beliau ini Hafizh Qira’at Sab’ah!!! <br /> <br />
Beliau menghafal Al-Qur’an lengkap dengan tujuh lagu qira’at seperti
saat ia diturunkan; qira’at Imam Hafsh, Imam Warasy, dan lainnya.<br /> <br /> ”“Dua kalimat itu sederhana. Tetapi bayangkanlah sulitnya mewujudkan hal itu bagi kita. Jangan pernah menyakiti.<br /> <br /> Dalam tafsir beliau di antaranya adalah soal tarif becaknya.<br /> <br /> Jangan sampai ada yang menawar, karena menawar menunjukkan ketidakrelaan dan ketersakitan.<br /> <br /> Misalnya ada yang berkata, “Pak terminal 5000 ya” terus dijawab, “Waduh, nggak bisa, 7000 mbak”, namanya sudah menyakiti.<br /> <br /> Makanya beliau tak pernah pasang tarif. “Pak terminal 5000 ya” jawabnya pasti OK.<br /> <br /> “Pak terminal 3000 ya” jawabnya juga OK, <br /> <br /> bahkan kalau, “Pak terminal 1000 ya” jawabnya juga sama, OK.<br /> <br /> Gusti Allah! Manusia macam apa ini.<br /> <br /> Kalimat kedua, hati-hati memberi makan istri, artinya sang istri hanya akan makan dari keringat dan becak tuanya.<br /> <br /> Rumahnya berdinding gedheg. Istrinya berjualan gorengan. Stop. Jangan dikira beliau tidak bisa mengambil yang lebih dari itu.<br /> <br /> Harap tahu, putra beliau dua orang. Hafizh Qur’an semua.<br /> <br /> Salah satunya sudah menjadi dosen terkenal PTN terkemuka di Jakarta.<br /> <br />
Adiknya, tak kalah sukses. Pejabat strategis di pemerintah baru
sekarang.Uniknya, saat pulang, anak-anak sukses ini tak berani
berpenampilan ‘wah’. <br /> <br /> Mobil ditinggal beberapa blok dari rumah. Semua asesoris diri; arloji, handphone dilucuti. <br /> <br /> Bahkan baju parlente diganti kaos oblong dan celana sederhana. Ini adab, tatakrama.<br /> <br /> Sudah berulangkali sang putra mencoba meminta bapak dan ibunya ikut ke Jakarta. Tetapi tidak pernah tersampaikan.<br /> <br /> Setiap kali akan bicara serasa tercekat di tenggorokan, lalu mereka hanya bisa menangis. Menangis.<br /> <br />
Sang bapak selalu bercerita tentang kebahagi</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
aannya, dan dia
mempersilakan putra-putranya untuk menikmati kebahagiaan mereka sendiri.<br /> <br />
Salim melanjutkan, “Waktu saya ceritakan ini pada istri di Gedung Bedah
Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyarta keesokan harinya, kami menangis.<br /> <br /> Ada banyak kekasih Allah yang tak kita kenal….,<br /> <br /> ”Ah, benar sekali; ada banyak kekasih Allah dan ‘manusia langit’ yang tak kita kenali….</div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-29906841346373306032014-07-18T21:55:00.001-07:002014-07-18T22:00:22.807-07:00:: MENGKHATAMKAN AL-QUR'AN DI BULAN RAMADHAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-TnVK3xIZVI4/U8n7WZkN5YI/AAAAAAAAB0g/kmGFNEQi1O0/s1600/OASE+MEMBACA+AL+QURAN.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-TnVK3xIZVI4/U8n7WZkN5YI/AAAAAAAAB0g/kmGFNEQi1O0/s1600/OASE+MEMBACA+AL+QURAN.jpg" height="122" width="320" /></a></div>
<span class="userContent"><br /> <br /> Haruskah mengkhatamkan Al Quran di bulan Ramadhan? <br /> <br /> Bulan Ramadhan adalah bulan Al Quran.<br /> <span class="text_exposed_show"><br /> Di antara ayat yang membuktikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Al Quran yaitu,<br /> <br /> شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ<br /> <br />
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran” (QS. Al Baqarah: 185). <br /> <br />
Ayat ini masih membicarakan puasa Ramadhan. Berarti bisa dipahami bahwa
bulan Ramadhan adalah bulan yang dikhususkan bagi kita untuk mengkaji
Al Quran.<br /> <br /> Khatam Al Quran di Bulan Ramadhan<br /> <br /> Apakah mesti Al Quran itu dikhatamkan di bulan Ramadhan, baik saat shalat tarawih maupun di luar shalat?<br /> <br />
Ibnu Taimiyah berkata, “Dalam shalat tarawih disunnahkan untuk
mengkhatamkan Al Quran kala itu. Inilah yang disepakati oleh para ulama
bahkan itulah bagian dari maksud tarawih. Tujuannya adalah supaya kaum
muslimin bisa mendengarkan Al Quran seluruhnya di bulan Ramadhan. Karena
bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Quran.<br /> <br />
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang begitu semangat
melakukan kebaikan. Beliau lebih bertambah semangat lagi di bulan
Ramadhan, saat itu pula Jibril mengajari beliau Al Quran.” (Majmu’ Al
Fatawa, 23: 122-123).<br /> <br /> Jelas sekali apa yang dikatakan oleh Ibnu
Taimiyah rahimahullah. Hal ini dianjurkan oleh para ulama supaya kaum
muslimin bisa mendengar Al Quran seluruhnya selama sebulan penuh. Kalau
ini tidak kita dapatkan dalam shalat, maka kita peroleh dengan tilawah
Al Quran di luar shalat dari mushaf.<br /> <br /> Memang tidak Harus <br /> <br /> Semua tergantung semangat, kemampuan dan kekuatan masing- masing<br /> <br />
Bacalah (khatamkanlah) Al Quran dalam sebulan.” ‘Abdullah bin ‘Amr lalu
berkata, “Aku mampu menambah lebih dari itu.” Beliau pun bersabda,
“Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam tujuh hari, jangan lebih
daripada itu.” (HR. Bukhari No. 5054).<br /> <br /> Bukhari membawakan judul Bab untuk hadits ini,<br /> <br /> باب فِى كَمْ يُقْرَأُ الْقُرْآنُ .وَقَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى ( فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ) .<br /> <br /> “Bab Berapa Banyak Membaca Al Qur’an?”. Lalu beliau membawakan firman Allah,<br /> <br /> فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ<br /> <br /> “Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran” (QS. Al Muzammil: 20).<br /> <br />
Kata Ibnu Hajar bahwa yang dimaksud oleh Imam Bukhari dengan membawakan
surat Al Muzammil ayat 20 di atas berarti bukan menunjukkan batasan
bahwa satu bulan harus satu juz. Dalam riwayat Abu Daud dari jalur lain
dari ‘Abdullah bin ‘Amr ketika Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam
ditanya, “Berapa hari mesti mengkhatamkan Al Qur’an?” Beliau katakan 40
hari [artinya, satu hari bisa jadi kurang dari satu juz]. Kemudian
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab lagi, “Satu bulan.” [Artinya,
satu hari bisa rata-rata mengkhatamkan satu juz] (LihatFathul Bari, 9:
95).<br /> <br /> Ibnu Hajar mengatakan,<br /> <br /> لِأَنَّ عُمُوم قَوْله : (
فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ) يَشْمَل أَقَلّ مِنْ ذَلِكَ ، فَمَنْ
اِدَّعَى التَّحْدِيد فَعَلَيْهِ الْبَيَان<br /> <br /> “Karena keumuman
firman Allah yang artinya, “ Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari
Al Quran” mencakup pula jika kurang dari itu (kurang dari satu juz).
Barangsiapa yang mengklaim harus dengan batasan tertentu, maka ia harus
datangkan dalil (penjelas).” (Fathul Bari, 9: 95)<br /> <br /> Ibnu Hajar juga menukil perkataan Imam Nawawi,<br /> <br />
وَقَالَ النَّوَوِيّ : أَكْثَر الْعُلَمَاء عَلَى أَنَّهُ لَا تَقْدِير
فِي ذَلِكَ ، وَإِنَّمَا هُوَ بِحَسَبِ النَّشَاط وَالْقُوَّة ، فَعَلَى
هَذَا يَخْتَلِف بِاخْتِلَافِ الْأَحْوَال وَالْأَشْخَاص<br /> <br /> “Imam
Nawawi berkata, “Kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada batasan
hari dalam mengkhatamkan Al Qur’an, semuanya tergantung pada semangat
dan kekuatan. <br /> Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al
Quran ” (QS. Al Muzammil: 20). Jawab beliau, “Iya betul. Bacalah walau
hanya lima ayat.” (Disebutkan dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 414).<br /> <br />
Dalam riwayat Ath Thabari disebutkan dengan sanad yang shahih, dijawab
oleh Abu Sa’id, “Walau hanya lima puluh ayat.” (Diriwayatkan oleh Ath
Tahabari, 29: 170).<br /> <br /> Dari As Sudi, ditanya mengenai ayat di atas, maka beliau jawab, “Walau 100 ayat.” (Idem).<br /> <br />
Intinya semuanya tergantung kemudahan. Bagi yang mudah untuk
mengkhatamkan Al Quran satu bulan penuh, silakan khatamkan. Bagi yang
tidak mampu, tidaklah terkena dosa.<br /> <br /> Ada tips yang bisa kami berikan bagi yang ingin mengkhatamkan Al Quran satu bulan penuh:<br /> <br /> - Al Quran terdiri dari 30 juz.<br /> <br /> - 1 Juz terdiri dari 20 halaman (10 lembar).<br /> <br /> - Buat target, sehabis tiap shalat 5 waktu untuk membaca 4 halaman (2 lembar).<br /> <br /> - 1 hari bisa 1 juz yang didapatkan, sebulan bisa dapat 30 juz.<br /> <br />
Semoga Allah memudahkan kita dan memberi nikmat untuk menjadikan bulan
Ramadhan sebagai syahrul quran (bulan Al Quran). Membaca, memahami
serta mengamalkannya. Hanya Allah yang memberi taufik..aamiin ya Rabbal
alamin</span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-5401751222719045222014-07-18T21:48:00.002-07:002014-07-18T21:48:27.046-07:00:: BERSAMA ORANG TUA MENUJU KE SURGA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-tOgDSrT2BbY/U8n4e5vu-8I/AAAAAAAAB0M/DP5j03dLPB4/s1600/oase+bersama+orangtua+ke+surga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-tOgDSrT2BbY/U8n4e5vu-8I/AAAAAAAAB0M/DP5j03dLPB4/s1600/oase+bersama+orangtua+ke+surga.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<span class="userContent"><br /> <br />
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ
أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ
مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ<br /> <br /> <i><b>Dan orang-orang yang beriman,</b></i><span class="text_exposed_show"><i><b>
dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan
apayang dikerjakannya. [ath-Thûr/52:21]</b></i><br /> <br /> PENJELASAN AYAT </span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br />
Kenikmatan Ahli Jannah, Hidup Bersama Anak-Anak MerekaAyat di atas
berbicara tentang salah satu kenikmatan sangat menyenangkan, yang diraih
oleh penghuni surga (ahlul-jannah). <br /> <br /> Karunia yang tidak hanya
direguk oleh para wali-Nya di surga. Yakni hidup bersama-sama dengan
keturunan mereka, meskipun amalan shalih anak keturunan mereka tidak
sepadan dengan orang tuanya baik dalam hal kualitas maupun
kuantitas.Dengan ini, pandangan orang tua tersebut menjadi sejuk damai,
kebahagiaan mereka kian tak terkira, dan kegembiraan pun semakin
sempurna. Suasana menyenangkan ini lantaran Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menyatukannya kembali dengan anak keturunan mereka. Itu merupakan
takrimah (penghargaan), ganjaran dan tambahan pahala dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala . [1]<br /> <br /> Sungguh, benar-benar sebuah
kenikmatan yang membahagiakan, manakala orang tua berjumpa kembali
dengan anak-anaknya. Suatu kenikmatan yang sangat besar. Kemurahan Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang sangat luas. Namun, persyaratan yang harus
ada, yaitu anak-anak mereka juga beriman kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Rasul-Nya, sebagaimana tercantum secara jelas dalam ayat.<br /> <br />
Perhatikan keterangan Imam Ibnu Katsir rahimahullah tentang ayat di
atas berikut ini.Beliau berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan
mengenai keutamaan, kemurahan, kenikmatan dan kelembutan-Nya, serta
curahan kebaikan-Nya kepada makhluk. Bahwa kaum mukminin, bila keturunan
mereka mengikuti dalam keimanan (sebagaimana keimanan orang tua
mereka), niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menempatkan anak-anak
yang beriman ini ke derajat orang tua mereka, kendatipun amalan-amalan
shalih mereka (anak-anak yang beriman) itu tidak sebanding dengan amalan
para orang tuanya itu. Supaya pandangan para orang tua menjadi damai
sejuk dengan kebersamaan anak-anaknya di tempat yang sama. <br /> <br />
Lantas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatukan mereka dalam kondisi
terbaik. Anak yang kurang amalannya terangkat oleh orang tuanya yang
sempurna amalannya. Hal ini tidak mengurangi sedikit pun amalan dan
derajatnya, meskipun mereka berdua akhirnya berada di tempat yang
sama.[2]<br /> <br /> Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br /> <br /> وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ<br /> <br /> (dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka). <br /> <br />
Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan: Kami tidak mengurangi pahala
amalan anak-anak lantaran sedikitnya amalan mereka. Dan pula, tidak
mengurangi pahala para orang tua sedikit pun, meskipun menempatkan
keturunan mereka bersama dengan orang tua mereka (yang berada di derajat
yang lebih tinggi, Pen.).[3]<br /> <br /> Atau dengan pengertian lain,
seperti diungkapkan oleh Imam ath-Thabari: Kami tidak mengurangi
ganjaran kebaikan mereka sedikit pun dengan mengambilnya dari mereka
(para orang tua) untuk kemudian Kami tambahkan bagi anak-anak mereka
yang Kami tempatkan bersama mereka. Akan tetapi, Kami beri mereka pahala
dengan penuh, dan (lantas) Kami susulkan anak-anak mereka ke
tempat-tempat mereka (para orang tua) atas kemurahan Kami bagi
mereka.[4]<br /> <br /> Demikianlah, kemurahan dan keutamaan yang diraih
anak-anak melalui keberkahan amalan para orang tua. Adapun keutamaan dan
kemurahan yang dilimpahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para orang
tua melalui doa anak-anaknya, tertuang pada hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br /> <br />
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ
فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ أَنىَّ لِيْ هَذِهِ ؟ فَيَقُوْلُ :
بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ<br /> <br /> “Sungguh, Allah benar-benar
mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” maka ia pun
bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab:
“Berkat istighfar anakmu bagi dirimu”.[5]<br /> <br /> Hadits ini diperkuat oleh hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dalam Shahîh Muslim:<br /> <br />
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ
ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ<br /> <br /> Ketika seorang manusia
meninggal, maka putuslah amalannya darinya kecuali dari tiga hal,
(yaitu) sedekah (amal) jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, dan anak
shalih yang mendoakannya.Setiap Manusia Terikat Oleh Amalannya<br /> <br /> Firman Allah:<br /> <br /> كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ<br /> <br />
(tiap-tiap manusia terikat dengan apayang dikerjakannya), mengandung
pemberitahuan mengenai keadilan Allah. Bahwa pada hari kiamat kelak,
setiap jiwa akan terikat dengan amalnya. Akan mendapat pembalasan
berdasarkan amalnya itu. Kalau amalnya baik, maka balasannya baik pula.
Sebaliknya, bila amalannya buruk, maka akibat balasan yang diterimanya
pun buruk.Hanya saja, Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan
kemurahan-Nya kepada para orang tua, yaitu dengan bentuk mengangkat
derajat keturunan-keturunan mereka ke tingkatan mereka sebagai wujud
curahan kebaikan dari-Nya, tanpa adanya amalan dilakukan oleh anak
keturunannya itu.[6]<br /> <br /> Imam al-Qurthubi membawakan beberapa
pengertian ayat ini dari keterangan para ulama. Yang pertama, ayat ini
berbicara tentang penghuni neraka.Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma
berkata: Para penghuni neraka Jahannam terkungkung oleh amalan (buruk)
mereka. Sementara itu, para penghuni surga menuju kenikmatan. Hal ini
serupa kandungan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :<br /> <br /> كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ عَنِ الْمُجْرِمِينَ<br /> <br />
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,
kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya-menanya,
tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa.
[al-Muddatstsir/74:38-41].Kandungan ayat ini juga bersifat umum, berlaku
bagi setiap manusia. Yang ia terikat dengan tindak-tanduknya. Ia tidak
dikenai pengurangan pahala dari amalan baiknya. <br /> <br /> Adapun
bertambahnya pahala, ialah karena kemurahan dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala .Menurut penjelasan lainnya, pengertian ayat ini dimaksudkan
kepada anak keturunan yang tidak beriman. Sehingga, lantaran tak
beriman, maka anak-anak keturunannya itu tidak bisa mencapai derajat
seperti yang diraih oleh orang tua mereka yang beriman, dan akan tetap
terkungkung oleh kekufurannya.[7]<br /> <br /> Berbeda dengan
keterangan-keterangan di atas, Syaikh as-Sa’di berpendapat, penggalan
ayat ini ditujukan untuk menghilangkan prasangka bahwa anak-anak
penghuni neraka (ahlun-nar) pun mengalami hal serupa. Yaitu akan berada
di tempat yang sama dengan orang tua mereka. Lantas Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengabarkan bahwa keadaannya tidak demikian. Dalam masalah ini,
tidaklah sama kondisi antara surga dan neraka. Neraka adalah tempat
penegakan keadilan. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan
mengadzab seseorang kecuali dengan perbuatan dosanya. Seseorang juga
tidak memikul dosa orang lain.[8]<br /> <br /> PELAJARAN DARI AYAT <br /> <br /> 1. Besarnya keutamaan dan kemurahan Allah kepada para hamba-Nya, kaum mukminin.<br /> <br /> 2. Penetapan adanya hari Pembalasan dan Kebangkitan. <br /> <br />
3. Keutamaan iman dan kemuliaan para ahlinya di sisi Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang menyebabkan anak keturunannya yang memiliki amalan sedikit
dapat dipersatukan dengan para orang tua mereka yang memiliki banyak
amal shalih. <br /> 4. Penetapan kaidah, setiap manusia akan tergantung dengan amal perbuatannya di akhirat kelak. <br /> <br /> Semoga Allah menyampaikan kita pada rahmatNya. Aamiin.<br /> <br /> Wallahu a’lam<br /> <br /> Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XII/Sya'ban 1429/20<br /> <br /> Footnote<br /> [1]. Lihat Aisarrut-Tafâsir (2/1286), Jâmi’ul-Bayân (27/34), Taisîrul-Karîmir-Rahmân (hlm. 815).<br /> <br /> [2]. Tafsîrul-Qur`anil-‘Azhîm, 7/437.<br /> <br /> [3]. Al-Jâmi’ li Ahkamil-Qur`ân, 17/60.[<br /> <br /> 4]. Jâmi’ul-Bayân, 27/34.<br /> <br /> [5]. Tentang hadits ini, Imam Ibnu Katsir t berkata: “Isnadnya shahîh”. Syaikh al-Albâni berkata: “……”<br /> <br /> [6]. Aisarut-Tafâsir (2/1286), Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm (7/438), Min Kunûzil-Qur`ânil-Karîm (1/314).<br /> <br /> [7]. Lihat al-Jâmi’, 17/60.<br /> <br /> [8]. Taisîrul-Karîmir-Rahmân, hlm. 815.</span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-34935365574645045872014-07-18T21:44:00.002-07:002014-07-18T21:44:57.959-07:00:: MENGGAPAI TINGKATAN PUASA PALING TINGGI DAN SEMPURNA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="userContent"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-TdAOqXcOK5A/U8n3uX1mhlI/AAAAAAAAB0E/-pFlfY124dE/s1600/oase+menggapai+puasa+tertinggi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-TdAOqXcOK5A/U8n3uX1mhlI/AAAAAAAAB0E/-pFlfY124dE/s1600/oase+menggapai+puasa+tertinggi.jpg" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53c9f747c17490117241941">
<br />
Imam Abu Hamid al-Ghazali (wafat tahun 505 H) dalam kitabnya Ihya’ Ulum
ad-Din menguraikan dengan jelas dan bagus rahasia-rahasia puasa yang
bersifat batiniah, yang akan mengantarkan ora<span class="text_exposed_show">ng
yang berpuasa menuju tingkatan puasa yang paling tinggi dan sempurna.
Ulama besar madzhab Syafi’i dan rektor Universitas Nizhamiyah kota
Naisabur itu berkata:<br /> <br /> اعْلَمْ أَنَّ الصَّوْمَ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ: صَوْمُ الْعُمُومِ، وَصَوْمُ الْخُصُوصِ، وَصَوْمُ خُصُوصِ الْخُصُوصِ.“<br /> <br />
Ketahuilah sesungguhnya shaum (puasa) itu ada tiga tingkatan; puasa
umum, puasa khusus, dan puasa sangat khusus.” (Imam Abu Hamid
al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, 1/234)<br /> <br /> Beliau kemudian menguraikan masing-masing tingkatan tersebut.<br /> <br /> Pertama, Puasa umum<br /> <br /> أَمَّا صَوْمُ الْعُمُومِ: فَهُوَ كَفُّ الْبَطْنِ وَالْفَرْجِ عَنْ قَضَاءِ الشَّهْوَةِ“<br /> <br />
Puasa umum adalah menahan petur dan kemaluan dari menunaikan
syahwat.”Maksudnya, puasa umum atau puasa orang-orang awam adalah
“sekedar” mengerjakan puasa menurut tata cara yang diatur dalam hukum
fiqih. Seseorang makan sahur dan berniat untuk puasa pada hari itu, lalu
menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan badan dengan
suami atau istrinya sejak dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya
matahari. Jika hal itu telah dikerjakan, maka secara hukum fiqih ia
telah mengerjakan kewajiban shaum Ramadhan. Puasanya telah sah secara
lahiriah menurut tinjauan ilmu fikih.<br /> <br /> Kedua, puasa khusus<br /> <br />
وَأَمَّا صَوْمُ الْخُصُوصِ فَهُوَ كَفُّ السَّمْعِ وَالْبَصَرِ
وَاللِّسَانِ وَالْيَدِ وَالرِّجْلِ وَسَائِرِ الْجَوَارِحِ عَنِ
الْآثَامِ“<br /> <br /> Puasa khusus adalah menahan pendengaran,
penglihatan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari
perbuatan-perbuatan dosa.”<br /> <br /> Tingkatan ini lebih tinggi dari
tingkatan puasa umum atau puasa orang-orang awam. Selain menahan diri
dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual, tingkatan ini menuntut
orang yang berpuasa untuk menahan seluruh anggota badannya dari
dosa-dosa, baik berupa <br /> ucapan maupun perbuatan. <br /> <br /> Tingkatan
ini menuntut seorang muslim untuk senantiasa berhati-hati dan
waspada.Ia akan menahan matanya dari melihat hal-hal yang diharamkan
oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia akan menahan telinganya dari mendengarkan
hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia akan menahan
lisannya dari mengucapkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Ia akan menahan tangannya dari melakukan hal-hal yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia akan menahan kakinya dari
melangkah menuju hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan
seluruh anggota badannya yang lain ia jaga agar tidak terjatuh dalam
tindakan maksiat.Tingkatan puasa ini adalah tingkatan orang-orang
shalih.<br /> <br /> Ketiga, puasa sangat khusus<br /> <br /> وَأَمَّا صَوْمُ
خُصُوصِ الْخُصُوصِ: فَصَوْمُ الْقَلْبِ عَنِ الْهِمَمِ الدَّنِيَّةِ
وَالْأَفْكَارِ الدُّنْيَوِيَّةِ وَكَفُّهُ عَمَّا سِوَى اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ بِالْكُلِّيَّةِ.<br /> <br /> “Puasa sangat khusus adalah
berpuasanya hati dari keinginan-keinginan yang rendah dan
pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati dari segala tujuan selain
Allah secara totalitas.”<br /> <br /> Tingkatan ini adalah tingkatan yang
paling tinggi, sehingga paling berat dan paling sulit dicapai. Selain
menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual, serta menahan
seluruh anggota badan dari perbuatan maksiat, tingkatan ini menuntut
hati dan pikiran orang yang berpuasa untuk selalu fokus, memikirkan
hal-hal yang mulia, mengharapkan hal-hal yang mulia dan memurnikan semua
tujuan untuk Allah semata. Puasanya hati dan pikiran, itulah hakekat
dari puasa sangat khusus. Puasanya hati dan pikiran dianggap batal
ketika ia memikirkan hal-hal selain Allah, hari akhirat dan berfikir
tentang (keinginan-keinginan) dunia, kecuali perkara dunia yang membantu
urusan akhirat. Inilah puasa para nabi, shiddiqin danmuqarrabin. (Imam
Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, 1/234)<br /> <br /> Saudaraku
seislam dan seiman….Agar puasa kita tidak sekedar menahan diri dari
makan, minum, hubungan seksual dan pembatal-pembatal puasa yang bersifat
lahiriah lainnya, imam Al-Ghazali menguraikan bahwa kita harus menjaga
anggota badan kita dari dosa-dosa.<br /> <br /> 1. Menjaga pandangan mata<br /> <br />
Yaitu menundukkan pandangan mata dari hal-hal yang diharamkan Allah dan
rasul-Nya, menahan pandangan mata dari terlalu bebas memandang hal-hal
yang dicela dan dibenci, bahkan menahan pandangan mata dari hal-hal yang
menyibukkan hati dan melalaikan dari dzikir kepada Allah Ta’ala<br /> .قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِن<br />
ْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ
مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ“<br /> <br /> Katakanlah
kepada orang-orang mukmin laki-laki agar hendaknya mereka menundukkan
pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka. Hal yang demikian itu
lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengerti apa yang
mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin wanita agar
hendaknya mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan
mereka…” (QS. An-Nur [24]: 30-31)<br /> <br /> 2. Menjaga lisan<br /> <br />
Yaitu menjaga lisan dari ucapan yang sia-sia, ucapan yang jorok,
perkataan dusta, ghibah (menggunjing), namimah(adu domba), sumpah palsu,
ucapan yang kasar, adu mulut dan debat kusir. Ia hendaknya menyibukkan
lisan dengan senantiasa membaca Al-Qur’an, berdzikir, mengucapkan
perkataan yang baik dan lebih baik diam dari hal-hal yang tidak
bermanfaat<br /> <br /> .الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ،
وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ
مَرَّتَيْنِ<br /> <br /> Puasa adalah perisai (dari perbuatan dosa dan siksa
api neraka, edt). Maka jika salah seorang di antara kalian sedang
berpuasa, janganlah ia mengucapkan perkataan yang keji dan jangan pula
melakukan tindakan yang bodoh. Jika ada seseorang yang mencaci maki
dirinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia menjawab: ‘Aku sedang
berpuasa, aku sedang berpuasa’.” (HR. Bukhari no. 1894 dan Muslim no.
1151)<br /> <br /> 3. Menjaga pendengaran<br /> <br /> Yaitu menjaga telinga
dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan, sebab hal-hal yang haram
diucapkan juga haram untuk didengarkan. Allah Ta’ala telah menyamakan
antara mendengarkan perkataan yang haram dengan memakan harta yang
haram, dalam firman-Nya<br /> <br /> :سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ“<br /> <br /> Mereka sangat banyak mendengarkan perkataan dusta dan sangat banyak memakan harta haram.” (QS. Al-Maidah [5]: 42)<br /> <br /> 4. Menjaga tangan, kaki dan anggota badan lainnya dari hal-hal yang diharamkan<br /> <br />
Tangan hendaknya dijaga dari menyentuh dan memegang hal-hal yang
diharamkan Allah Ta’ala, atau dari melakukan tindakan yang diharamkan
Allah Ta’ala seperti memukul, mencuri, dan merampas hak orang lain tanpa
hak. Kaki hendaknya dijaga dari melangkah menuju kemaksiatan, atau
melakukan kezaliman kepada orang lain tanpa hak. Seluruh anggota badan
lainnya dijaga dari melakukan kemaksiatan dan hal-hal yang tidak
bermanfaat.Perutnya dijaga dari mengonsumsi makanan yang haram dan
makanan yang mengandung syubhat saat berbuka puasa dan makan sahur.
Sebab apalah nilainya ia menahan diri dari makanan dan minuman yang
halal sejak terbit fajar sampai matahari terbenam, jika ia mengakhiri
itu semua dengan makanan yang haram saat berbuka puasa? Orang yang
berpuasa seperti itu adalah bagaikan orang yang membangun sebuah istana
dengan menghancurkan sebuah negeri.<br /> <br /> 5. Menjaga diri untuk tidak memenuhi perutnya dengan makanan saat berbuka puasa.<br /> <br />
Tujuan dari puasa adalah melemahkan hawa nafsu. Jika sejak terbit fajar
sampai terbenam matahari hawa nafsu dilemahkan dengan mengosongkan
perut, maka menyantap banyak makanan saat berbuka puasa hanya akan
membangkitkan hawa nafsu yang terkekang di siang hari. Puasa hanya
berfungsi sebagai pemindah hawa nafsu dari siang hari ke malam hari.
Apalagi bila ditambah dengan mengumpulkan berbagai makanan dan minuman
yang lezat. Hikmah-hikmah puasa, misalnya solidaritas terhadap kaum
miskin, tidak akan teraih dengan cara seperti itu.<br /> <br /> 6. Setelah
berbuka puasa hendaknya hatinya diliputi perasaan harap-harap cemas,
berharap puasanya diterima Allah Ta’ala dan takut jika puasanya tidak
diterima Allah Ta’ala. Ia berada di antara perasaan harap dan cemas,
sebab ia tidak mengetahui apakah puasanya diterima Allah atau
ditolak-Nya.<br /> <br /> Semoga kita tidak termasuk dalam golongan yang
disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam:” رُبَّ صَائِمٍ
حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ
مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ“<br /> <br /> Betapa banyak orang berpuasa namun
balasan dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga semata. Dan betapa
banyak orang melakukan shalat malam (tarawih dan witir) namun balasannya
dari shalatnya hanyalah begadang menahan kantuk semata.” <br /> <br /> (HR.
Ahmad no. 8856, Abu Ya’la no. 6551, Ad-Darimi no. 2720, Ibnu Hibban no.
3481 dan Al-Hakim no. 1571. Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata: Sanadnya
kuat)<br /> <br /> Ya Allah , sampaikan kami pada ampunan, ridha, rahmat dan cinta Mu .. Aamiin</span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53c9f747c17490117241941">
<span class="text_exposed_show"></span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53c9f747c17490117241941">
<span class="text_exposed_show"><br /> <br /> Wallahu a’lam bish-shawab.</span></div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-37384172317440593772014-07-18T21:42:00.001-07:002014-07-18T21:42:13.363-07:00:: CARA UNTUK BERSYUKUR DAN MENGHINDARI MUSIBAH YANG MENIMPA ORANG LAIN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="userContent"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cEDZgekkk54/U8n3C8MitvI/AAAAAAAABz8/O06DAEG4npI/s1600/oase+cara+bersyukur+dan+menghindari+musibah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cEDZgekkk54/U8n3C8MitvI/AAAAAAAABz8/O06DAEG4npI/s1600/oase+cara+bersyukur+dan+menghindari+musibah.jpg" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53c9f658164c24223702336">
<br /> <br />
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang
yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du<br /> <br /> :عَنْ<span class="text_exposed_show">
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى
مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)<br /> <br /> Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhuia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat
orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak
meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu” (HR.
Bukhari-Muslim)<br /> <br /> Syarh/penjelasan:<br /> <br /> Hadits tersebut
menjelaskan cara untuk membantu seseorang mensyukuri nikmat. Demikian
juga mendorong seseorang agar bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa
Ta’ala dengan mengakui nikmat-nikmat-Nya, menyebut nikmat itu,
menggunakannya untuk ketaatan kepada-Nya serta mengerjakan segala sebab
yang membantu untuk bersyukur, dimana salah satunya adalah dengan
melakukan seperti yang disebutkan dalam hadits di atas. Hadits tersebut
menyuruh kita untuk melihat orang yang berada di bawah kita dalam hal
dunia (seperti dalam hal harta dan fisik), karena dengan cara seperti
itu kita dapat merasakan besarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita.
<br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda<br /> <br />
,إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ
وَالْخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ مِمَّنْ فُضِّلَ
عَلَيْهِ“<br /> <br /> Apabila salah seorang di antara kamu melihat kepada
orang yang berada di atasnya dalam hal harta dan fisik, maka hendaknya
ia melihat kepada orang yang berada di bawahnya di antara mereka yang
diberikan kelebihan.” (HR. Muslim)<br /> <br /> Namun dalam hal beribadah,
sebagaimana dikatakan ulama, hendaknya melihat ke atas kita, karena
dengan melihat orang yang lebih banyak ibadahnya, membantu kita lebih
giat dan banyak beribadah dan menjadikan kita tidak bersikap ‘ujub
(bangga diri) yang dapat menghapuskan amal.Perlu diketahui, bahwa tidak
ada seorang pun yang tertimpa musibah di dunia ini, kecuali ia akan
menemukan orang yang lebih besar lagi musibahnya, sehingga ia pun
terhibur dan dapat bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Dengan
melihat orang yang berada di bawahnya, maka rasa sedih yang ia rasakan
akan berkurang dan membuat hatinya terhibur, dan membantunya untuk
bersabar karena ternyata masih ada orang yang berada di bawahnya,
sehingga beban batin menjadi ringan, meskipun dirinya tertimpa musibah.<br /> <br /> Catatan:<br /> <br />
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ رَأَى مُبْتَلًى، فَقَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ، وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ
مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا، لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ البَلَاء<br /> <br /> Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang melihat orang yang
tertimpa musibah, lalu ia mengucapkan, “Al hamdulillahilladzi ‘afaani
mimmabtalaka bihi wa fadhalani ‘ala katsiirin mimman khalaqa tafdhiilaa”
<br /> <br /> (artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menjagaku dari
musibah yang menimpamu, dan melebihkan diriku di atas kebanyakan manusia
dengan kelebihan yang banyak), maka ia tidak akan tertimpa musibah itu”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)<br /> <br /> Semoga Allah menyampaikan kita pada ampunan, rahmat serta keridhaan Nya. Aamiin..<br /> <br /> *****<br /> <br /> Wallahu 'alam bishawab<br /> Marwan Hadidi S.Pd.I</span></div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-54578802815786190852014-07-18T21:39:00.001-07:002014-07-18T21:39:19.777-07:00:: RASULULLAH BERDOA BERLINDUNG DARI HAL HAL INI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="userContent"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-sQ9Cp21t7y8/U8n18sWI54I/AAAAAAAABzw/_boMWQdrb70/s1600/oase+Rasulullah+berlindung+dari+hal+hal+ini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-sQ9Cp21t7y8/U8n18sWI54I/AAAAAAAABzw/_boMWQdrb70/s1600/oase+Rasulullah+berlindung+dari+hal+hal+ini.jpg" height="241" width="320" /></a></div>
<span class="userContent"><br /> <br />
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang
yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du<br /> <br /> :عَنْ<span class="text_exposed_show">
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: “أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو، فَيَقُولُ: اللَّهمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى”<br /> <br />
Dari Abdullah bin Mas’udradhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam pernah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta
kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian, dan kecukupan.” HR. Muslim<br /> <br />
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ، وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ
بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ»<br /> <br />
Dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung
kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” HR. Muslim<br /> <br />
)عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ”
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي
الصَّلاَةِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ،
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ
فِتْنَةِ المَحْيَا، وَفِتْنَةِ المَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
مِنَ المَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ ” فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ: مَا أَكْثَرَ مَا
تَسْتَعِيذُ مِنَ المَغْرَمِ، فَقَالَ: «إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ،
حَدَّثَ فَكَذَبَ، وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ»<br /> <br /> Dari Aisyah istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam
berdoa dalam shalatnya, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari azab kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masih Ad
Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan fitnah mati. Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan hutang.” Kemudian ada
seorang yang bertanya, “Alangkah seringnya engkau berlindung dari
hutang.” Maka Beliau bersabda, “Sesungguhnya seseorang apabila
berhutang, maka apabila berbicara berdusta, dan apabila berjanji
mengingkari.” (HR. Bukhari)<br /> <br /> Syarh/Penjelasan:<br /> <br /> Doa ini
termasuk doa yang paling mencakup dan paling bermanfaat. Doa ini
mengandung permintaan agar mendapatkan kebaikan pada agama dan dunia.
Karena maksud “petunjuk” adalah ilmu yang bermanfaati, sedangkan maksud
“ketakwaan” adalah amal yang saleh serta meninggalkan apa yang dilarang
Allah dan Rasul-Nya. Dengan keduanya, keadaan agama seseorang menjadi
baik. <br /> <br /> Dalam doa yang singkat ini kita meminta kepada Allah
hidayah irsyad (diberitahukan ilmu yang bermanfaat yang dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk) serta meminta kepada-Nya hidayah
taufiq (dibantu agar dapat mengikuti hidayah irsyad). Hal ini
sebagaimana dalam surat Al Fatihah: 6<br /> <br /> ,اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ“<br /> <br />
Tunjukilah kami jalan yang lurus, Di dalam permintaan ini, kita meminta
agar ditunjukkan jalan yang lurus (hidayah irsyad), dibantu menempuhnya
(hidayah taufiq), dan meminta agar istiqamah di atasnya.<br /> <br />
Adapun kesucian dan kecukupan mengandung sikap menjaga diri dari makhluk
dan tidak bergantung kepada mereka, merasa cukup dengan Allah dan
dengan rezeki yang dilmpahkan-Nya serta bersikap qana’ah (menerima apa
adanya), serta memperoleh sesuatu yang menenangkan hati, yaitu
kecukupan. Dengan kesucian dan kecukupan ini, maka akan sempurna
kebahagiaan hidup di dunia dan ketenangan batin, dimana hal ini
merupakan hayat thayyibah (kehidupan yang baik).<br /> <br /> Dengan
demikian, barang siapa yang dikaruniakan petunjuk, ketakwaan, kesucian,
dan kecukupan, maka ia telah memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat
atau hayat thayyibah(lihat pula surat An Nahl: 97).<br /> <br /> Adapun dalam hadits yang kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari tujuh perkara, yaitu:</span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><u><i><b>Kelemahan dan Kemalasan</b></i></u><br /> <br />
Perbedaan antara lemah dan malas adalah, bahwa lemah itu tidak adanya
kemampuan, sedangkan malas adalah enggannya jiwa melakukan kebaikan dan
kurang terdorong kepadanya padahal mampu melakukannya. Kedua hal ini
adalah penyakit yang membuat seseorang duduk dan meninggalkan kewajiban
sehingga terbuka baginya pintu-pintu keburukan.<br /> <br /> <u><i><b>Sifat pengecut dan Kebakhilan</b></i></u></span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br />
Sifat pengecut terkait dengan jiwa, sedangkan sifat bakhil (pelit)
terkait dengan harta. Siapa saja yang kehilangan keberanian untuk
melawan hawa nafsu, was-was setan, melawan musuh, menghadapi lawan yang
membela yang batil, maka dia adalah pengecut. Dan siapa saja yang tidak
mau memberi kaum fakir dengan hartanya, mengeluarkan hartanya untuk para
mujahid fii sabilillah dan mengeluarkan pada jalur-jalur kebaikan, maka
dia adalah orang yang bakhil. <br /> <br /> Dalam banyak ayat, Allah
Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan berjihad dengan jiwa dan hartanya.
Dan penyakit yang dapat menghalangi seseorang dari berjihad mengorbankan
jiwa dan hartanya adalah penyakit pengecut dan bakhil. <br /> <br /> Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari sifat pengecut dan bakhil
karena keduanya dapat menghalangi kewajiban, menghalangi dari memenuhi
hak-hak Allah Ta’ala, menghalangi dari mencegah kemungkaran, bersikap
tegas kepada para pelaku maksiat, di samping itu dengan seseorang
memiliki keberanian dan kekuatan, maka ibadah dapat sempurna, orang yang
terzalimi dapat tertolong, jihad dapat dilakukan, sedangkan dengan
selamat dari kebakhilan, maka ia dapat memenuhi hak-hak harta, adanya
keinginan untuk berinfak, bersikap dermawan, dan berakhlak mulia serta
terhalang dari sifat tamak kepada apa yang tidak dimilikinya. <br /> <br /> <u><i><b>Pikun </b></i></u></span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br />
Yang dimaksud pikun adalah dikembalikan kepada usia yang paling buruk.
Sebab mengapa Beliau berlindung darinya adalah karena ketika sudah pikun
terkadang ucapan menjadi ngelantur, akal dan ingatan menjadi kurang,
panca indera menjadi lemah, dan lemah dari melakukan ketaatan serta
meremehkan sebagiannya, cukuplah seseorang berlindung darinya karena
Allah menamai usia tersebut sebagai ardzalul ‘umur(usia paling buruk). <br /> <br /> <u><i><b>Azab kubur</b></i></u></span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br /> Hadits di atas menunjukkan adanya azab kubur, di samping adanya nikmat kubur dan fitnah(ujian)nya. <br /> <br /> Hadits lain yang menunjukkan adanya azab kubur adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata</span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br /> :مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَائِطٍ مِن<br />
ْ حِيطَانِ المَدِينَةِ، أَوْ مَكَّةَ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ
يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ» ثُمَّ قَالَ:
«بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ
يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» . ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ، فَكَسَرَهَا
كِسْرَتَيْنِ، فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً، فَقِيلَ
لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لَعَلَّهُ أَنْ
يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا» أَوْ: «إِلَى أَنْ يَيْبَسَا»“<br /> <br />
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah satu di antara
kebun-kebun Madinah atau Mekkah, lalu Beliau mendengar suara dua orang
yang diazab dalam kuburnya, kemudian Nabishallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda, “Keduanya sedang diazab, dan keduanya tidaklah diazab
menurut keduanya terhadap dosa besar.” Selanjutnya Beliau bersabda,
“Bahkan sesungguhnya itu dosa besar. Adapun salah satunya, maka ia tidak
menjaga diri dari kencingnya, sedangkan yang satu lagi berjalan
kesana-kemari mengadu domba.” Kemudian Beliau meminta dibawakan pelepah
kurma, lalu Beliau mematahkan menjadi dua bagian, dan meletakkan
belahannya di masing-masing kubur itu, lalu Beliau ditanya, “Wahai
Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal itu?” Beliau menjawab,
“Mudah-mudahan azab keduanya diberi keringanan selama belahan itu belum
kering,” atau bersabda, “Sampai kedua belahan kering.” (HR. Bukhari)<br /> <br />
<u><i><b>Fitnah hidup dan mati</b></i></u></span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Fitnah hidup artinya cobaan dan hujian hidup, baik
berupa fitnah syahwat dan fitnah syubhat, dimana kedua cobaan ini
banyak yang membuat manusia tergelincir, lalai dari kewajibannya dan
terbawa oleh arus fitnah yang menggiringnya kepada kebinasaan, maka
dalam doa ini, kita berlindung agar kita mampu menghadapi cobaan-cobaan
itu dengan tetap bersabar menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar
menjauhi maksiat, dan istiqamah di atas agamanya. Ini adalah cara untuk
menghadapi fitnah syahwat. Adapun cara untuk menghadapi fitnah syubhat
adalah dengan yakin di atas kebenaran dan teguh tidak mudah berubah oleh
situasi dan kondisi; berbekal ilmu syar’i.</span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Sedangkan fitnah mati, maka
maksudnya ujian ketika di kubur, yaitu pertanyaan yang diajukan oleh
malaikat Munkar dan Nakir yang akan menanyakan kepada seseorang tentang
siapa Tuhannya, apa agamanya, dan siapa nabinya.<br /> <br /> Wallahu a’lam.<br /> Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.—<br /> </span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br /> </span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Penulis: Marwan Hadidi, S.Pd.I</span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-90028089320430664692014-07-18T21:14:00.003-07:002014-07-18T21:14:37.956-07:00:: PUASA MENGAJARKAN MENCINTAI FAKIR MISKIN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-57bC60E9mqA/U8nwenYEH7I/AAAAAAAABzg/CrNf-SxHnjw/s1600/doa+doa+penyejuk+hati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-57bC60E9mqA/U8nwenYEH7I/AAAAAAAABzg/CrNf-SxHnjw/s1600/doa+doa+penyejuk+hati.jpg" /></a></div>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><br />
Puasa mengajarkan kita untuk bisa mencintai orang miskin. Apa buktinya?
Ketika puasa kita merasakan rasa lapar dan dahaga padahal itu jarang
kita temui di kehidupan kita sehari-hari. Biasa kita makan yang enak,
minum yang memuaskan. Namun saat puasa, perut kita merasakan
keroncongan. Diri merasakan lemas. Itu semua keadaan yang dirasakan pula
oleh orang mi<span class="text_exposed_show">skin. Intinya, kita
diajarkan untuk bisa merasakan apa yang mereka derita. Tujuannya, supaya
kita pun bisa mencintai mereka sepenuh hati. </span></span><br />
<br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show"></span></span><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Mencintai
orang miskin dan dekat dengan mereka akan memudahkan hisab seorang
muslim pada hari kiamat. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda<br /> <br /> ,مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي
الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ…“<br /> <br /> Barangsiapa menghilangkan satu
kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya
satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan
orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan
akhirat ” (HR. Muslim).</span><br />
<br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"> </span><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Memperjuangkan
kehidupan orang miskin termasuk jihad di jalan Allah. Dari Abu
Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> <br />
,السَّاعِى عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِيْ
سَبِيْلِ اللهِ –وَأَحْسِبُهُ قَالَ-: وَكَالْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ
وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ.“<br /> <br /> Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang berjihad fii sabiil<span class="text_exposed_show">illaah.” –<br /> <br /> “Dan bagaikan orang yang shalat tanpa merasa bosan serta bagaikan orang yang berpuasa terus-menerus” (HR. Muslim no. 2982).<br /> <br /> Menolong orang miskin akan mudah memperoleh rizki dan pertolongan Allah, serta akan mudah mendapatkan barokah do’a mereka. <br /> <br />
Dalam hadits disebutkan bahwa Sa’ad menyangka bahwa ia memiliki
kelebihan dari sahabat lainnya karena melimpahnya dunia pada dirinya. <br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> <br /> ,هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ“<br /> <br />
Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya
orang-orang lemah dari kalangan kalian” (HR. Bukhari no. 2896).<br /> <br /> Dalam lafazh lain disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> <br /> ,إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذَهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا: بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ.<br /> <br />
“Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan sebab orang-orang lemah
mereka di antara mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan
mereka” (HR. An Nasai, shahih)</span></span><br />
<br />
<br />
D<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">oa yang Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan , saat beliau benar-benar ingin mencintai orang
miskin<br /> <br /> .اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ
وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِى
وَتَرْحَمَنِى وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنِى غَيْرَ
مَفْتُونٍ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ
يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ<br /> <br /> Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot
wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin, wa an taghfirolii wa
tarhamanii, wa idza arodta fitnata qowmin fatawaffanii ghoiro maftuunin.
As-aluka hubbak wa hubba maa yuhibbuk wa hubba ‘amalan yuqorribu ilaa
hubbik.<br /> <br /> (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan
kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu supaya
bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah saya,
jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya
dalam keadaan tidak terfitnah. Saya memohon agar dapat mencintai-Mu,
mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat
mendekatkan diriku kepada cinta-Mu)”. (HR. Tirmidzi)</span></span><br />
<br />
<br />
</div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-30887983253121889022014-07-18T21:07:00.003-07:002014-07-18T22:09:53.113-07:00:: BULAN RAMADHAN BULAN SABAR<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-8mrjQECCtmE/U8nvXqaz1II/AAAAAAAABzU/J3gpGexRU-0/s1600/oase+ramadhan+bulan+tarbiyah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-8mrjQECCtmE/U8nvXqaz1II/AAAAAAAABzU/J3gpGexRU-0/s1600/oase+ramadhan+bulan+tarbiyah.jpg" /></a></div>
<span class="userContent"><br /> <br /> Bulan Ramadhan mengajarkan kita untuk bersabar. Karena pahala yang dijanjikan adalah tak terhingga.<br /> <br /> Dari Abu Hurairah, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda<br /> <span class="text_exposed_show"><br />
,كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ
فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ
أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ
عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ
رِيحِ الْمِسْكِ“<br /> <br /> Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh
manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga
tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali
amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang
akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan
karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan
yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa
dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di
sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim no. 1151)<br /> <br />
Dari riwayat di atas disebutkan bahwa setiap amalan akan dilipatgandakan
sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian
dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti
tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu,
amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa
ada batasan bilangan.<br /> <br /> Kenapa bisa demikian?<br /> <br /> Ibnu Rajab Al Hambali -semoga Allah merahmati beliau- mengatakan, ”Karena puasa adalah bagian dari kesabaran”. <br /> <br /> Mengenai ganjaran orang yang bersabar, AllahTa’ala berfirman<br /> <br /> ,إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ“<br /> <br /> Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” QS. Az Zumar: 10)<br /> <br /> Intinya, sabar itu ada tiga macam yaitu:<br /> 1- Sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah,<br /> 2- Sabar dalam meninggalkan yang haram dan<br /> 3- Sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa.<br /> <br />
Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan,
menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa seseorang berusaha
bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa
lapar, dahaga, marah, menjaga hati dan lemahnya badan. Itulah mengapa
amalan puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar. (Lihat
Lathoiful Ma’arif karya Ibnu Rajab, hal. 268-269)<br /> <br /> Semoga Allah
menjadikan kita sebagai pribadi yang bersabar dalam segala hal, dan
menyampaikan kita pada ampunan, rahmat serta keridhaan Nya. Aamiin ya
Rabb.<br /> </span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"></span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br /> </span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Muh. Abduh Tuasikal</span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-61593672607531530262014-07-18T21:04:00.000-07:002014-07-18T21:04:00.162-07:00:: JANGAN REMEHKAN SATU KEBAIKAN DI BULAN RAMADHAN <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="userContent"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-6KZdJwWGLwg/U8nuEeFfj7I/AAAAAAAABy8/VeODs9Tr6Nc/s1600/oase+kisah+nyata+doa+mndpt+keturunan.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-6KZdJwWGLwg/U8nuEeFfj7I/AAAAAAAABy8/VeODs9Tr6Nc/s1600/oase+kisah+nyata+doa+mndpt+keturunan.jpeg" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53c9ea89f32b37474179351">
<br /> <br />
Ramadhan adalah kesempatan untuk berbuat baik. Waktu saat itu ternyata
memang begitu mudah untuk melakukan kebaikan. Itulah mengapa Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam semangat melakukan keb<span class="text_exposed_show">aikan lebih dari waktu-waktu lainnya.<br /> <br />
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lebih banyak lagi melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau
memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al Qur’an, shalat, dzikir
dan i’tikaf.” (Zaadul Ma’ad, 2: 25)<br /> <br /> Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata<br /> <br />
,كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ ،
وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ لأَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ
يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ
يَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْقُرْآنَ ،
فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ
الْمُرْسَلَةِ“<br /> <br /> Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamadalah orang
yang paling gemar melakukan kebaikan. Kedermawanan (kebaikan) yang
beliau lakukan lebih lagi di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril ‘alaihis
salam menemui beliau. Jibril ‘alaihis salam datang menemui beliau pada
setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al
Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Apabila Jibril ‘alaihi salam datang menemuinya, tatkala itu beliau
adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dari angin yang berhembus.”
(HR. Bukhari no. 4997 dan Muslim no. 2308)<br /> <br /> Dari hadits di atas
Imam Nawawirahimahullah berkata, “Itu berarti disunnahkan memperbanyak
kebaikan di bulan Ramadhan.” Juga kata beliau disunnahkan pula untuk
mempelajari Al Quran di bulan tersebut. Lihat Syarh Shahih Muslim, 15:
62.<br /> <br /> Berarti kalau kita ada kesempatan berbuat baik, janganlah
dilewatkan. Segeralah melakukan kebaikan, mumpung berada di bulan yang
mulia. Jangan meremehkan satu kebaikan sedikit pun juga. Walau hanya
dengan senyuman manis. Walau hanya dengan sedekah Rp.1000 yang kita
miliki. Walau hanya dengan membaca 1 halaman Al Quran setiap harinya.
Jangan sampai ada kebaikan yang ditinggalkan selagi kita punya
kesempatan.<br /> <br /> Jabir bin Sulaim pernah dinasehati oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam<br /> <br />
,وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ
وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ“<br /> <br />
Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada
saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah
bagian dari kebajikan.” -HR. Abu Daud dan Tirmidzi <br /> <br /> Abu Dzar juga pernah dinasehati seperti itu pula<br /> <br /> ,لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ“<br /> <br /> Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun juga walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri” (HR. Muslim no. 2626).<br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah juga menasehatkan kepada para wanita<br /> <br /> ,يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا ، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ“<br /> <br />
Wahai para wanita muslimah, Janganlah salah seorang di antara kalian
meremehkan pemberian tetangganya walau pemberiannya hanyalah kaki
kambing.” (HR. Bukhari no. 2566 dan Muslim no. 1030, dari Abu Hurairah).
<br /> <br /> Walau itu sesuatu yang sedikit jangan dianggap remeh.
Ingatlah bahwa pahala amalan apa pun akan dilipat gandakan di bulan
Ramadhan.<br /> <br /> Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullah
pernah mengatakan, “Jika tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk
bersedekah. Karena bersedekah di bulan tersebut lebih berlipat pahalanya
seperti seseorang sedekah di jalan Allah (fii sabilillah). Pahala
bacaaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) lebih afdhol dari seribu bacaan
tasbih di bulan lainnya.”<br /> <br /> An Nakho’i rahimahullah mengatakan,
“Puasa sehari di bulan Ramadhan lebih afdhol dari puasa di seribu hari
lainnya. Begitu pula satu bacaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) di
bulan Ramadhan lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di hari lainnya.
Begitu juga pahala satu raka’at shalat di bulan Ramadhan lebih baik dari
seribu raka’at di bulan lainnya.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 270).<br /> <br />
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Sebagaimana pahala
amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di
bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan
lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa
yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya.
Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun
Islam, tiang penegak Islam.” (Idem, hal. 271)<br /> <br /> Intinya, di
antara alasan pahala suatu amalan bisa berlipat-lipat karena amalan
tersebut dilaksanakan di waktu yang mulia yaitu seperti pada bulan
Ramadhan. Begitu pula amalan bisa berlipat pahalanya jika dilaksanakan
di tempat yang mulia (seperti di Makkah dan Madinah) atau bisa pula
berlipat pahalanya karena dilihat dari keikhlasan dan ketakwaan orang
yang mengamalkannya. (Lihat Lathoiful Maarif, hal. 269-271)<br /> <br /> Semoga Allah memberikan Ampunan, rahmat dan kemudahan bagi kita semua. Aamin .<br /> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53c9ea89f32b37474179351">
<span class="text_exposed_show"></span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53c9ea89f32b37474179351">
<span class="text_exposed_show"><br /> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53c9ea89f32b37474179351">
<span class="text_exposed_show">Muhammad Abduh Tuasikal</span></div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-35949445378227289272014-07-18T20:57:00.000-07:002014-07-18T22:11:00.367-07:00:: DAHSYATNYA SEDEKAH, KHUSUSNYA DI BULAN RAMADHAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-AwnqPnDR8aE/U8n9xbBnOhI/AAAAAAAAB04/azFSJlT4wBg/s1600/oase+puasa+ramadhan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-AwnqPnDR8aE/U8n9xbBnOhI/AAAAAAAAB04/azFSJlT4wBg/s1600/oase+puasa+ramadhan.jpg" height="320" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span class="userContent"><br /> <br /> <u><i><b>Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan</b></i></u><br /> <br />
Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur
hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan
<span class="text_exposed_show">ini. Pahala diobral, ampunan Allah
bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari
kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak,
tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan. Insan yang menyadari
betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan
kedatangan bulan Ramadhan.<br /> <br /> <u><i><b>Mukmin Sejati Itu Dermawan</b></i></u><br /> <br />
Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar
dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan
umatnya untuk banyak bersedekah. Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi
lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin,
yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh
kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah.
Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala,
sebagaimana hadits<br /> :إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها“<br /> <br />
Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan
serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al
Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)<br /> <br />
Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil
adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati.
Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin.
Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi. <br /> <br /> Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:</span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br /> اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة“<br /> <br />
Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di
atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang
meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)<br /> <br /> Selain itu,
sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama
dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud
(dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> <br /> :إنَّما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلماً فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه، ويعلم لله فيه حقاً فهذا بأفضل المنازل“<br /> <br /> Dunia itu untuk 4 jenis hamba: <br />
Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman
terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya
dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat
hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.”
(HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)<br /> <u><i><b><br /> Keutamaan Bersedekah</b></i></u><br /> <br />
Allah Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar memuliakan orang-orang yang
bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan
bagi orang-orang yang gemar bersedekah. <br /> <br /> Terdapat ratusan
dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan orang-orang
yang bersedekah. Ibnu Hajar Al Haitami mengumpulkan ratusan hadits
mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul Al Inaafah
Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah, meskipun hampir sebagiannya perlu
dicek keshahihannya. <br /> <br /> Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh
kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh
mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil-dalil tersebut dan
ia tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak
bersedekah.<br /> <br /> Diantara keutamaan bersedekah antara lain:<br /> <br /> <i><b>1. Sedekah dapat menghapus dosa</b></i>.</span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> :والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار“<br /> <br />
Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR.
Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)<br /> <br />
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai
taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan
sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba,
mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum
melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya
agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena
termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar.
Allah Ta’ala berfirman<br /> <br /> :أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ“<br /> <br />
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman
dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)<br /> <br /> <i><b>2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.</b></i><br /> <br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis
manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada
naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis
manusia yang mendapatkannya adalah<br /> <br /> :رجل تصدق بصدقة فأخفاها، حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه“<br /> <br />
Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan
amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)<br /> <i><b><br /> 3. Sedekah memberi keberkahan pada harta.</b></i><br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> <br /> :ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا“<br /> <br />
Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang
pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no.
2588)<br /> <br /> Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? <br /> <br /> Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: <br /> <br />
Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka
pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak.
Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. <br /> <br /> Kedua, jika
secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut
‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan
sampai berlipat-lipat banyaknya.”<br /> <i><b><br /> 4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.</b></i><br /> <br /> Allah Ta’ala berfirman<br /> <br /> :إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ“<br /> <br />
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun
perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan
dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala
yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)5. <br /> <br /> <i><b>5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.</b></i><br /> <br />
Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan
dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah,
kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan
orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu
shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari
pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan
dipanggil dari pintu sedekah.”(HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)</span></span><br />
<br />
<i><b><span class="userContent"><span class="text_exposed_show"> </span></span></b></i><span class="userContent"><i><b>6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.</b></i><br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:والصدقة برهان“<br /> <span class="text_exposed_show"><br /> Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)<br /> <br />
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu
shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi
(kebenaran imannya)”<br /> <i><b><br /> 7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.</b></i><br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور“<br /> <br /> Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)<br /> <br /> <i><b>8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli</b></i><br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> <br /> :يا معشر التجار ! إن الشيطان والإثم يحضران البيع . فشوبوا بيعكم بالصدقة“<br /> <br />
Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam
jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi
no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)<br /> <br /> <i><b>9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.</b></i> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit<br /> <br />
:مثل البخيل والمنفق ، كمثل رجلين ، عليهما جبتان من حديد ، من ثديهما إلى
تراقيهما ، فأما المنفق : فلا ينفق إلا سبغت ، أو وفرت على جلده ، حتى
تخفي بنانه ، وتعفو أثره . وأما البخيل : فلا يريد أن ينفق شيئا إلا لزقت
كل حلقة مكانها ، فهو يوسعها ولا تتسع“<br /> <br /> Perumpamaan orang yang
pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju
besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang
bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar
di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju
besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang
pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya
merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.”
(HR. Bukhari no. 1443)<br /> <br /> Dan hal ini tentu pernah kita buktikan
sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita
memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.Dan masih banyak
lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan
orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita terpanggil?<br /> <br /> <i><b>10.
Pahala sedekah terus berkembang. Pahala sedekah walaupun hanya sedikit
itu akan terus berkembang pahalanya hingga menjadi besar.</b></i><br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> <br />
:إنَّ اللهَ يقبلُ الصدقةَ ، ويأخذُها بيمينِه ، فيُرَبِّيها لِأَحَدِكم ،
كما يُرَبِّي أحدُكم مُهْرَه ، حتى إنَّ اللُّقْمَةَ لَتَصِيرُ مِثْلَ
أُحُدٍ“<br /> <br /> sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan
mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Lalu Allah mengembangkan pahalanya
untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan
seekor anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa
berkembang hingga sebesar gunung Uhud” (HR. At Tirmidzi 662, ia berkata:
“hasan shahih”)<br /> <br /> <i><b>11. Sedekah menjauhkan diri dari api neraka</b></i><br /> <br />
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk
menjauhkan kita dari api neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh
kita darinya. <br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdaاتَّقوا النَّارَ ولو بشقِّ تمرةٍ ، فمن لم يجِدْ فبكلمةٍ طيِّبةٍ<br /> <br />
“jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika
kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah” (HR. Al Bukhari
6539, Muslim 1016)<br /> <b><br /> <i>12. Boleh iri kepada orang yang dermawanIri
atau hasad adalah akhlak yang tercela, namun iri kepada orang yang suka
bersedekah, ingin menyaingi kedermawanan dia, ini adalah akhlak yang
terpuji. </i></b><br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdaلا
حسدَ إلا في اثنتين : رجلٌ آتاه اللهُ مالًا؛ فسلَّطَ على هَلَكَتِه في
الحقِّ ، ورجلٌ آتاه اللهُ الحكمةَ؛ فهو يَقضي بها ويُعلمُها<br /> <br />
“tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang diberikan
harta oleh Allah, kemudian ia belanjakan di jalan yang haq, dan
seseorang yang diberikan oleh Allah ilmu dan ia mengamalkannya dan
mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 73, Muslim 816)<br /> <br /> <u><i><b>Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan</b></i></u><br /> <br />
Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita,
beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih
dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas
radhiallahu’anhuma<br /> <br /> :كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس
، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من
رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من
الريح المرسَلة“<br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di
bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap
malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR.
Bukhari, no.6)<br /> <br /> Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat
dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu<br /> <br /> :كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس“<br /> <br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling
berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)<br /> <br /> Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. <br /> <br />
Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa
sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian
karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat
dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus
cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus),
mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta
terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin
yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar
Al Asqalani dalam Fathul Baari.Oleh karena itu, kita yang mengaku
meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama. Yaitu
semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih
bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.<br /> <br /> <u><i><b>Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan</b></i></u><br /> <br />
Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi
teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan
adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di
bulan lainnya. <br /> <br /> Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:<br /> <br /> <u><i><b>1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.</b></i></u><br /> <br /> Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. <br /> <br />
Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:كل عمل ابن آدم له
الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل : إلا الصيام فإنه لي و
أنا الذي أجزي به<br /> <br /> “Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan
semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman:
‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan
membalasnya.’” (HR. Muslim no.1151)Dan sedekah, telah kita ketahui
keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung,
jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang
telah lalu, <br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda<br /> :من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه“<br /> <br />
Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni
dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)<br /> <br />
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika
semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda <br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br /> <br />
إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها الله لمن
ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام“<br /> <br />
Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat
dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah
menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan,
berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi
no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al
Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At
Targhib, 946)<br /> <br /> <u><i><b>2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.</b></i></u><br /> <br />
Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan
jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang
lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi.<br /> <br /> Subhanallah! <br /> Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. <br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br /> من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا<br /> <br />
“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang
berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun
mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan
shahih”)<br /> <br /> Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga
butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah
untuk diberikan kepada orang lain.<br /> <br /> كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء“<br /> <br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan
beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr
(kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At
Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi,
696)<br /> <br /> Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan
membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh
berkah ini.<br /> <br /> 3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih
dimudahkan.Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah
bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat
amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada
dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak
manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:<br /> <br /> فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ“<br /> <br />
Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al
A’raf: 16)<br /> <br /> Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal.
Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat
kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh <br /> <br /> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br /> إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة ، وغلقت أبواب النار ، وصفدت الشياطين“<br /> <br />
Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup
dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)<br /> <br />
Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu
berbedanya dengan bulan lain. Orang-orang bersemangat melakukan amalan
kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya.
Subhanallah.Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa
setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala
sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat
pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah
benar. Karena yang mendasari keyakinan ini adalah hadits yang lemah,
yaitu hadits:<br /> <br /> Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan
yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai
(ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa
pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya
sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu)
mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah
mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang
mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan
di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu
balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya
rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu)
memberikan buka kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi
maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka
dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa
mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu) sedikitpun.” Kemudian para
Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki
makanan untuk diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut
kepada orang yang memberikan buka dari sebutir kurma, atau satu teguk
air atau susu. <br /> <br /> Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat,
pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api
neraka.”Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu
Khuzaimah (no. 1887) dan Al Ash-habani dalam At Targhib (178). <br /> <br />
Ringkasnya, walaupun tidak terdapat kelipatan pahala 70 kali lipat
pahala ibadah wajib di luar bulan Ramadhan, pada asalnya setiap amal
kebaikan, baik di luar maupun di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan
oleh Allah 10 sampai 700 kali lipat. Berdasarkan hadits<br /> <br /> :إن
الله كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها الله
له عنده حسنة كاملة فإن هو هم بها فعملها كتبها الله له عنده عشر حسنات إلى
سبع مائة ضعف إلى أضعاف كثيرة“<br /> <br /> Sesungguhnya Allah mencatat
setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah
menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak
mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna.
Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah
mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR. Muslim
no.1955)<br /> <br /> Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan
Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat karena
sedekah adalah amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat 16
khusus amalan sedekah dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak Allah.
Kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah. Lalu jika
ia mengiringi amalan sedekahnya dengan puasa dengan shalat malam, maka
diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia tidak terlupa untuk
bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi orang yang berpuasa,
maka pahala yang sudah dilipatgandakan tadi ditambah lagi dengan pahala
orang yang diberi sedekah. Jika orang yang diberi hidangan berbuka
puasa lebih dari satu maka pahala yang didapat lebih berlipat lagi.</span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br /> </span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Semoga Allah memberikan hidayah dan taufik bagi kita semua. Amin.<br /> </span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><br /> </span></span><br />
<br /></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-89082702396786377862014-05-03T05:38:00.001-07:002014-05-03T05:38:25.938-07:00:: AL MUQSITH , YANG MAHA PEMBERI KEADILAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-bayYNoG2UM0/U2TiZjALXeI/AAAAAAAAByg/xyLeGOouYE0/s1600/al-Muqsith.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-bayYNoG2UM0/U2TiZjALXeI/AAAAAAAAByg/xyLeGOouYE0/s1600/al-Muqsith.jpeg" /></a></div>
<br />
<br />
Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang teraniaya dari orang yang menganiaya. Dan kesempurnaan Nya adalah dengan menjadikan orang yang teraniaya merelakan perbuatan orang yang menganiaya Nya.
Ini merupakan puncak dari sifat adil tanpa pandang bulu , dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.<br />
<br />
********<br />
<br />
Dari Umar bin Khattab ra, ketika Nabi SAW duduk, tiba-tiba beliau tertawa hingga tampak giginya yang putih berseri. Umar ra bertanya : Wahai rasulullah apa yang menyebabkan tuan tertawa ?<br />
<br />
Rasul SAW menjawab : 2 dari umatku berlutut di hadapan Allah SWT , lalu salah seorang berkata : Ya Rabb , ambillah hakku dari orang yang menganiayaku ini.<br />
<br />
Lalu Allah SWT berkata kepada orang yang menganiayanya itu : Kembalikan kepada saudaramu semua yang kau ambil darinya dengan aniaya !<br />
<br />
Orang itu menjawab : Ya Rabb , tidak ada lagi kebaikan yang tersisa padaku .<br />
<br />
Lalu orang yang teraniaya itu berkata : Ya Rabb , timpakan dosa-dosaku kepadanya !
<br />
<br />
Kemudian Rasulullah SAW menangis seraya berkata : " Itulah hari maha dahsyat , sehingga orang perlu minta supaya dosanya ditanggungkan kepada orang lain."<br />
<br />
Beliau melanjutkan : "'Kemudian Allah berkata : angkatlah pandanganmu dan lihatlah ke dalam surga.
"<br />
<br />
Lantas orang itu berkata : Ya Rabb , aku melihat kota kota terbuat dari perak dan istana istana terbuat dari emas dihiasi permata, untuk siapakah ia gerangan ? Untuk nabi yang mana , atau untuk shiddiq yang mana , atau untuk syahid yang mana ?<br />
<br />
Allah SWT menjawab : Ia Aku berikan kepada orang yang memberikan harganya !<br />
<br />
Orang itu bertanya : Ya Rabb , siapakah yang mampu membayar harganya ?<br />
<br />
Allah menjawab : Engkau bisa memberikan harganya.<br />
<br />
Tanya : Dengan apa ?<br />
<br />
Jawab : Dengan pemberian maafmu kepada saudaramu !<br />
<br />
Orang itu berkata : Ya Rabb , aku telah memaafkannya<br />
<br />
Lalu Allah SWT berkata : Peganglah tangan saudaramu itu dan bawalah masuk bersamamu ke dalam surga.<br />
<br />
Kemudian Nabi SAW bersabda : Takutlah kamu sekalian kepada Allah, dan <br />
berdamailah diantara sesama kamu, karena sesungguhnya Allah kelak pada hari kiamat juga akan memperdamaikan antara sesama kaum mukminin.<br />
<br />
SUBHANALLAH , ALLAHU AKBAR ,,<br />
<br />
<br />
<br />
Sumber<br />
Rahasia 99 nama Allah yang Indah<br />
Al Ustadz Mahmud Samiy<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-11760469141641022482014-04-12T05:57:00.002-07:002014-04-12T06:02:35.402-07:00:: ANTARA TAWADU’ DENGAN TAKABBUR ..<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-6PulBCozoO8/U0k5Q0SSyNI/AAAAAAAABx8/FRBVVmxtiPM/s1600/IMG_20140412_185047.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-6PulBCozoO8/U0k5Q0SSyNI/AAAAAAAABx8/FRBVVmxtiPM/s1600/IMG_20140412_185047.jpg" /></a></div>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><br /> <br />
Man atsbata linafsihi tawadhu’an fahuwal mutakabbiru haqqan
idzlaisat-tawaadhu’u illaa’an rif’atin famtaa atsbata linafsika
tawadhu’an fantal mutakbbiru<br /> <br /> Artinya : Barangsiapa yang merasa
dirinya tawadhu’ (merendahkan diri), maka dengan demikian itu sebenarnya
dia adalah orang yang sombong sebab tidaklah ada tawadu’ itu <span class="text_exposed_show">melainkan
dirinya sendiri merasa tinggi. Maka apabila ada rasa tawadhu’ di dalam
jiwa-Mu, maka berarti kamu adalah orang yang benar-benar takabbur
(sombong)”.<br /> <br /> Di antara para ulama terdapat perbedaan-perbedaan
dalam mendefinisikan kata tawadhu’. Akan tetapi walaupun berbeda-beda
namun pada hakekatnya adalah sama saja, yakni yang berarti merendahkan
diri.<br /> <br /> Beberapa definisi di antaranya adalah :<br /> ------------------------------<wbr></wbr><span class="word_break"></span>----------------<br /> </span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">1. Sikap tidak menganggap perbuatannya lebih tinggi dari yang lain.<br /> <br />2. Bersikap tenang, sederhana, sungguh-sungguh dan menjauhi perbautan
takabbur (sombong), ganas, ataupun membangkang. Dan tawadhu ini
merupakan salah satu (sifat) yang harus dimiliki oleh setiap orang yang
beriman.<br /> <br /> ◕3. Menurut Fadloil bin Iyyadh, Tawadhu’ adalah tunduk
dan taat melaksanakan yang hak (benar) serta mau menerima kebenaran dari
siapapun.<br /> <br />4. Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah, hakekat tawadhu’
adalah mengambil kekuasaan yang hak (benar) dengan bersungguh-sungguh
mencapainya, taat dalam menghambakan diri kepada Allah sehingga
benar-benar menjadi hamba Allah (bukan hamba orang banyak)<br /> <br />5. Bukan hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapapun dan tanpa menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain.<br /> <br />
Adapun kebalikan dari sikap tawadhu’ adalah takabbur. Di dalam Hadits
riwayat Muslim disebutkan, bahwa takabbur (sombong) itu adalah menolak
hak (kebenaran), dan merendahkan orang lain.<br /> Sedangkan balasan bagi orang-orang yang takabbur (sombong) adalah baginya tidak disediakan tempat sedikitpun di syurga.<br /> <br /> Hal ini sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Qoshosh ayat 83, yang artinya :<br /> <br />
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”.<br /> <br /> Akan
tetapi antara tawadhu’ dan takabbur ini mempunyai perbedaan yang samara.
Sehingga tanpa disadari terkadang orang yang tawadhu’ (mutawadli) pun
bisa terjebak kedalam sifat takabbur. Hal ini bisa terjadi bilaman
mutawadli’ itu merasa bahwa dirinya adalah orang yang tawadhu’. Sebab
tidak ada orang yang merasa bahwa dirinya tawadhu’ melainkan perasaan
itu timbul dari rasa sombong (takabbur).<br /> <br /> Kembali kepada firman
Allah dalam Surat Al-Qoshosh ayat 83, di atas tadi, disana bisa terlihat
adanya hubunmgan yang seimbang (relevansi) antara kesombongan dengan
perbuatan kerusakan di muka bumi. Dan memang hal ini sudah sering
terbukti, di mana orang-orang yang sombong yang merasa dirinya paling
kuat, paling pandai, paling ditakuti, dan sebagainya, berbuat
kesewenang-wenangan menurut kemauannya sendiri tanpa menghiraukan
kepentingan orang lain, merasa perbuatannya selalu benar, atau berbuat
kerusakan di sana sini sekehendak hatinya sendiri karena merasa tidak
akan ada orang lain yang berani menegur atau melarangnya.<br /> <br />
Adapun sebab-sebab yang mengakibatkan seorang terjebak ke dalam sifat
takabbur dan berbuat kerusakan di muka bumi di antaranya adalah :<br /> <br /> 1. Tidak adanya iman di dalam jiwanya.<br /> <br /> 2. Merasa mempunyai kelebihan dibandingkan orang lain, seperti karena kekayaannya, kedudukannya, kepandaiannya dan sebagainya.<br /> <br /> 3. Keinginan untuk di puji, di sanjung, dihormati, disayangi, menjadi pusat perhatian dan sebagainya.</span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show"><br /> Adapun obat untuk menyembuhkan penyakit takabbur yang bersarang di dalam (hati) itu antara lain :<br /> <br /> 1. Selalu merasa bahwa dirinya adalah sebagai hamba Allah yang mempunyai banyak kelemahan dan kekurangan.<br /> <br />
2. Membuka lebar-lebar pintu hati untuk dimasuki nasehat-nasehat yang
baik dari siapapun juga tanpa memandang kepada yang memberi nasehat,
tetapi memandang apa yang dinasehatkan kepadanya.<br /> <br /> 3. Banyak bercermin atau mengoreksi kesalahan dan kekurangan diri sendiri dan kemudian berusaha untuk memperbaikinya.<br /> <br />
Setiap orang seharusnya mengambil pelajaran dari tanaman padi, yaitu
makin berisi makin merunduk. Jadi apabila ada orang yang makin berisi
kemudian makin tinggi mengangkat kepalanya agar setiap orang melihat
atau memandangnya, maka demikian ini tidaklah dapat disebut tawadhu’ .
hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy-Syadzili r.a. berikut
ini :<br /> <br /> “barang siapa merasa dirinya berharga (terhormat) maka baginya itu tidak dikatakan tawadhu’.<br /> <br /> Juga Imam Yazid r.a. pernah mengatakan :<br /> <br />
“Selama hamba itu menyangka bahwasanya dikalangan makhluq masih ada
orang yang lebih jahat (jelek) dirinya, maka dia itulah orang yang
sombong”.<br /> <br /> Beberapa tanda atau cirri-ciri orang yang tawadhu’ yaitu “<br /> <br /> 1. Tidak marah atau sakit hati bila dicemooh orang lain.<br /> 2. Tidak merasa benci jika dikatakan sombong.<br /> 3. Tidak serakah pada pangkat atau kedudukan.<br /> 4. Tidak menganggap dirinya sebagai orang yang dihormati dan disegani.<br /> <br />
Baik dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits terdapat banyak sekali
anjuran-anjuran yang memerintahkan pada kaum muslim untuk senantiasa
berlaku tawadhu’. Di antaranya adalah :<br /> <br /> 1. Dalam surat Al-Furqon ayat 63, yang artinya :<br /> <br />
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang
berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang yang
jahil mengajak bertengkar dengan mereka, mereka balas dengan ucapan yang
bijaksana”.<br /> <br /> 2. Dalam surat An-Nahl ayat 23, yang artinya :<br /> <br /> “Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang sombong (takabbur).<br /> <br /> 3. Dalam sebuah Hadits Riwayat Abu Nai’m yang bersumber dari Abu Hurairoh, yang artinya :<br /> <br /> “Barang siapa yang bertawadhu’ karena Allah niscaya Allah akan mengangkat derajatnya”.<br /> <br /> Selain itu ada pula sebuah Hadits yang artinya :<br /> <br />
“Apakah kalian ingin memberitahukan (mengenai) orang-orang yang
diharamkan api neraka, atau api neraka yang diharamkan baginya?.<br /> <br />
(Yaitu) api neraka itu haram bagi orang-orang yang dekat (kepada
Tuhannya), merendahkan diri (kepada-Nya), lemah lembut dan taat”<br /> <br /> Dalam hal tawadhu’ ini Ibnu Athilah pernah mengatakan:<br />
“Hakekat orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) itu adalah apa yang dia
lakukan itu diri penglihatannya akan kebesaran Allah dan kejelekan
sifat-sifat-Nya”.<br /> <br /> Lebih lanjut Ibnu At-Atho’illah mengatakan :<br /> “Tidak bisa mengeluarkan kamu dari sifat sombong, kecuali (dengan) melihat sifat-sifat Allah”.<br /> <br />
Memang benar apa yang dikatakan Ibnu Atho’illah di atas. Sebab dengan
hanya melihat kebesaran, keagungan dan kesempurnaan Allah-lah (yakni
dengan cara melihat dan memikirkan segala sesuatu yang ada dan terjadi
di sekitar kita), maka kita akan merasa, bahwa kita ini kecil, lemah
hina, tidak mempunyai apa-apa dan juga tidak mampu berbuat apa-apa tanpa
pertolongan dari-Nya.dan sebagai akhir dari pembahasan bab ini, marilah
kita bersama-sama berusaha mentauladani akhlaq rasulullah yang berikut
ini :<br /> <br />Beliau tidak segan-segan memberi salam kepada
anak-anak, bercakap-cakap dan bersenda gurau dengan mereka, sehingga
kebanyakan di antara mereka menjadi manja kepada beliau<br /> <br />Di
dalam rumah tangganya, beliau tidak segan-segan untuk menyapu, mencuci,
memberi makan ternak, memeras susu kambing, berbelanja sendiri ke pasar,
makan bersama-sama dengan pelayan dan sebagainya.<br /> <br />Dalam
bepergian beliau tidak merasa malu untuk memberi salam terlebih dahulu
walaupun kepada orang miskin atau kepada orang lebih mudah dari beliau.<br /> <br />Sebagai seorang Penglima Perang beliau juga turut membuat bparit
untuk perlindungan (ketika terjadi perang khondaq), ikut mencari kayu
baker, memasak makanan dan sebagainya.<br /> <br />Sebagai seorang penguasa beliau tidak mau dibeda-bedakan. Terhadap hal ini hal ini beliau pernah bersabda, yang artinya :<br /> <br /> “Sesungguhnya Allah tidak mau melihat hamba-Nya di beda-bedakan, diantara sesame kawannya”.<br /> <br />Ketika kedatangan tamu, beliau sendirilah yang menerima, melayani dan menyuguhkan hidangan untuk tamunya<br /> <br />Dalam sebuah pertemuan, beliau tidak mau duduk di tempat yang
diistimewakan, tetapi bercampur dengan kebanyakan orang. Dalam hal ini
beliau bersabda, yang artinya :<br /> <br /> “Wahai kalian semua, Allah telah (terlebih dulu) mengambil aku sebagai hamba-Nya sebelum Dia mengambil Nabi dan Rasul-Nya”.<br /> </span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">Apabila melakukan perjalanan bersama-sama sahabatnya. Beliau tidak
mau berjalan paling depan, juga tidak mau diiringkan. Ketika ada
sahabatnya yang memintanya untuk berjalan paling duluan, beliau
mengatakan :<br /> <br /> “Biarlah dibelakangku ada malaikat yang mengikuti”.<br /> </span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">Apabila mendapat undangan, beliau selalu menyempatkan diri untuk
hadir, walaupun yang mengundangnya itu dari kalangan orang miskin atau
orang yang tidak berkedudukan.<br /> <br />Beliau tidak segan-segan
untuk bergaul dengan siapa saja dan duduk-duduk bersama mereka tanpa
memandang status dan kedudukannya.<br /> <br />Pakaian yang dikenakannya tidak pernah lebih bagus dari yang dipakai sahabt-sahabatnya.<br /> <br />Jika bersenda gurau, beliau selalu menggunakan kata-kata yang baik
dan tidak pernah tertawa dengan terbahak-bahak, melainkan dengan
tersenyum saja.<br /> <br />Apabila ada pengaduan dari umatnya, maka
beliau akan memperhatikannya dengan teliti dan akan berusaha
menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya.<br /> <br /> Demikian akhlaq terpuji yang telah dicontohkan Rasulullah. Mudah-mudahan kita semua dapat mentauladaninya.</span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-25282313729814433882014-04-12T05:42:00.001-07:002014-04-12T06:11:37.145-07:00:: CARA-CARA BERSYUKUR KEPADA ALLAH <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-PRNpiVMOAUA/U0k6TQevttI/AAAAAAAAByQ/eqw_3UxAtRo/s1600/tumblr_lqicx2R25D1qgvpx6o1_500.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-PRNpiVMOAUA/U0k6TQevttI/AAAAAAAAByQ/eqw_3UxAtRo/s1600/tumblr_lqicx2R25D1qgvpx6o1_500.jpeg" height="212" width="320" /></a></div>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><br /> <br />
Man lam yaqbal ‘alallaahi bimulaathafaatil ihsaani quyyida ilaihi
bisalaasiilal imtihaani man lam yasykurinni’ama faqad ta’arradha
lizawaalihaa waman syakarahaa faqad qayyadahaa bi’iqaaliha.<br /> <br />
Artinya : “Barangsiapa yang tidak menghadap kepada Allah ketika diberi
kehalusan-kehalusan karunianya, niscaya dia akan dibelenggu dengan
berbagai (rantai ujian). Barang siap<span class="text_exposed_show">a
yang tak mensyukuri segala nikmat, maka benar-benar dia telah
menyodorkan untuk hilangnya nikmat. Dan barangsiapa yang mensyukuri
nikmat, benar-benar dia telah mengikatnya dengan tali”.<br /> <br /> Sebagai
orang mukmin yang telah begitu banyak menerima kenikmatan, kita
seharusnya banyak bersyukur pada Yang Memberi Kenikmata (Allah). Bahkan
begitu banyaknya, hingga kita tak akan pernah mampu untuk menghitungnya.<br />
Kenikmatan, yang oleh Imam Ghozali dikatakan sebagai kebahagiaan,
keutamaan dan segala macam keinginan yang dapat terpenuhi dan kita
rasakan, pada hakekatnya terbagi menjadi dua macam yaitu :<br /> <br /> 1.
Kenikmatan yang bersifat fitri atau azazi, yakni kenikmatan yang
diberikan Allah sejak manusia dilahirkan. Misalnya telinga untuk
mendengar, mata untuk melihat, hati (akal) untuk berfikir, serta
alat-alat tubuh lain yang diper;ukan.<br /> <br /> Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78, yang artinya : “dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur”.<br /> <br /> 2. Kenikmatan yang dirasakan pada waktu yang
akan datang (tidak langsung diberikan ketika lahir). Yang termasuk ke
dalam kenikmatan ini adalah seperti diciptakannya macam tanaman,
berbagai macam hewan, bumi dan semua yang terkandung di dalamnya untuk
manusia.<br /> <br /> Demikianlah besar dan terlalu seringgnya kita menerima
dan merasakan nikmat dari Allah. Hingga seringkali kita lupa, bahwa apa
yang kita terima dan rasakan itu merupakan nikmat. Seperti halnya pada
orang yang sehat, karena berhari-hari, berbulan-bulan bertahun-tahun
dalam keadaan sehat, maka ia sama sekali tidak merasakan bahwa
kesehatannya itu merupakan nikmat. Baru ketika terserang penyakit, ia
akan merasakan betapa besar nikmat berupa kesehatan itu.<br /> <br /> Kalau
Nabi Muhammad sendiri sebagai orang ma’sum atau terpelihara dari dosa
saja merasa tidak termasuk kedalam golongan orang-8orang yang bersyukur,
apakah lalu kita yang berlumuran dosa ini tidak merasa malu untuk
menerima pemberian-Nya tanpa mau bersyukur kepada-Nya? Sebagai seorang
mukmin kita tentu tidak ingin mengabaikan perintah Allah, sebagaimana
tersebut dalam Al-Qur’an Surat An_Nhl ayat 144, <br /> <br /> yang artinya :<br /> <br /> “Bersyukurlah terhadap nikmat Allah, jika kamu sungguh-sungguh menyembah kepada-Nya”,<br /> <br /> Adapun tentang cara-cara bersyukur itu ada tiga macam, yaitu :<br /> <br />
1. Bersyukur dengan hati. Maksudnya, ia merasa yaqin bahwa segala macam
kenikmatan itu datangnya dari Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam
Al-Qur’an Surat An_Nahl ayat 53, yang artinya : “dan apa saja nikmat
yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya), dan bila kamu
ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta
pertolongan”.<br /> <br /> 2. Bersyukur dengan lisan. Maksudnya dengan
memperbanyak bacaan Hamdalah (Al-Hamdulillah). Hal ini tersebut dalam
Al-Qur’an Surat Adh-Dhuhaa ayat 11, yang artinya : “Dan terhadap nikmat
Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebutnya (dengan bersyukur)”.<br /> <br /> 3.
Bersyukur dengan semua anggota badan. Jadi dengan demikian, bersyukur
itu tidak hanya cukup dengan lisan atau ucapan saja. Tetapi lebih dari
pada itu harus diwujudkan dengan perbuatan perbuatan yang diridhai serta disukai Nya</span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show"><br /></span></span>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show"><br /></span></span>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan hamba hambaNya yang bersyukur dalam keridhaan Nya. Aamiin. </span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-27173180464176060742014-04-05T03:53:00.001-07:002014-04-12T03:05:51.664-07:00:: MENGAPA KITA HARUS BERHIAS DENGAN AKHLAK YANG MULIA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-D3EzKsPpjgQ/U0kP3DYAlrI/AAAAAAAABxc/L-ct3R9kxMU/s1600/296302_156911064468135_953814746_n.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-D3EzKsPpjgQ/U0kP3DYAlrI/AAAAAAAABxc/L-ct3R9kxMU/s1600/296302_156911064468135_953814746_n.jpeg" height="172" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
1. Akhlak mulia dicintai Allah.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda,<br />
"Sesungguhnya Allah itu Mulia, Dia menyukai kemuliaan dan ketinggian akhlak, serta membenci akhlak yang hina."<br />
(HR. al-Hakim, sanad shohih)<br />
<br />
2. Seorang mukmin yang bersifat dengan akhlak baik adalah mukmin yang paling sempurna imannya.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda,<br />
"Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya."<br />
(HR. Tirmidzi, sanad hasan)<br />
<br />
3. Akhlak yang baik adalah jalan untuk masuk surga.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda,<br />
"Saya yang menjamin dengan 1/satu rumah di surga yang paling tinggi bagi yang baik akhlaknya."<br />
(HR. Abu Dawud, sanad hasan)<br />
<br />
4. Akhlak yang baik merupakan sebab kedekatan dengan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda pada hari kiamat dan membawa kepada cinta Beliau shallallahu alayhi wasallam.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda,<br />
"Orang yang paling aku cintai diantara kalian dan yang paling dekat tempatnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya."<br />
(HR. Tirmidzi, sanad hasan)<br />
<br />
5. Akhlak yang baik memiliki timbangan yang paling berat bagi hamba.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda,<br />
"Tidak ada sesuatu yang paling berat di timbangan daripada akhlak yang baik."<br />
(HR. Abu Dawud, sanad shohih)<br />
<br />
6. Derajat seorang mukmin yang berakhlak yang baik akan sampai ke derajat orang yang berdiri sholat di malam hari dan berpuasa di siang hari.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda,<br />
"Sesungguhnya dengan akhlaknya yang baik, seseorang dapat mencapai derajat-derajat orang yang berdiri sholat di malam hari dan berpuasa di siang hari."<br />
(HR. Abu Dawud, sanad shohih)<br />
<br />
7. Akhlak yang baik menambah umur dan memakmurkan negeri.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda,<br />
"Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik memakmurkan kampung dan menambah umur."<br />
(HR. Ahmad, sanad shohih)<br />
(Mukhtasar Syarah Durusul Muhimmah li Amatik Ummah)<br />
<br />
Ya Allah, karuniakanlah kami hati yang bersih serta akhlak yang mulia .<br />
Aamin Ya Robbal alamin ..<br />
<br />
<br />
<br />
Kitab Durusul Muhimmah karya Syaikh bin Baz rahimahullah<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-85677837719302205742014-04-05T03:44:00.001-07:002014-04-12T05:33:43.812-07:00:: ORANG ORANG YANG DIWAFATKAN DALAM KEADAAN SHALIH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-JcRCTMtybUE/U0kyNzQr8_I/AAAAAAAABxs/tjb48CjcWfc/s1600/IMG_20140216_154237.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-JcRCTMtybUE/U0kyNzQr8_I/AAAAAAAABxs/tjb48CjcWfc/s1600/IMG_20140216_154237.jpg" /></a></div>
<br />
Apabila seseorang menghadapi ajalnya dalam keadaan kembali kepada modal dasar kesuciannya (fithrah) atau bahkan lebih dari itu (beruntung), maka sesungguhnya walaupun jasadnya dikubur di dalam tanah, namun jiwa (nafs) nya tidaklah mati, ia hidup di sisi Allah dan dapat berjalan-jalan di tengah-tengah manusia, namun kebanyakan manusia tidak menyadarinya.<br />
<br />
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. Al Baqarah [2]:154).<br />
<br />
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya. (QS. Al An’aam [6]:122).<br />
<br />
Dan di akhirat nanti ia akan mendapatkan balasan Surga, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.<br />
<br />
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. Ash Shaff [61]:11-12).<br />
<br />
** Berjihad yang dimaksudkan disini adalah dengan taubat sebenar benar taubat , meninggalkan dosa dosa , memperbanyak amal shalih , berjuang menegakkan agama Allah (dakwah) dll<br />
<br />
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai ... (QS. At Tahrim [66]:8).</div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-46222339333887885042014-04-05T03:33:00.001-07:002014-04-12T02:53:47.881-07:00:: UTAMANYA AMALAN HATI <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-Fc8jAab4gOc/U0kMmTyOlPI/AAAAAAAABxE/-s0RKRAIwzY/s1600/images-12.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-Fc8jAab4gOc/U0kMmTyOlPI/AAAAAAAABxE/-s0RKRAIwzY/s1600/images-12.jpeg" /></a></div>
<br />
<br />
Aisyah رضي الله عنه pernah berkata,<br />
<br />
“Sungguh kalian melupakan ibadah yang paling utama, yaitu amalan hati .”<br />
<br />
Ibnul Qayyim menyatakan, bahwa amaliyah tidak diukur dari tinggi rendahnya kualitas oleh bentuk dan jumlahnya, tetapi hanya diukur dengan apa yang ada didalam hati.<br />
<br />
Bisa jadi bentuk amalannya sama tetapi kulitas dihadapan Allah bagaikan jarak langit dan bumi.<br />
<br />
Kualitas batin suatu amaliyah sangat menentukan nilai amalan itu sendiri, walaupun ini bukan berarti tata cara (kaifiyah) beramal dan beribadah diabaikan...<br />
Dan ibadah dan perbuatan baik, tidak hanya sebatas gerak fisik, namun substansinya terletak pada kualitas hati.<br />
<br />
Dari an-Nu’man bin Basyir beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:<br />
<br />
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia”.<br />
<br />
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan memperbaiki amalan hati, karena kebaikan dan keburukan seluruh anggota badan mengikuti kebaikan dan keburukan hati manusia<br />
<br />
Dalam hadits lain yang semakna, Rasulullah bersabda: “Takwa itu (terletak) di sini”, dan beliau menunjuk ke dada (hati) beliau tiga kali<br />
<br />
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:<br />
<br />
- Yang dimaksud dengan amalan hati adalah cinta, takut, berharap, berserah diri, yakin, ridha dan lain-lain, yang semua ini tidak pantas diserahkan kecuali kepada Allah semata-mata.<br />
<br />
- Mengusahakan perbaikan amalan hati lebih wajib bagi seorang hamba daripada amalan anggota badan, karena amalan hati inilah yang membedakan orang-orang yang benar dalam keimanannya dari orang-orang yang dusta (munafik)<br />
<br />
- Imam an-Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat (anjuran) yang kuat untuk (selalu) mengusahakan perbaikan (amalan) hati dan menjaganya dari kerusakan (keburukan)<br />
<br />
- Imam Ibnul Qayyim berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya seorang hamba hanyalah mampu melalui tahapan-tahapan perjalanan menuju (ridha) Allah dengan hati dan keinginannya yang kuat, bukan (cuma sekedar) dengan (perbuatan) anggota badannya. Dan takwa yang hakiki adalah takwa (dalam) hati dan bukan takwa (pada) anggota badan (saja).<br />
<br />
Allah berfirman:
“Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar (perintah dan larangan) Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan (dalam) hati” (QS al-Hajj:32)<br />
<br />
(Dalam ayat lain) Allah berfirman<br />
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya” (QS al-Hajj:32)”<br />
<br />
Lihatlah misalnya orang-orang munafik di jaman Rasulullah, mereka menampakkan Islam secara lahir, dengan tujuan untuk melindungi diri mereka dari kaum muslimin, padahal dalam hati mereka tersimpan kekafiran dan kebencian yang besar terhadap agama Islam.
<br />
<br />
Ketika menjelaskan makna hadits kedua di atas, imam an-Nawawi berkata:<br />
<br />
“Artinya: sesungguhnya amalan perbuatan yang tampak (pada anggota badan) tidaklah (mesti) menunjukkan adanya takwa (yang hakiki pada diri seseorang), akan tetapi takwa (yang sebenarnya) terwujud pada apa yang terdapat dalam hati (manusia), berupa pengagungan, ketakutan dan (selalu) merasakan pengawasan Allah”<br />
<br />
- Hati manusia adalah ibarat raja, sedangkan seluruh anggota badan ibarat bala tentaranya, mereka semua taat kepada sang raja dan tidak berani menyelisihi perintahnya. Maka kalau sang raja baik berarti semua bala tentaranya akan baik dan kalau dia buruk berarti semua bala tentaranya akan buruk<br />
<br />
Allah tidak akan menerima seorang yang menghadap-Nya kecuali dengan membawa hati yang selamat (bersih), sebagaimana dalam firman-Nya:
Yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS asy-Syu’araa’: 89).<br />
<br />
<br />
Hati yang bersih adalah hati yang hanya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah dan segala sesuatu yang dicintai-Nya, serta rasa takut kepada-Nya dan takut terjerumus kepada segala sesuatu yang dibenci-Nya<br />
<br />
<br />
<br />
Wallahu a'lam bishawab<br />
Abdullah bin Taslim al-Buthoni<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
</div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-33147260719318253862014-03-01T02:45:00.003-08:002014-03-01T02:45:53.471-08:00:: TUHAN MAAF KAMI SEDANG SIBUK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-dwuNyl062Ko/UxG6TvJVY9I/AAAAAAAABws/tco_LURlWZk/s1600/oase+tuhan+maaf+kami+sedang+sibuk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-dwuNyl062Ko/UxG6TvJVY9I/AAAAAAAABws/tco_LURlWZk/s1600/oase+tuhan+maaf+kami+sedang+sibuk.jpg" height="167" width="320" /></a></div>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><br /> <br /> Tuhan..<br /> Harap maklumi kami manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan...<br /> Kami benar-benar sibuk.. sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu..<br /> <br /> Tuhan.. <br /> Kami sangat sibuk. ..Jangankan berjamaah.. bahkan munfarid pun kami tunda-tunda..<br /> Jangankan rawatib.. zikir..berdoa.. tahajud..bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah sangat mem<span class="text_exposed_show">beratkan kami..<br />
Jangankan puasa Senin-Kamis.. jangankan ayyaamul baith.. jangankan
puasa nabi Daud..bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh..<br /> <br /> Tuhan..<br />
Maafkan kami..kebutuhan kami di dunia ini masih sangatlah banyak..
sehingga kami sangat kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal
kami di alam abadi-Mu...<br /> Jangankah sedekah.. jangankan jariyah..bahkan mengeluarkan zakat yang wajib saja seringkali terlupa..<br /> <br /> Tuhan..<br /> Urusan-urusan dunia kami masih amatlah banyak...<br /> Jadwal kami masih amatlah padat..<br /> Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu..<br /> Kami masih belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam rukuk..menyungkur sujud<br /> .menangis..mengiba..berdoa.. dan mendekatkan jiwa sedekat mungkin dengan-Mu..<br /> <br /> Tuhan..<br /> Tolong jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami....</span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show"><br /> KARENA KAMI MASIH TERLALU SIBUK ....</span></span><br />
<br />
<br />
<br />
<i><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show"> </span></span><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Oleh A.R Rifan</span></i></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-45141579705189386862014-03-01T02:39:00.001-08:002014-03-01T02:39:28.710-08:00:: UBAN ADALAH CAHAYA PADA HARI KIAMAT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-UvatxdtLpbg/UxG4hdqkEfI/AAAAAAAABwY/rfLdUW9XZ-Q/s1600/oase+uban.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-UvatxdtLpbg/UxG4hdqkEfI/AAAAAAAABwY/rfLdUW9XZ-Q/s1600/oase+uban.jpg" /></a></div>
<span class="userContent"><br /> <br />
Diantara manusia ada yang merasa malu saat uban tumbuh pertama kali
dikepalanya serta tidak suka jika dilihat orang lain. Ia pun mencabutnya
karena tidak mengetahui bahwa pada hari kiamat uban<span class="text_exposed_show"> merupakan cahaya bagi pemiliknya <br /> <br />
Diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid r.a bahwa Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam bersabda “ Barangsiapa yang beruban rambutnya dalam
Islam, niscaya uban itu akan menjadi cahayanya pada hari kiamat” <br /> <br />
Ketika itu ada seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam
“Sesungguhnya ada orang –orang yang mencabut uban mereka” . Rasulullah
shalallahu Alaihi Wasallam pun bersabda, “Barangsiapa yang ingin
melakukannya berarti hendak mencabut cahayanya” (HR Al Bazzar , Ath
Thabrani dan di hasankan Al- Albani dalam shahih At –Targhib wat Tarhib
(2092).<br /> <br /> Diantara keutamaan membiarkan uban dan tidak
mencabutnya ialah pada hari kiamat kelak pemiliknya akan diberikan Empat
Hal penting : <br /> Cahaya diatas Shirat, setiap rambut putih dibalas
satu kebaikan, dihapus darinya satu keburukan, dan Allah mengangkat satu
derjat dari rambut itu.<br /> <br /> Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a
bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wasallam bersabda ; “Janganlah kalian
mencabut Uban! Sesungguhnya uban itu adalah cahaya pada hari kiamat .
Barangsiapa yang tumbuh ubannya ketika Islam niscaya dicatatkan untuknya
dengan uban itu satu kebaikan, dihapus dari orang itu satu
kesalahan(dosa) dan ia ditinggikan satu derjat baginya dengan uban itu”
(HR Ahmad dalam Al-Fath Ar Rabbani 17/315, At Thirmidzi (2821),Ibnu
Majah (3721) dan Ibnu Hibban. Sedangkan dalam shahih At-Targhib wat
Tarhib Al Albani berkata “hadis ini Hasan shahih”(2096).<br /> <br /> Dari
sini kita bisa mengetahui bahwa setiap perintah nabi Shalallahu Alaihi
Wasallam dan setiap amal shaleh tidaklah diperintahkan secara sia-sia.
Pada hari kiamat amal kebaikan tersebut akan memiliki faedah dan buah
sebagai ganjaran bagi setiap orang yang taat kepada Allah dan menjadi
pembeda antara orang yang taat dengan orang yang bermaksiat.<br /> <br />
Uban merupakan suatu nikmat, sebab uban adalah pemberi peringatan dan
pengingat bagi orang yang paham terhadap dekatnya ajal.<br /> Allah SWT
berfirman ; “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu “Ya Rabb kami
keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih
berlainan dengan yang telah kami kerjakan’ dan apakah kami tidak
memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang
yang mau berpikir , dan (apakah tidak ) datang kepadamu pemberi
peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang
yang zalim seorang penolongpun “ ( QS Fathir : 37) <br /> <br /> Abdul Aziz
bin Abu Rawwad berkata kepada seseorang : “Barangsiapa yang tidak bisa
mengambil nasehat dari tiga hal, berarti dia tidak akan bisa
diperingatkan dengan apapun , yaitu Islam, Al-Quran dan Uban” (Shifatush
Shafwah , Ibnu Al- Jauzi : 1/ 470)<br /> <br /> <i>Dikutip dari Diatas Titian Jahannam , Rahasia Selamat Diatas Shirat ; </i></span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><i>Karya Dr Muhammad An – Nuaim.<br /> BC05092010</i></span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1129018718802526417.post-23683109662024425042014-03-01T02:33:00.003-08:002014-03-01T05:12:24.114-08:00:: BERSABARLAH SESUNGGUHNYA ENGKAU SEDANG DIPILIHNYA <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-rbC-oMEgYFE/UxG3eV7M62I/AAAAAAAABwQ/bp-gmAMNyq0/s1600/oase+sabar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-rbC-oMEgYFE/UxG3eV7M62I/AAAAAAAABwQ/bp-gmAMNyq0/s1600/oase+sabar.jpg" /></a></div>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><br /> Sesungguhnya setiap kejadian tidaklah ada yang kebetulan ..<br /> Segala yang kecil dan besar yang terjadi tak luput dari kehendak Nya<br /> <br />
Ketika Allah menghendaki kebaikan pada suatu kaum / seorang hamba ,
maka akan diberinya tarbiyah tarbiyah pembelajaran dari Nya ... Allah
sucikan dia ... Allah dekatkan pada majelis ilmu ... Allah bukakan
kepahaman-kepahaman unt<span class="text_exposed_show">uk semakin dekat dan
mengenal Nya ...dan Allah ingatkan terus untuk beribadah serta beramal
soleh , dengan cara yang Dia kehendaki ...<br /> <br /> Maka bersabarlah ..<br /> Karena dengan ujian-ujian itu Allah hendak menabungkan banyak sekali pahala ...</span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">Dan janganlah engkau menjauh dari majelis ilmu<br /> <br /> Rasulullah SAW bersabda :<br />
Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya
Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka.
Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa
murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi)<br /> <br /> Sa’ad bin Abi
Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah,
siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?” Nabi Saw
menjawab, “Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang
meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya.
Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan
bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji
terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa.
(HR. Bukhari)<br /> <br /> Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). </span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">(HR. Bukhari)<br /> <br />
Seorang hamba ketika Allah menghendaki suatu derajat di surga. Ketika
dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah
menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu. (HR. Ath-Thabrani)<br /> <br />
Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang
menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas
murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang
kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar
seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah). (HR.
Ath-Thabrani)<br /> <br /> Bersabarlah sahabat yang dicintai Allah...</span></span><br />
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">Bukankah keimanan membutuhkan ujian, sampai terlihat benar keasliannya</span></span><br />
<br /><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show"> Maka bersabarlah ... Sesungguhnya engkau sedang dalam pilihan Nya ...</span></span></div>
Oase Qalbuhttp://www.blogger.com/profile/07444335770726523384noreply@blogger.com0