Jumat, 14 Februari 2014

:: 4 (EMPAT) HAL YANG BAIK DAN LEBIH BAIK DARINYA (NASEHAT SYAIKH NAWAWI AL BANTANI )



 

Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani (1813 - 1897) adalah seorang Ulama Indonesia yang sangat terkenal. Ia mengajar hingga wafat di Mekkah. Ia bergelar al-Bantani karena ia berasal dari Banten. Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Jumlah karyanya mencapai tidak kurang dari 115 kitab.

Dalam Kitabnya “Nasha'ihul-'Ibad”, Syaikh Nawawi Al-Bantani menulis : Sebagian Ahli Hikmah mengatkan,"Ada empat perkara yang nilainya baik,namun ada empat perkara lain yang nilainya jauh lebih baik lagi,yakni:

1.Rasa malu pada kaum lelaki adalah baik,tapi lebih baik lagi jika rasa malu itu ada pada kaum wanita.

2.Adil pada setiap orang itu baik,tapi lebih baik lagi jika rasa keadilan itu dimiliki oleh penguasa/pemerintah.

3.Tobatnya kakek-kakek itu baik,tapi yang lebih baik lagi tobatnya kaum muda.

4.Sikap murah hatinya kaum kaya itu baik, tapi lebih baik lagi bermurah hatinya kaum fakir miskin."

(Kitab “Nashaihul Ibad”, Syaikh Nawawi Al-Bantani)

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dan anak-anak keturunan kita dan semoga Allah golongkan kita dan anak-anak keturunan kita ke dalam golongan orang-orang yang Saleh. Amiin

Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.



 

Bâraka Allâh fîkum. Amiin
Imam Puji Hartono (IPH)

:: KEUTAMAAN MEMOHONKAN AMPUN BAGI KAUM MUKMIN DAN MUKMINAH

Bismillaah, Alhamdulillaah wa shallatu wa salam ‘ala Nabiyyina Muhammad. Alhamdulillaah yang telah menjadikan langit dan bumi yang begitu megahnya dan juga semua apa yang diantara keduanya, sungguh tiada sesembahan yang hak melainkan Dia. Alhamdulillaah yang telah menjadikan kita manusia,makhluk yang memiliki kehendak dan mampu untuk memilih jalan hidup, dan itulah tinggal diri kita apakah kita mengambil jalan Allaah yang mulia atau jalan thogut yang tercela.

Saudaraku kaum mukimin dan mukminah, mungkin diri kita sering beristighfar atau mohon ampun atas dosa-dosa diri kita masing-masing dan istighfar merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi seorang mukmin karena manusia walaupun dia adalah seorang alim tentu tidak ma’sum dan cenderung berbuat salah. Namun wahai saudaraku, pernahkan kita memohonkan ampun sesama mukminin dan mukminah, bila sudah dan pernah maka lanjutkanlah amalan  ini, dan kalau belum maka mulailah untuk mengamalkan amalan ini.
 
Saudaraku yang kucintai karena Allaah Subhanahu wa Taala, keutamaan mendoakan apalagi memohonkan ampun kaum mukminin dan mukminah adalah sangat besar  yaitu akan diberikan pahala sejumlah mereka  sebagaimana sabda Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam yang artinya  
 
Barangsiapa memintakan ampunan bagi orang-orang mukmin maupun mukminah, maka Alloh akan menulis baginya dari setiap orang mukmin maupun mukminah sebagai satu kebajikan.” (HR. Ath-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah).   
 
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya pahala memohonkan ampun bagi kaum mukiminin dan mukminah, yaitu akan ditulis satu kebajikan dari tiap mukmin dan mukminah. Lalu bagaimana bila jumlah kaum mukmin dan mukminah berjumlah jutaan bahkan miliaran, apalagi bila kita juga memohonkan ampunan kepada Allaah bagi mukmin dan mukminah yang sudah wafat sebelum kita.
 
Maka itu wahai saudaraku pantaslah bagi kita untuk saling mendoakan, saling mencintai, saling tolong menolong sesama kaum muslim karena setiap mukmin adalah saudara, janganlah kita perang saudara hanya gara masalah sepele seperti masalah saling hina antar suku, saling hina antar budaya, dan sebagainya.
 
Dan ingatlah jua keutamaan mendoakan saudara sesama muslim berdasarkan hadits berikut bahwa Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam bersabda  
 
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”(HR. Muslim no. 4912).
 
Semoga bermanfaat,dan Rahmat Allah senantiasa menyertai kita semua . Aamin.

Wallaahua’alam bis shawab........
                                                      

:: MENANGIS SAAT MEMBACA ALQURAN



Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah (wafat 130 H), ketika sedang shalat malam, beliau menangis dengan keras sampai beliau pingsan. Ketika beliau sadar, keluarganya bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Beliau tidak menjawab dan tetap menangis.

Kemudian keluarganya mengirim utusan kepada Abu Hazim rahimahullah (wafat 135 H) untuk menanyakannya. Abu Hazim datang dan mendapati beliau sedang menangis. Abu Hazim bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku, apa yang menyebabkanmu menangis? Sungguh engkau telah membuat keluargamu khawatir?” Muhamamd bin Al-Munkadir menjawab,“Aku membaca sebuah ayat dari al-Qur’an.” Abu Hazim bertanya lagi, “Ayat apakah itu?” Muhammad bin Al-Munkadir menjawab,“Firman Allah Azza wa Jalla (yang artinya),

“Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan nampaklah bagi mereka adzab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.” (QS az-Zumar: 47)

Abu Hazim menangis juga dan tangisan mereka berdua semakin keras. Keluarga Ibnu Al-Munkadir berkata kepada Abu Hazim, “Kami membawamu agar menghentikan tangisannya, tetapi engkau justru malah menambahnya menangis.” Abu Hazim menceritakan kepada mereka apa yang menyebabkan beliau berdua menangis.” (Sumber: Mukhtashar "Hilyatul Auliya" juz 2 halaman 367)

Kisah di atas merupakan petikan khutbah Jumat yang disampaikan oleh Syaikh Syakir Al Hudzaifi di sebuah masjid di Jeddah.

Semoga Allah melembutkan hati kami yang keras dan gersang agar dapat menangis saat membaca Al Quran dan mengamalkannya.


Ustadz Fariq Gasim Anuz

:: DOA UNTUK MEMPERBAIKI KEHIDUPAN DUNIA DAN AKHIRAT


Saudaraku, janganlah berputus asa dari rahmat Allah ta’aala. 


Allah sangat menyukai hamba-hamba Nya yang datang berdoa kepada Nya.



Lepaskan segala gundah hati, ketergantungan dengan makhluk
Tengadahkanlah kedua tangan dan berdo’alah kepada Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Penyantun.
Allah ta’aala Maha Mendengar dan Maha Berkuasa untuk memperbaiki /mengubah takdir kehidupan, mengatur segala kebaikan bagi dunia dan akhirat hamba-hamba Nya.

Berikut doa yang Rasulullah shalallahu alaihi wassallam ajarkan :

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي
فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ
زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR Muslim 4897)

:: KISAH NYATA , INSPIRING STORY



TEMAN2 BACA DEH !!
KEREN NIH CERITANYA !!!

Ijin sharing dari grup assunah singapore.
Inspiring story : Kisah nyata

Kisah Paman kami KH AL-Ny. Hj. SNA, Kedunglumpang, Salaman, Magelang.

Dalam sebuah perjalanan kereta api dari Jakarta ke Yogyakarta, tahun 1980-an; pemuda itu bersin di kursinya. Diapun bertahmid, "Alhamdulillaah."

Dari seberang tempat duduknya terdengar suara lirih namun tegas, "Yarhamukallaah."

Maka diapun menjawab, "Yahdikumullah, wa yushlihu baalakum", lalu menoleh. Yang dia lihat adalah jilbab putih, yang wajahnya menghadap ke jendela.

Ini tahun 1980-an. Jilbab adalah permata firdaus di gersangnya dakwah. Dan ucapan "Yarhamukallaah" adalah ilmu yang langka. Keduanya terasa surgawi.

Maka bergegas, disobeknya kertas dari buku agenda & diambilnya pena dari tasnya. Disodorkannya pada muslimah itu. "Dik", ujarnya, "Tolong tulis nama Bapak Anda & alamat lengkapnya."

Gadis itu terkejut. "Buat apa?", tanyanya dengan wajah pias lagi khawatir.

"Saya ingin menyambung ukhuwah & thalabul 'ilmi kepada beliau", ujar sang pemuda. "Amat bersyukur jika bisa belajar dari beliau bagaimana mendidik putra-putri jadi Shalih & Shalihah."

Masih ragu, gadis itupun menuliskan sebuah nama & alamat.

"Kalau ada denahnya lebih baik", sergah si pemuda.

Beberapa hari kemudian, pemuda itu mendatangi alamat yang tertulis di kertas. Diketuk pintunya, dia ucapkan salam. Seorang bapak berwajah teduh & bersahaja menyambutnya.

Setelah disilakan duduk, sang bapak bertanya, "Anak ini siapa & ada perlu apa?"

Dia perkenalkan dirinya, lalu dia berkata, "Maksud saya kemari; pertama nawaituz ziyarah libina-il ukhuwah. Saya ingin, semoga dapat bersaudara dengan orang-orang Shalih sampai ke surga."

"Yang kedua", sambungnya, "Niat saya adalah thalabul 'ilmi. Semoga saya dapat belajar pada Bapak bagaimana mendidik anak jadi Shalih dan Shalihah."

"Yang ketiga", di kalimat ini dia agak gemetar, "Jika memungkinkan bagi saya belajar langsung tentang itu di bawah bimbingan Bapak dengan menjadi bagian keluarga ini, saya sangat bersyukur. Maka dengan ini, saya beranikan diri melamar putri Bapak."

"Lho Nak", ujar si Bapak, "Putri saya yang mana yang mau Anak lamar? Anak perempuan saya jumlahnya ada 5 itu?"

"Bismillah. Saya serahkan pada Bapak, mana yang Bapak ridhakan untuk saya. Saya serahkan urusan ini kepada Allah dan kepada Bapak. Sebab saya yakin, husnuzhzhan saya, bapak sebagai orang Shalih, juga memiliki putri-putri yang semua Shalihah."

"Lho ya jangan begitu. Lha anak saya yang sudah Anda kenal yang mana?"

"Belum ada Pak", pemuda itu nyengir.

Orangtua itu geleng-geleng kepala sambil tersenyum bijak.

"Sebentar Nak", kata si Bapak, "Lha Anda bisa sampai ke sini, tiba-tiba melamar anak saya itu ceritanya bagaimana?"

Pemuda itupun menceritakan kisah perjumpaannya dengan putri sang Bapak di Kereta. Lengkap dan gamblang.

Sang bapak mengangguk-angguk. "Ya kalau begitu", ujar beliau, "Karena yang sudah Anda nazhar (lihat) adalah anak saya yang itu; bagaimana kalau saya tanyakan padanya kesanggupannya; apakah anak juga ridha padanya?"

Pemuda itu mengangguk dengan tersipu malu.

Singkat cerita, hari itu juga mereka diakadkan, dengan memanggil tetangga kanan-kiri tuk jadi saksi. Maharnya? Pena yang dipakai pemuda itu meminta alamat sang Bapak pada gadis di kereta yang akhirnya jadi isterinya, ditambah beberapa lembar rupiah yang ada di dompetnya.

Hingga kini mereka dikaruniai 6 putra-putri. Satu putra telah wafat karena sakit setelah mengkhatamkan hafalan Qurannya. Lima yang lain, semua juga menjadi para pemikul Al Quran.

Pasangan yang tak lagi muda itu, masih suka saling menggoda hingga kini. Itu tak lain, karena sang suami memang berpembawaan lucu.

"Salim", ujarnya pada suatu hari, "Bibimu ini lho, cuma saya bersin-i saja jadi istri. Lha coba kalau saya batuk, jadi apa dia!"

Saya terkekeh. Dan lebih terbahak ketika bibi saya itu mencubit perut samping suaminya. "Kalau batuk", ujar Hafizhah Qiraat Sab'ah ini, ingin bercanda tapi tak dapat menahan tawanya sendiri, "Mungkin beliau jadi sopir saya!"

Ya Allah , jagalah dan rahmatilah mereka, sebab mereka menjaga KitabMu di sebuah pesantren sederhana di pelosok negeri ini.

:: DOA MELEPASKAN DIRI DARI BEBAN HUTANG



Bila sedang terbelit hutang. Berapapun hutang tersebut jangan berputus asa. Agaknya tidak lebih berat daripada seseorang yang datang kepada Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu ini. Sebab orang yang datang ini adalah budak mukatab (yang mengadakan perjanjian pembebasan dengan tuannya).

Ali bin Abu Thalib kemudian mengajarkannya sebuah doa dari Rasulullah yang bukan hanya bisa membebaskannya, tetapi juga bisa membayar hutang walau sebesar gunung.

Doa itu adalah :

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Ya Allah, cukupilah aku dengan rezki-Mu yang halal hingga aku terhindar dari yang Engkau haramkan, Ya Allah kayakanlah aku dengan karunia-Mu hingga aku tidak minta kepada selain Engkau

Secara lengkap, hadith tersebut diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad sebagai berikut:

أَنَّ مُكَاتَبًا جَاءَهُ فَقَالَ إِنِّي قَدْ عَجَزْتُ عَنْ كِتَابَتِي فَأَعِنِّي قَالَ أَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ عَلَّمَنِيهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلُ جَبَلِ صِيرٍ دَيْنًا أَدَّاهُ اللَّهُ عَنْكَ قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Seorang budak mukatab (yang mengadakan perjanjian pembebasan dengan tuannya) datang kepada Ali dan berkata; aku tidak mampu membayar pembebasanku, maka tolonglah aku! Ali berkata; maukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang telah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ajarkan kepadaku, yang seandainya engkau memiliki hutang sebesar gunung Shir niscaya Allah akan membayarkannya untukmu? Ali berkata; ucapkanlah; ALLAAHUMMAKFINII BIHALAALIKA 'AN HARAAMIK, WA AGHNINII BIFADHLIKA 'AMMAN SIWAAK (Ya Allah, cukupkanlah aku dengan kehalalanMu sehingga tidak memerlukan keharamanMu, dan jadikanlah aku kaya sehingga tidak butuh kepada selainMu). (HR. Tirmidzi)

أَتَى عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنِّي عَجَزْتُ عَنْ مُكَاتَبَتِي فَأَعِنِّي فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ عَلَّمَنِيهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلُ جَبَلِ صِيرٍ دَنَانِيرَ لَأَدَّاهُ اللَّهُ عَنْكَ قُلْتُ بَلَى قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Seorang lelaki menemui Ali Radhiyallahu 'anhu kemudian berkata; "Wahai Amirul Mukminin, saya tidak mampu untuk membayar uang pembebasan diriku, bantulah aku." Ali Radhiallah 'anhu menjawab; "Maukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ajarkan kepadaku, seandainya kamu mempunyai hutang uang dinar sebesar gunung Shir pasti Allah akan melunasinya untukmu." Aku menjawab; "Ya." Ali berkata; "Bacalah: ALLAHUMMA AKFINI BIHALALIKA 'AN HARAMIKA WA`AGHNINI BIFADLIKA 'AMMAN SIWAKA (Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dariMu dan cukupkanlah aku dengan fadlilahMu dari selainMu)." (HR. Ahmad)

Doa Kedua


Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ، وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالجُبْنِ وَالبُخْلِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegalauan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran, belitan hutang dan penindasan orang.” (HR. Bukhari no. 6369)

Doa ketiga

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam berdoa dalam shalatnya:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا، وَفِتْنَةِ المَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ المَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang.“

Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda sering sekali berlindung dari hutang.”

Maka beliau menjawab, “Jika seseorang telah berhutang, maka jika berbicara niscaya ia (bisa) berkata dusta dan jika berjanji niscaya ia bisa mengingkari.” (HR. Bukhari no. 832 dan Muslim no. 589)


Semoga berkah Allah menyertai kita semua. Aamin 

Wallahu a’lam bishshawab

:: ( PERTEMANAN ) PERSAHABATAN YANG DIMULIAKAN ALLAH SWT DIPADANG MAHSYAR



Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
--Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ’Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.-- (HR. Muslim)

Dari Mu’adz bin Jabalzia berkata, --Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, --Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.-- (HR. Ahmad).

Pertemanan yang dimaksud dalam rangka mentaati Allah, mengingatkan dalam ketaatan, kesabaran , syukur dan menegakkan agama-Nya seperti contoh Rosul dan para Sahabat

Semoga Allah Subhana wa Ta'ala menyatukan hati-hati kita menuju keredhoan, rahmat dan Cinta -Nya, Aamiin...

:: AYAH, BUNDA KUTUNGGU DI PINTU SURGA (SEBUAH HIKMAH YANG INDAH KETIKA ALLAH MEMANGGIL ANAK BERPULANG)



Tirmidzi dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Apabila anak seorang hamba telah mati, maka Allah Subhanahu Wata’ala berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Apakah kalian telah mematikan anak hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Dia berfirman, ‘Apakah kalian telah mematikan buah hatinya?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Dia berfirman, ‘Apakah yang diucapkan oleh hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Ia telah memuji-Mu dan mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami akan kembali)’
Maka Dia berfirman, ‘Bangunlah sebuah rumah di surga untuk hamba-Ku dan namakan Baitul Hamdi (rumah pujian ) .’”

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda kepada kaum wanita:
“Tidak ada seorang wanita pun di antara kamu sekalian yang kematian tiga orang anaknya, kecuali anak-anaknya itu akan menjadi pelindung baginya dari api neraka. Seorang wanita bertanya, ‘Dan dua orang anak.’ Rasulullah menjawab, ‘Dan dua orang anak.’”

Ahmad dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Jabir radiyallahu ‘anhu, “Aku telah mendengar Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Siapa yang kematian tiga orang anaknya, namun ia rela, maka ia akan masuk surga. (Jabir berkata), ‘Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan dua anak?’ Beliau menjawab, ‘Dan dua anak.’”

Salah seorang perawi berkata kepada Jabir, “Aku berpendapat, bahwa sekiranya engkau berkata satu, niscaya beliau akan mengatakan satu juga.” Jabir berkata, “Aku kira demikian.”

Di samping para malaikat dan Hurul-aini (bidadari syurga), maka kanak-kanak yang meninggal dunia sebelum baligh, juga menyambut kedatangan ibu bapanya di pintu syurga.

Sabda Rasullulah SAW yang bermaksud : “Ketika aku mikraj ke langit, tiba-tiba aku mendengar suara kanak-kanak.
Aku bertanya : “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”
Jibril menjawab: “Mereka adalah anak cucu orang Islam yang meninggal dunia sebelum baligh. Mereka itu diasuh oleh Nabi Ibrahim AS sampai orang tuanya datang.” (HR. Abu Daud)

Anak-anak orang Islam yang meninggal dunia pada waktu kecil, di alam Barzakh dia dikumpulkan pada suatu tempat di bawah penjagaan Nabi Ibrahim as. Setelah kiamat tiba, mereka langsung dipindahkan ke dalam syurga. Jadi mereka tidak melalui Mahsyar, Hisab, Mizan dan sebagainya.
Sabda Rasullullah SAW yang bermaksud : “Tiap-tiap anak orang Islam yang mati sebelum baligh akan dimasukkan ke dalam syurga dengan rahmat Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah dipindahkan ke dalam syurga, maka anak-anak kecil ini lupa kepada kehidupan dunia. Mereka lupa kedua ibu bapanya, lupa kepada kampung halamannya dan sebagainya.

Tiba-tiba pada suatu hari, ketika mereka sedang bermain-main menikmati kesenangan syurga, maka ada malaikat yang memberitahukannya:
“Wahai Wildan, lupakah kamu kepada kedua orang tuamu? Sekarang mereka sudah berada di pintu syurga.
“Ketika itulah baru mereka tahu dan ingat kembali kepada ayah bunda mereka yang selama ini mereka lupakan.

Mendengar apa yang dikatakan oleh malaikat itu, dalam keadaan menangis dan membawa air dengan segera mereka berlari menuju ke pintu syurga. Sesampainya di sana, mereka melihat Hurul-aini sedang tegak berbaris sepanjang jalan dengan memakai pakaian dan perhiasan yang serba indah.

Setelah pintu syurga terbuka, dengan diiringi nyanyian merdu Hurul-aini, maka orang-orang pun berebut masuk ke dalamnya, dan ketika itulah anak-anak kecil ini sibuk mencari kedua ibu bapanya. Mereka mencari ke sana ke mari, tetapi tidak berjumpa. Sambil menangis dan memegang air di tangan maka pergilah mereka kepada malaikat serta bertanya: “Wahai malaikat, mana ayah dan ibu kami?”

Menjawab malaikat: Wahai Wildan, sungguh malang nasib kamu, kedua orang tua kamu terjatuh ke dalam neraka.”
Mendengar ungkapan yang demikian itu, maka anak kecil tadi menangis sejadi-jadinya, menangis menghiba dengan ratapan yang menyayat hati: “Wahai ibuku, wahai ayahku,apakah kesalahanmu, apakah dosamu sehingga kamu terjatuh ke dalam neraka? Begitulah ratapan mereka.

Berkata Malaikat: “Wahai wildan jangan menangis, pergilah kamu memohon bantuan kepada Nabi Muhammad SAW.”
Setelah anak kecil ini mengadu kepada Nabi Muhammad SAW, maka Nabi Muhammad pun mengangkat kedua tangannya berdoa, lalu dikeluarkanlah orang-orang mukmin yang berada dalam neraka itu.
Inilah syafaat Nabi Muhammad SAW yang ketiga di akhirat.
Petama pada waktu ditimbang antara dosa dan pahala,
yang kedua pada waktu meniti Shiratul Mustaqim ,
yang ketiga ketika mengeluarkan orang dari dalam neraka.

Maka ketika itu bertemulah antara anak-anak kecil tadi dengan kedua orang tuanya dengan perasaan gembira.

Firman Allah SWT yang maksudnya : “Pada hari itu mereka berjumpa dengan perasaan gembira. ” (Ad-Dahr: 11)

Menurut Hadist Qudsi:
Allah SWT berfirman pada hari kiamat pada anak-anak :
“Masuklah kalian ke dalam Syurga.”

Anak-anak itu berkata:
“Ya Rabbi, kami menunggu hingga Ayah Ibu kami masuk.”
Lalu mereka mendekati pintu Syurga, tetapi tidak mahu masuk ke dalamnya. Allah Berfirman lagi,

“Mengapa aku lihat mereka enggan masuk? Masuklah kalian ke dalam syurga”
Mereka menjawab,
“Tetapi bagaimana dengan orang tua kami?”
Allah pun berfirman,
“Masuklah kalian ke dalam Syurga bersama orang tua kalian.”
(Hadis Qudsi Riwayat Ahmad dari Syurahbil Bin Syuaah yang bersumberkan dari sahabat Nabi SAW)

Istilah “al-wildan” dalam Hadits Qudsi diatas adalah kata jama mufradnya (kata tunggalnya) adalah “al-walid”, artinya anak yang baru dilahirkan, yaitu bayi atau anak kecil yang belum akil baligh. Jadi maksudnya ialah anak kecil yang meninggal dunia. Hal itu diterangkan dalam Hadits lain yang diriwayatkan

Matahari diciptakan kembali dan diletakkan di atas mereka pada jarak satu mil, sehingga mereka selain berdesak-desakan dn berjubel-jubel (kaki diinjak oleh seribu kaki-kaki diatasnya), juga dibakar oleh panasnya matahari, berkeringat, lapar, haus dahaga tidak terperikan siksanya.
Ketika mereka mengalami lapar dan haus itulah anak-anak yang tadinya meninggal selagi masih kecil dan dilepas oleh orang tuanya dengan sabar dan tawakal, datang kepada orang tuanya masing-masing dengan membawa segelas air untuk diminum, dan apabila sudah diminum, tidak akan lapar dan dahaga lagi selama di alam Masyar itu.
Demikian menurut beberapa Hadits.

Mulai hisab dengan menerima buku catatan harian masing-masing yang selama hidupnya dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.
Dilakukan mizan (penilaian timbangan) terhadap segala macam amalan setiap orang, kecuali orang-orang masuk surga tanpa hisab.
Meniti shirat yang harus dilalui oleh keseluruhan yang ada di padangMasyar itu. Meniti shirat yang kedua bagi mereka yang telah selamat menitishirat yang pertama.

Pada saat itulah Allah memerintahkan kepada anak-anak (yang tadinya meninggal dunia selagi belum akil baligh) untuk memasuki surga. Tetapi mereka memohon syafaat (pertolongan) kepada Allah agar kiranya dapat masuk surga bersama orang tua mereka. Memang mereka juga penuhi perintah Allah, untuk datang mendekati pintu syurga, tapi masih belum mau memasukinya, sehingga Allah Yang Maha Mengetahui bertanya lagi:
“Mengapa Aku lihat anak-anak itu masih saja belum masuk syurga? Masuklah kalian ke dalam syurga itu”.

Pada saat itu mereka mengulangi permohonannya bagi orang tua mereka.
“Kami belum mau masuk, sebelum orang tua kami yang menjadi asal pokok kami, dan ibu-ibu kami yang telah mengandung kami sembilan bulan dan kemudian membesarkan kami masuk juga bersama kami”.

Demikianlah mereka berhenti dekat pintu surga, menunggu keputusan Allah SWT dengan penuh harapan. Akhirnya putusan yang dinanti-nantikan itu datang dengan segera, dengan firman Allah Yang Maha Mengetahui:
“Masuklah kalian ke dalam surga bersama orang tua kalian”.
Penegasan ini oleh Allah kira-kira dimaksudkan untuk menampakkan betapa besar keutamaan anak-anak dan betapa besar pula pengaruh ridla qadla dan qadar Allah, sabar dan puji syukur kehadirat-Nya.

 

Wallahu a'lam bishawab
(Sumber: Hadits Qudsi, KH.M. Ali Usman dkk, CV. Diponegoro Bandung, 1984) 
dan dari berbagai sumber lainnya )


Tim BK