Saudaraku yang dirahmati Allah.
Ketahuilah, bahwa orangtua yang sukses
mendididk putra putrinya adalah mereka yang telah berhasil membimbing anaknya
menjadi anak yang shalih...
Keberhasilan seorang anak di dunia tidak bisa diukur oleh sesuatu yang hebat di dunia...
Bahkan anak yang bersekolah dan bergelar tinggi terkadang tak bisa menjamin keshalihannya ...
Anak yang
shalih tentu bisa menempatkan kedua orangtuanya pada kedudukan yang
tinggi; dengan mendoakannya, menghormatinya, menjaga perasaannya dan selalu berusaha
membahagikan hatinya serta senantiasa memberikan yang terbaik
kepadanya...
Membahagiakan orangtua tidak selalu harus dengan materi...
Anak yang shalih sangat mengerti apa yang terbaik bagi orang tuanya,
bahkan ia selalu memberi yang terbaik bagi orang tua yang dicintainya
tanpa harus diminta...
Bukankah ia selalu mendoakan kedua orangtuanya dengan doa yang sangat dahsyat....
"Wahai Rabbku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku."
"Wahai Rabbku, rahmatilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku sejak kecil."
Ia selalu berdoa siang dan malam untuk kedua orangtuanya...
Baginya apa yang terbaik menurut orangtuanya juga terbaik bagi dirinya...
Apa yang membuat bahagia atau sedih mereka, maka perasaan yang sama juga dapat ia rasakan.
Sungguh kebaikan anak yang shalih tidak hanya mengalir selama di Dunia,
bahkan diakhirat pun tetap tercurah kepada kedua orangtuanya...
Simak hadist berikut ini...
Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Dikatakan kepada
anak-anak shalih pada hari kiamat, "Masuklah kalian ke dalam Syurga,
seraya mereka berkata, "Wahai Rabb, kami tidak akan memasukinya sampai
orangtua kami pun turut masuk Syurga bersama kami, lalu mereka hanya
mendekati Syurga, dan Allah berkata, "Kenapa mereka belum juga masuk ke
Syurga, masuklah ke dalam SyurgaKu" mereka pun berkata," Wahai Rabb,
kami tidak mau memasukinya kecuali bersama orangtua kami, akhirnya Allah
pun berfirman,"Masuklah kalian ke dalam Syurga bersama orangtua
kalian." (HR Ahmad dengan sanad yang hasan)
Ya Allah,
karuniakanlah kami putra putri yang saleh salehah mendirikan shalat,
penyejuk hati bagi kami dunia dan akhirat serta bermanfaat bagi keluarga, lingkungan serta agama MU.
اَمِيـْنْ يَـارَبَّ الْعَـالَمِيْــ
Ada sebait do’a yang pernah diajarkan Rasulullah Shalallahu alaihi
wasallam dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla
sebelum seseorang hendak belajar. do’a tersebut berbunyi : Allaahummanfa’nii bimaa allamtanii wa’allimnii maa yanfa’uni wa zidnii
ilman maa yanfa’unii.
Dengan do’a ini seorang hamba berharap dikaruniai oleh-Nya ilmu yang bermanfaat.
Apakah hakikat ilmu yang bermanfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu
disebut bermanfaat apabila mengandung mashlahat – memiliki nilai-nilai
kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, manfaat tersebut
menjadi kecil artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin
merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla.
Dengan ilmunya ia mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata
manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan-Nya.
Oleh
karena itu, dalam kacamata ma’rifat, gambaran ilmu yang bermanfaat itu
sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. “Ilmu yang
berguna,” ungkapnya, “ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya
dan membuka penutup hati.” seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah
tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata,
“Yang bernama ilmu
itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan
hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun
bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan
menjauhkannya dari kesombongan diri.”
Ilmu itu hakikatnya
adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap ilmunya sungguh
tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang bisa
mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, “Katakanlah : Kalau
sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu
(pula).” (QS. Al Kahfi [18] : 109).
Adapun ilmu yang dititipkan
kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air di tengah samudera
luas. Kendatipun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah,
yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia
kepada-Nya, niscaya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al Mujadilah [58] : 11).
Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun.
Akan tetapi, walaupun hanya “setetes” ilmu Allah yang dititipkan kepada
manusia, namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji
sepanjang membuat kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang
paling berkah yang harus kita cari. sepanjang kita menuntut ilmu itu
jelas (benar) niat maupun caranya, niscaya kita akan mendapatkan manfaat
darinya.
Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama
adalah bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar
cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati?
Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya.
“Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali
memahaminya dan bahkan cepat lupa?” Sang guru menjawab, “Ilmu itu ibarat
cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih.”
Artinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak
maksiatnya.
Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang
yang rajin mendatangi majelis-majelis ta’lim dan pengajian, tetapi
akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? itu dikarenakan
hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental
dalam gelas yang kotor.
Kendati diterangi dengan cahaya sekuat
apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas.
Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar
pada keburukan , maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.
Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan
air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas.
Walhasil, bila kita menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal
shalih, maka usahakanlah ketika menimbanya, hati kita selalu dalam
keadaan bersih. hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari
ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak digunakan untuk
menzhalimi sesama.
Semakin hati bersih, kita akan semakin
dipekakan oleh Allah untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
darimana pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi
kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.
Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya.
Karenanya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati
kita menjadi bersih, sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam
diri kita) menjadi bermanfaat.
Bila mendapat air yang kita
timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari tawas (kaporit) untuk
menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita harus mencari
ilmu yang bisa menjadi “tawas”-nya supaya kalau hati sudah bening,
ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa manfaat.
Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun kalau kita sebagai
penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak bisa tidak ilmu
yang didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka. Bila kita sedang mengkaji ilmu tertentu, luruskan niat dan bersihkan hati agar menjadikan rahmat bagi diri dan lingkungan serta selalu rendah hati
Dunia memang Allah halalkan bagi hamba-hamba Nya yang beriman. Namun janganlah berlebih-lebihan dan membuat hati terlalu cinta kepadanya. Bila pada zaman Nabi Ibrahim as , menyembah patung sebagai berhala , maka pada zaman sekarang bila tidak berhati-hati mengekang nafsu, cinta dunia akan menjadikan tumbuhnya berhala-berhala penghijab hati kita kepada Allah.
Demikian juga bila mendalami ilmu ma’rifat.
Sekiranya dalam keadan hati kotor , akan membuat diri
kita takabur, merasa diri paling shalih, dan menganggap orang lain
sesat. Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk
mengkaji ilmu kesucian hati dalam rangka ma’rifat, mengenal Allah.
Datangilah majelis pengajian yang di dalamnya kita dibimbing untuk
riyadhah, berlatih mengenal dan berdekat-dekat dengan Allah Azza wa
Jalla.
Di sana kita selalu dibimbing untuk banyak berdzikir, mengingat
Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sadar betapa teramat
kecilnya kita ini di hadapan-Nya.
Kita lahir ke dunia tidak membawa
apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa.
Ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah
titipan Allah jua, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk
mengambilnya kembali dari kita
Begitu
luasnya rahmat serta kasih sayang Allah , dan jalan -jalan yang luas
untuk meraih rahmat Nya , tidak menjadikan setiap golongan menjadi
mengecilkan golongan lainnya
Subhanallaah, Mudah-mudahan
kita dimudahkan oleh-Nya untuk semakin mampu mengenali kekurangan diri dan mendapatkan ilmu yang bisa menjadi
penerang dalam kegelapan guna menjadi jalan untuk dapat lebih bertaqarub
kepada-Nya
. اَمِيـْنْ يَـارَبَّ الْعَـالَمِيْــ
Wallahu a'lam bishawab
(KH. Abdullah Gymnastiar
Ibnu_Mukhtar ہﮩ
الحمد للّه حمدا كثيرا طيّبا مباركا فيه كما يحبّه ربّنا و يرضاه, اللّهمّ صلّ و سلّم على محمّد و على آله و صحبه أجمعين. أمّا بعد!
Saudaraku se-Islam yang saya muliakan, semoga Allah memberikan kefahaman dan manfaat kepada kita dari sabda Nabi kita berikut :
Rasulullah ~shallallahu ‘alaihi wa sallam~ bersabda :
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
“Apabila salah seorang di antara kamu melihat dari saudaranya, diri
atau hartanya yang menakjubkan maka doakanlah keberkahan untuknya.
Sesungguhnya penyakit ‘ain itu adalah benar.”
[HR. Ahmad
~rahimahullah~ no. 1611o dari Amir bin Rabi’ah dan Sahl bin Hunaif ~
radhiyallahu ‘anhumaa~ dishahihkan Syaikh Al Albani ~rahimahullah~ dalam
Shahihul Jaami’ no.556]
Saudaraku, katakanlah kepada saudara kita ‘Baarakallaahu fiik (Semoga Allah memberkahi kamu) atau doa-doa yang semisal itu.
Selain menunjukkan kebaikan hati kita kepadanya, doa tersebut adalah
sebuah upaya yang bermanfaat untuk menghindarkan penyakit dan bahaya
karena kejahatan pandangan mata ( penyakit ‘ain ) yang akan mengenainya.
Sungguh betapa banyak orang yang sakit, mendapat musibah dalam harta
dan keluarganya, bahkan kematian disebabkan oleh penyakit ‘ain ini.
Semoga bermanfaat
“Ya Allah... berkahilah diri dan keluarga kami... berkahilah harta dan
rumah kami... berkahilah umur dan kehidupan kami... berkahilah apa-apa
yang Engkau karuniakan kepada kami... dan jadikanlah kami termasuk
hamba-hambaMu yang diberkahi di mana saja berada… Aamiin ya Robbal
alamin.
Baarakallaahu fiikum...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim …
Saya ada cerita tentang sahabat saya beda profesi tapi amalannya sama
dengan saya. Dia selalu menjaga sholat diawal waktu. Apa yang terjadi?
Dengan menjaga sholat wajib di awal waktu ternyata dia mendapatkan
keberkahan yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Sahabat saya yang satu ini, profesi awalnya adalah sopir angkot. Setiap hari dia menyupir angkot dengan sistem setoran ke majikan. Setor karena angkotnya punya orang lain.
Nah suatu hari, majikannya bangkrut. Karena semakin mahalnya harga
bensin. Akhirnya sahabat saya ini katakanlah Udin, dia jadi tidak punya
mata pencaharian. Karena angkot majikannya sudah dijual. Karena Udin
bukan tipe orang yang gampang putus asa, akhirnya dia mencari pekerjaan
lain. Dipilihlah becak sebagai jalan ikhtiarnya.
Karena hanya
berprofesi sebagai tukang becak, kehidupannya pun sangat sederhana kalau
tidak mau dikatakan kurang. Dia tinggal bersama tiga putri dan seorang
istrinya di sebuah rumah kontrakan yang mungkin cuma layak disebut
kamar.
Tidak ada yang istimewa dari kehidupan sehari-harinya.
Pagi-pagi pergi dari rumah mencari penumpang, sore pulang. Setiap hari
seperti itu. Namun setelah dicermati, tenyata ada satu hal yang membuat
Udin berbeda dari abang becak lainnya, bahkan dari kebanyakan kita. Udin
selalu menjaga sholat diawal waktu, dan selalu dia lakukan di Masjid.
Dimanapun dia berada selalu menyempatkan bahkan memaksakan sholat
diawal waktu. Setiap mendekati waktu sholat, jika tidak ada penumpang
dia akan mangkal di tempat yang dekat dengan masjid. Iya mendekati
masjid.
Pokoknya dia tidak pernah ketinggalan sholat wajib awal
waktu bahkan selalu berjamaah di masjid. Dan tenyata itu sudah
berlangsung lebih dari dua tahun. Ternyata istri dan ketiga putrinya pun
begitu, mereka selalu sholat diawal waktu, meskipun berada di rumah.
Singkat cerita, suatu hari ketika saya sedang mangkal di salah satu
hotel berbintang di Bandung. Ada seorang ibu turun dari mobil Merci
tiba-tiba mendekati saya dan meminta untuk diantar ke salah satu tempat
perbelanjaan di kawasan alun-alun kota Bandung, kata Udin.
Ketika si Ibu itu bilang minta dianter memakai becak saya malah balik nanya. “Engga salah Bu naik becak ?” kata Udin.
“Engga Bang, jalanan macet, biar mobil disimpen di hotel aja, sekalian sopir saya istirahat,” jawab si Ibu.
Maka dianterlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan yang dia minta. Saya
pun mengayuh becak masih dalam keadaan kaget. Ketika mendekati alun-alun
Bandung, terdengarlah suara adzan dzuhur dari Masjid Raya Jawa Barat.
“Saya langsung belokkan becak ke pelataran parkir Majid. Si Ibu pun heran dengan apa yang saya lakukan”, kata Udin.
“Bang kok berhenti disini?” kata si Ibu.
“Iya Bu, udah adzan, Allah udah manggil kita buat sholat.”
“Saya mau sholat dulu. Ibu turun disini aja, tokonya udah dekat koq, di
belakang masjid ini. Biar Bu ga apa apa GA USAH BAYAR.”
“Tanggung Bang, lagian saya takut nyasar,” kata si Ibu.
“Kalo Ibu mau saya anter saya sholat dulu, ya, Bu.”
Setelah selesai sholat Udin pun kembali menuju ke becaknya. Ternyata si
Ibu dan asistennya masih nunggu di becak. Diantarlah si Ibu tadi ke
pusat perbelanjaan di belakang Masjid Raya. “Bang tunggu disni ya, ntar
antar lagi saya ke hotel,” kata si Ibu.
“Iya Bu, tapi kalo Ibu balik lagi ke becak pas adzan ashar, ibu tunggu dulu disini, saya jalan kaki ke masjid.”
Singkat cerita si Ibu kembali ke becak jam 15.30. Kemudian di becak dia nanya dimana Udin tinggal.
Si Ibu penasaran dengan kebiasaan Udin, demi sholat diawal waktu berani
meninggalkan penumpang di becak, ga peduli dibayar atau tidak. “Bang,
saya pengen tau rumah abang,” kata si Ibu.
“Waduh emangnya kenapa Bu?” tanya Udin kaget.
“Saya pengen kenal sama keluarga abang,” kata si Ibu.
“Jangan Bu, rumah saya jauh. Lagian di rumah saya engga ada apa-apa.”
Si Ibu terus memaksa. Akhirnya setelah menunggu si Ibu sholat jamak
dzuhur dan ashar di hotel, mereka pun pergi menuju rumah Udin.
Tapi kali ini Udin pake becak, si Ibu mengikuti di belakangnya pake mobil Merci terbaru.
Setibanya di rumah kontrakan Udin, si Ibu kaget, karena rumahnya sangat kecil. Tapi kok berani tidak dibayar demi sholat.
Mungkin karena penasaran si Ibu nanya. “Bang koq berani engga dibayar?”
“Rezeki itu bukan dr pekerjaan kita Bu, rezeki itu dari Allah, saya yakin itu. Makanya kalo Allah manggil kita harus dateng.”
“hayya 'alalfalaah… kan jelas Bu. Marilah kita menuju kemenangan,
kesejahteraan, kebahagiaan. Saya ikhtiar udah dengan narik becak,
hasilnya gimana Allah. yang penting kitanya takwa ke Allah ya kan Bu?”
kata Udin.
“Saya yakin janji Allah di QS At-Talaq 2-3.” kata Udin. Si Ibu pun terdiam sambil meneteskan air mata.
Setelah dikenalkan dan ngorol dgn keluarga Udin si Ibu pun pamit. Sambil meminta Udin mengantarkannya kembali minggu depan.
“Insya Allah saya siap Bu,” kata Udin. Si Ibu pun pamit sambil memberi
ongkos becak ke Istrinya Udin. Setelah si Ibu pergi ongkos becak yang
dimasukan kedalam amplop dibuka oleh Udin. Ternyata isinya satu juta
rupiah. Udin dan keluarganya pun kaget dan bersyukur atas apa yang telah
Allah berikan melewati si Ibu tadi.
Seminggu kemudian Udin
mendatangi hotel tempat si Ibu menjanjikan. Setelah bertanya ke satpam,
Udin tidak diperbolehkan masuk. Satpam engga percaya ada tamu hotel
bintang lima janjian sama seorang tukang becak. Udin ga maksa, dia
kembali ke becaknya.
Nah, itu pula yang sering kita lakukan,
seringkali kita melihat orang dari penampilannya. Padahal Allah tidak
melihat pangkat, jabatan, pekerjaan, harta, warna kulit kita. Allah
hanya melihat ketakwaan kita. Karena penasaran Udin ga masuk-masuk ke
Lobby Hotel, akhirnya si Ibu keluar, dan melihat Udin sedang tertidur di
becaknya.
“Bang, kenapa engga masuk?” Tanya si Ibu sambil membangunkan Udin.
“Ga boleh sama satpam Bu,”jawab Udin.
“Bang, kan kemaren abang yang ngajak saya jalan-jalan pake becak.
Sekarang giliran saya ngajak abang jalan-jalan pake mobil saya,” kata si
Ibu.
“Lah, Ibu ini gimana sih, katanya mau saya anter ke toko lagi,” kata Udin.
“Iya mau dianter tapi bukan ke toko bang,” kata si Ibu diawal waktu.
Setelah diajak naik mobil Merci nya si Ibu, Udin pun menolaknya, karena dia merasa kebingungan.
“Mau dibawa kemana saya Bu ?”
“Udah saya pake becak saya aja, ngikut di belakang mobil Ibu. Engga pantes saya naik mobil sebagus itu,” kata Udin.
“Lagian becak saya mau ditaro dimana?”
Namun setelah dibujuk oleh sopir dan asisten si Ibu, Udin pun mau ikut naik mobil. Becaknya dititip di parkiran belakang hotel.
Berangkatlah mereka dari hotel. Masih dengan rasa penasaran Udin pun bertanya, “mau kemana sih Bu?”
Di salah satu kantor Bank Syariah, mereka pun berhenti. “Bang, pinjem KTP nya ya”, kata asisten si Ibu.
“Waduh apalagi nih?” pikir Udin.
“Buat apa Neng? Koq saya diajakin ke Bank, trus KTP buat apa?”, kata Udin heran.
Akhirnya asisten si Ibu menjelaskan, bahwa ketika minggu lalu mereka
dianter Udin belanja, si Ibu mendapatkan sebuah pelajaran.Pelajaran
hidup yang sangat mendalam. Dimana seorang abang becak dengan kehidupan
yang pas-pasan tapi begitu percaya kepada janji Allah.
Sementara si Ibu yang merupakan seorang pengusaha besar dan suaminya pun
pengusaha, selama ini kadang ragu pada janji Allah. Seringkali, akibat
kesibukan mengurus usaha, belanja, meeting dll, dia menunda-nunda
sholat. Bahkan tidak jarang lupa sholat.
“Nah sejak minggu lalu
setelah pulang dari Bandung, Ibu mulai merubah kebiasaannya. Dia selalu
berusaha sholat awal waktu”, kata asisten.
Saat pulang ke
Jakarta, suaminya pun heran dengan perubahan si Ibu. Padahal dia juga
punya kebiasaan yang sama dengan istrinya. Setelah diceritakan asal mula
perubahan itu, suaminya pun menyadari, bahwa selama ini mereka salah.
Terlalu mengejar dunia. Oleh karena itu Ibu dan suaminya ingin
menghadiahi abang Udin untuk berangkat haji. Mendengar akan
DIBERANGKATKAN IBADAH HAJI, Udin pun kaget campur bingung.
Dengan spontan Udin MENOLAK hadiah itu. “Engga mau neng, saya engga mau berangkat haji dulu. Meskipun itu doa saya tiap hari.”
“Loh koq engga mau Bang?” kata asisten kaget.
“Apa kata tetangga dan sodara2 saya nanti neng, saat saya pulang berhaji. Koq ke haji bisa tapi masih ngebecak?”
“Memang berangkat haji adalah cita2 saya. Tapi nanti setelah saya mendapatkan pekerjaan selain narik becak neng.”
Akhirnya asisten berdiskusi dgn si Ibu. Sambil menunggu mereka diskusi. Udin pun tidak henti2nya bertanya pada Allah.
“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Udin.
Tidak lama si Ibu menghampiri Udin dan bertanya “Bang, kan abang bisa
bawa mobil, bagaimana kalau menjadi supir di perusahaan saya di
Jakarta?”
“Waduh … Jakarta ya, Bu? Ntar, keluarga saya gimana
disini. Anak-anak masih butuh bimbingan saya. Apalagi semuanya
perempuan. Kayaknya engga deh Bu. Biar saya pulang aja deh. Insya Allah
kalau Allah ridho lain kali pasti saya diundang untuk berhaji.”
Akhirnya si Ibu membujuk Udin untuk mendaftar haji dulu. Brangkatnya
mau kapan terserah, yang penting dia menjalankan amanat suaminya.
Kemudian si Ibu menelpon suaminya, menjelaskan kondisi yang ada mengenai
Udin. Setelah selesai mendaftar haji di Bank, kemudian mereka pergi
menuju sebuah dealer mobil.
“Kok masuk ke dealer mobil, Bu? Ibu
mau beli mobil lagi? Mobil ini kurang gimana bagusnya?” kata Udin
bingung. Sambil tersenyum si Ibu meminta Udin menunggu di mobil. Dia pun
turun bersama asistennya. Selang setengah jam, si Ibu kembali ke mobil
sambil membawa kwitansi pembayaran tanda jadi mobil.
“Nih bang, barusan saya sudah membayar tanda jadi pembelian mobil angkutan umum, pelunasannya nanti kalau trayek sudah diurus.”
“Mobil angkutan umum ini buat bang Udin, hadiah dari suami saya.” Kata si Ibu.
“Jadi sambil menunggu keberangkatan abang ke haji tahun depan, abang
bisa menabung dengan usaha dari mobil angkutan milik sendiri.”
Sambil meneteskan air mata tidak henti-hentinya Udin mengucap syukur kepada Allah.
“Ini bukan dari saya dan suami saya, ini dari Allah melalui perantaraan saya,” kata si Ibu.
“Hadiah karena abang selalu menjaga sholat diawal waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan suami.”
“Mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah menjaga sholat awal waktu, ya, bang,” kata si Ibu.
Akhirnya mereka pun kembali ke hotel, namun sebelumnya mampir di masjid
untuk sholat dzuhur berjamaah.Setelah sholat dzuhur kemudian makan
siang, mereka pun berpisah. Udin pulang ke rumah dengan becaknya. Si Ibu
langsung ke Jakarta.
Setelah itu kehidupan Udin semakin
membaik. Dia sudah memiliki rumah sendiri, walapun nyicil. Yang tadinya
dia seorang supir angkot dan abang becak, sekarang dia jadi pemilik
angkot dan sudah berhaji.
Subhanallah, Alhamdulillah
Sampai saat ini Udin masih terus menjaga sholat awal waktu, malah
semakin yakin dengan janji Allah. Cerita ini merupakan KISAH NYATA,
meskipun ada beberapa penambahan dan pengurangan dalam penuturannya.
Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, dan menjadikan kita semakin yakin dengan janji Allah.
Sahabat, .. poin dari cerita ini adalah ketika Allah berkehendak,
semuanya akan menjadi nyata. Mari kita jaga sholat diawal waktu, untuk
mendapatkan keberkahan dari-Nya. Yakinlah Allah selalu menjaga
hamba-hamba Nya yang bertakwa.
Barakallahufikum (Semoga berkah Allah menyertai ..) aamiin ya Robbal alamin.
Untuk meringankan kepedihan ujian yang menimpa, hendak kita mengenal
Allah yang memberi ujian itu. Kenallah sifat ilmu, kasih-sayang dan
belas ihsan Allah yang Maha hebat. Sebagai hamba ilmu kita terbatas,
ilmu Allah yang Maha Luas. Kasih sayang kita cuma seraut, kasih sayang
Allah selaut. Orang yang mengenal Allah, akan mencintaiNya. Bila sudah cinta, kuranglah derita diuji. Bukankah cinta itu buta?
Orang yang mengenal kasih-sayang Allah punya keyakinan bahwa keputusan
(takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik. Allah yang Maha
Pengasih dan Penyayang, tidak akan memberi sesuatu yang buruk untuk
hamba-Nya. Justeru, hamba yang baik tidak akan berburuk sangka terhadap
Allah dengan merasakan apa yang ditakdirkanNya (ujian) itu ialah sesuatu
yang tidak baik.
Yakinlah bahawa semua ketentuan Allah itu
adalah baik. Ujian itu pasti ada kemuslihatan yang tersembunyi untuk
setiap kita. Pilihan Allah untuk kita adalah yang terbaik, cuma kita
tidak atau belum mengetahuinya. Bila berlaku nanti, barulah kita
tersedar, " .. ya Allah beruntung Kau takdirkan begitu." Kata arifbillah
(orang yang mengenal Allah), “sekiranya kita merasakan kasih sayang
Allah itu terpisah apabila DIA menguji kita, itu petanda tumpulnya akal,
butanya mata hati.”
Ujian juga menimbulkan rasa taat kepada
Allah. Hati tidak dapat tidak mesti bersabar. Hati akan terdidik untuk
redha dan tawakal, karena Qada dan Qadar-Nya mesti berlaku. Manusia akan
lebih dekat dengan agama, kepentingan akhirat, cinta kepada Allah.
Hikmah ini walaupun sebesar zarah tetapi apabila melekat di hati
kebaikannya lebih tinggi dari amal lahiriah walaupun sebesar gunung.
Inilah kebaikan di balik kepahitan ujian. Justeru, Allah berfirman:
“… Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedangkan sesuatu itu
merosakkan kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak tahu.”
(Surah Al Baqarah : 216)
Dengan ujian juga, Allah
‘membersihkan’ kotoran hati manusia. Ujian itu menghapuskan dosa dan
kesalahan terhadap Allah seperti bahan pencuci membersihkan kain yang
kotor.
Bila kita benci dengan ujian, artinya kita belum kenal
Allah dan (karena ) tidak faham itulah cara (kaedah) Allah mengampunkan
dan membersihkan dosa-dosa kita. Ya, seolah-olah orang yang yang benci
diuji itu tidak suka dibersihkan daripada dosa-dosa atau apakah dia
merasa tidak berdosa? Sebaliknya, apabila kita gembira (menerima dengan
baik) ujian itu, karena yakin bahwa yang datangkan ujian itu juga
daripada Allah. Kita bukan saja berikhtiar (berusaha) untuk
menghilangnya tetapi juga berusaha untuk mendapatkan hikmahnya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihiwasallam bersabda,
“Barang siapa yang dikehendaki Allah pada orang itu kebaikan, maka Allah akan coba dengan ujian-Nya.”
Tidak ada takdir Allah yang tidak ada hikmahnya. Orang soleh bila
diuji, hikmah-hikmah ujian akan semakin terbuka, membawa diri pada
muhasabah dan mendekatkan mereka kepada Allah.
Semoga Allah
Ta'ala membukakan hikmah dan mengkaruniakan berkah kekuatan, kesabaran
serta kasih sayang perlindungan Nya. Aamiin ya Robbal alamin
Diantara sekian banyak keutamaan-keutamaan bersedekah, diantaranya:
Bahwa bersedekah merupakan salah satu sebab “Husnul Khatimah”, ini
merupakan kabar gembira kepada kita semua, bahwa apapun yang kita
sedekahkan dengan syarat harta yang kita miliki kita usahakan dari jalan
yang halal/benar dan kita sedekahkan
dijalan ketaatan kepada ALLAH سبحانه وتعالى maka yang demikian ini
merupakan salah satu sebab “Husnul Khatimah”.
Perhatikan hadits berikut ini…
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Barang siapa yang akhir
kehidupannya ditutup dengan MEMBERI MAKAN ORANG MISKIN karena mengharap
ganjaran dari ALLAH سبحانه وتعالى , maka ia akan masuk Syurga, barang
siapa yang akhir kehidupannya ditutup dengan puasa karena mengharap
ganjaran dari ALLAH maka ia masuk ke dalam syurga, barang siapa yang
akhir kehidupannya ditutup dengan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha
Illallah karena mengharap ganjaran dari ALLAH maka ia masuk ke dalam
syurga." (Silsilah Shohihah :1645).
Semoga ALLAH memudahkan
kita semua untuk senantiasa beramal sholeh, memperbanyak sedekah
dijalan-jalan ketaatan kepada ALLAH سبحانه وتعالى ,
Dan semoga
ALLAH subhaanahu wa ta’ala menerima segala amal sholeh kita serta
menjadikan akhir kehidupan kita, kehidupan yang baik khusnul khatimah
.
اَمِيـْنْ يَـارَبَّ الْعَـالَمِيْــ
Sejak dini, aku hidup sebagai pemabuk, tersesat dan ahli maksiat.
Menzalimi manusia, merampas harta orang lain, makan riba dan bahkan
menggebuki orang adalah pekerjaan harianku. Tak ada hari dalam hidupku
tanpa berbuat zalim terhadap manusia. Nyaris semua bentuk maksiat pernah
aku lakukan.. Bahkan terkadang orang-orang yang tinggal di sekitarku ngeri mendegar namaku…
Aku ingin menikah
Pada suatu hari, aku sangat ingin menikah karena merindukan punya anak
yang akan menghibur kehidupanku yang amat keras itu. Lalu, aku menikahi
seorang gadis di kotaku (Baghdad)dan setelah hampir setahun istrikupun
melahirkan seorang bayi wanita yang amat mungil lagi cantik. Bayi itu ku
beri nama“Fatimah”.
Entah bagaimana, aku amat mencintai
Fatimah, bahkan melebihi orang lain di sekitarku. Semakin Fatimah tumbuh
dengan sehat, imanku semakin tumbuh pula dalam hatiku dan maksiat
semakin berkurang dalam kehidupanku. Suatu hari, saat aku memegang gelas
yang isinya khamar (minuman yang memabukkan), Fatimah melihatnya. Ia
mencoba mendekatiku dan menghalangi akau meminum khamar tersebut. Aku
tidak tahu kenapa Fatimah bisa melakukan hal itu. Pasti, Allah lah yang
membuat Fatimah bisa berbuat seperti itu…
Fatimah semakin
besar. Imankupun semakin bertambah dalam hatiku… Setiap aku mendekatkan
diri pada Allah satu langkah, maka seperti itu pula aku menjauh dari
maksiat. Kondisi seperti itu terus berlanjut sampai Fatimah berusia tiga
tahun. Saat memasuki usia tiga tahun, tanpa sebab sakit sedikitpun,
Fatimah meninggal dunia….
Kembali mejadi ahli maksiat
Sungguh tak masuk akal… peristiwa “kematian Fatimah” membuatku putus asa
dan aku berbalik menjadi preman, lebih sadis dan kejam dari sebelum aku
menikah…Aku kehilangan kesabaran yang seharusnya dimiliki oleh orang
beriman saat menghadapi ujian. Aku gagal total dalam menghadapi ujian
itu…
Kali ini, hidupku kembali sebagai ahli maksiat dan
kezaliman. Bahkan lebih dahsyat dari sewaktu aku masih muda. Akhirnya,
setan benar-benar berhasil mempermainkan kehidupanku. Sampai pada suatu
saat, setan berkata padaku : "Hari ini, hari yang paling bahagia bagi
kamu. Kamu silahkan mabuk semabuk-mabukknya yang belum pernah terjadi
sepanjang hidupmu…"
Mimpi hari kiamat
Akupun bertekad
untuk mabuk dan minum khamar sebanyak-banyaknya. Sepanjang malam itu
kerjaku hanya minum dan minum khamar… Saat aku teler dan kemudian
ketiduran, tiba-tiba aku bermimpi. Dalam mimpiku, aku sedang menghadapi
sebuah peristiwa besar, yakni kiamat. Matahari tidak lagi memberikan
cahayanya ke bumi. Laut berubah menjadi api raksasa.. Di bumi terjadi
gempa yang amat dahsyat.. Semua manusia berkumpul di padang
mahsyar..Manusia sangat banyak dan hilir mudik bergelombang-gelombang.
Aku adalah salah satu di antara mereka.
Tiba-tiba, aku
mendengar suara orang yang memanggil Fulan bin Fulan.. "Ayo segera
menghadap yang Maha Perkasa"…Saat itu aku melihat ada orang yang hitam
pekat wajahnya karena sangat ketakutan.. Tak lama kemudian, aku
mendengar suara memanggil namaku sambil berkata :" Ayo, segera kamu
menghadap kepada yang Maha Perkasa"… Tiba-tiba saja semua manusia sangat
banyak itu menghilang dari sekelilingku… Tinggal aku sendiri di tengah
padang mahsyar yang amat luas itu.
Saat aku melihat ke suatu
arah, tiba-tiba aku melihat ULAR yang sangat besar dan garang sedang
menuju ke arah tempat aku berdiri sambil membuka mulutnya
lebar-lebar..Aku lari dan berlari menjauh dari kejaran ular tersebut
karena sangat takut, sampailah aku meihat seorang KAKEK yang sudah
sangat lemah.. Lalu aku berkata : "Bapak! Tolonglah aku dan selamatkan
aku dari ular itu!" Sang kakek berkata : "Wahai anakku, aku sendiri
sangat lemah dan tidak berdaya sama sekali.. Cobalah anda lari ke suatu
tempat di sana semoga ada yang bisa membantumu".. Akupun berlari ke arah
yang ditunjukkan kakek tersebut dan ular tersebut di belakangku, sedang
di hadapanku ada nyala api yang sangat panas..
Saat itu aku
berkata dalam diriku, kamu lari dari kejaran ular atau masuk ke dalam
api besar itu? Namun aku tetap berlari sedang ular itu semakin
menghampiriku.. Aku coba balik lagi ke arah tempat seorang kakek yang
menyarankan aku ke suatu tempat itu. Setelah melihatnya, aku berteriak
memanggilnya kembali sambil berkata kepadanya: "Demi Allah, tolonglah
selamatkan aku! Engkau berkewajiban menyelamatkanku"… Kakek itu pun
menangis karena sedih melihat kondisiku sambil berkata : "Aku ini sudah
sangat lemah, tidak mampu berbuat apa-apa, seperti yang kamu lihat
sendiri. Cobalah lari ke arah bukit sana, semoga kamu selamat.."
Akupun berlari sekencang-kencangnya ke arah bukit yang diisyaratkan
kakek tersebut…Sedangkan ular besar itu semakin mendekatiku. Setelah
mendekati bukit tersebut, aku mendengar riuh suara anak-anak sedang
beteriak memanggil anak-ku Fatimah sambil berkata : "Fatimah! Selamatkan
ayahmu! Selamatkan segera ayahmu!"
Tiba-tiba saja Fatimah
muncul di hadapanku. Seketika itu pula ketakutanku hilang dan rasa
bahagia masuk ke dalam dadaku karena bertemu anakku yang meninggal saat
berusia tiga tahun. Aku sangat bahagia karena bertemu anakku dan
menyelamatkanku dari kondisi sulit seperti itu.. Lalu Fatimah memelukku
dengan tangan kanannya sambil mengusir ular besar itu dengan tangan
kirinya. Aku seperti mayat (orang yang sudah mati) tak berdaya karena
ketakutan…
Setelah ular itu pergi, Fatimah tiba-tiba duduk di
atas pangkuanku persis seperti saat dia masih hidup dulu.. Lalu Fatimah
berkata :" Wahai ayahanda tercinta! Sudah saatnya orang-orang beriman
itu hati mereka khusyuk mengingat Allah.. (QS. Al-Hadid / 57 : 16)".
Setelah mendengarkan ucapan Fatimah, aku bertanya padanya : "Wahai
anakku, apakah gerangan ULAR BESAR itu? Lalu Fatimah menjawabnya: Itulah
AMAL KEJAHATANMU. Dengan kejahatan dan kezaliman, berarti ayahanda
sendiri yang membesarkannya dan nyaris ia memakan ayah..Tidakkah engkau
tahu wahai ayahku bahwa semua amal yang dilakukan di dunia akan muncul
dalam bentuk makhluk tertentu pada hari kiamat nanti? LAKI-LAKI yang
LEMAH itu, menggambarkan AMAL SHOLEH ayah yang tak seberapa.. Engkau
sendiri yang melemahkan dan mengerdilkannya sehingga ia menangis melihat
kondisimu dan tak mampu berbuat apa-apa padamu."
Kemudian
anakku meneruskan ucapannya : "Kalaulah bukan engkau sebagai orang tuaku
dan kalaulah bukan aku meninggal saat masih suci (anak-anak), tidak ada
lagi yang bermanfaat bagimu…."
Tobat dan kembali ke pangkuan Allah
Tiba-tiba aku terbangun sambil berteriak…"Saatnya ya Allah… Sekarang
saatnya aku tobat yaa Robb…Benar, kapan saatnya bagi orang beriman untuk
khusyuk hatinya mengingat Allah? Aku berjanji ya Allah…Sekarang juga
saatnya…"
Setelah fikiranku agak tenang aku mandi. Saat itu
persis waktu subuh. Setelah mandi, aku keluar rumah menuju masjid dekat
rumahku dengan semangat bertobat dan kembali kepada pangkuan Allah. Saat
aku masuk ke masjid, aku mendengar imam sedang membaca ayat persis
seperti yang dibaca anakku dalam mimpi :
أَلَمْ يَأْنِ
لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا
نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ
مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Tidakkah sudah tiba saatnya bagi
orang-orang beriman untuk khusyuk hati mereka mengingat Allah dan
terhadap apa yang yang turun dari kebenaran (Al-Qur’an). Dan janganlah
mereka seperti orang-orang ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) sebelumnya,
maka lama masanya (mereka durhaka pada Allah), lalu hati mereka jadi
keras dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Al-Hadid/57
:16)
Itulah cerita Malik Bin Dinar sebagaimana yang Beliau
ceritakan sendiri. Seorang ulama besar zaman tabi’in (generasi setelah
sahabat) yang sebelumnya adalah preman besar. Beliau terkenal dengan
kebiasaannya menangis sepanjang malam sambil berdoa :
Ilahi…
Engkau saja yang tahu siapa yang akan menjadi penghuni syurga dan siapa
pula yang akan menjadi penghuni neraka.. Yang manakah aku yaa Robb?
Yaa Allah! Jadikanlah aku penduduk syurga dan jangan jadikan aku penghuni nerakamu!
Itulah Malik Bin Dinar. Setelah taubat, beliau belajar Islam dengan
sungguh-sungguh sampai menjadi ulama besar di zamannya. Beliau terkenal
setiap hari berdiri di pintu masjid sambil berseru :
Wahai hamba yang melakukan maksiat dan dosa, kembalilah kepada Tuhannmu!
Wahai hamba yang masih lalai, kembalilah kepada Tuhanmu!
Wahai hamba yang lari dari Robb (Tuhan Penciptanya), kembalilah kepada-Nya!
Tuhanmu memanggilmu malam dan siang sambil berkata padamu :
Siapa yang datang dan mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal, maka aku akan mendekat padanya satu hasta…
Siapa yang mendekatkan diri pada-Ku satu hasta, maka aku akan mendekat kepadanya satu depa…
Siapa yang datang padaku sambil berjalan, maka Aku akan datang padanya sambil berlari…
Subhanallah , Allahu Akbar ,,Maha suci Allah atas setiap titik hidayah Nya ,,
Semoga Allah senantiasa melunakkan hati kita untuk memperbanyak taubat
dan banyak kembali kepada Allah… اَمِيـْنْ يَـارَبَّ الْعَـالَمِيْــ ..
Wallahu a'lam bishawab
Semoga bermanfaat ,,
“Ada sepuluh hal yang tidak bermanfaat, layaknya sampah buangan bagi seorang insan”:
(1)
علم لا يعمل به
Ilmu yang mengendap lantas mati, tidak terhidupkan dalam wujud amal yang shalih.
(2)
وعمل لا إخلاص فيه ولا اقتداء
Amal yang kosong dari ruh keikhlasan dan sunyi dari spirit mutaaba’ah kepada sunnah.
(3)
ومال لا ينفق منه فلا يستمتع به جامعه في الدنيا ولا يقدمه أمامه في الآخرة
Harta yang tidak di-infaq-kan di jalan Allaah, tidak pula mampu
dinikmati oleh para penimbunnya di dunia, dan tidak juga akan dihadirkan
di hadapannya kelak di akhirat.
(4)
وقلب فارغ من محبة الله والشوق إليه والأنس به
Hati yang kosong dari Mahabbatullaah (cinta pada Allaah), melompong dari rasa kerinduan dan kesukaan pada-Nya.
(5)
وبدن معطل من طاعته وخدمته
Badan yang kosong dari ketaatan dan pengkhidmatan pada-Nya subhaanahu wata’aalaa.
(6)
ومحبة لا تتقيد برضاء المحبوب وامتثال أوامره
Rasa cinta pada Allaah yang tidak terikat dengan keridhaan dan kepatuhan pada perintah-Nya.
(7)
ووقت معطل عن استدراك فارط أواغتنام به وقربة
Waktu yang kosong dari koreksi terhadap kealpaan diri, hampa dari
amalan yang bermanfaat, dan sunyi dari ibadah yang bisa mendekatkan pada
Ilahi.
(8)
وفكر يجول فيما لا ينفع
Pikiran yang berkelana, lalu singgah pada hal-hal yang tidak bermanfaat
(9)
وخدمة من لا تقربك خدمته إلى الله ولا تعود عليك بصلاح دنياك
Pengkhidmatan kepada mereka yang tidak bisa mendekatkan dirimu pada
Allaah, dan tidak pula pengkhidmatan tersebut kembali padamu dalam wujud
kemaslahatan dunia bagimu.
(10)
وخوفك ورجاؤك لمن ناصيته بيد الله وهو أسير في قبضته ولا يملك لنفسه ضرا ولا نفعا ولا موتا ولا حياة ولا نشورا.
Rasa takut dan harapmu yang engkau peruntukkan bagi selain Allaah,
padahal Allaah adalah Dzat yang memegang ubun-ubun mereka yang memiliki
dan menguasai mereka secara mutlak.
Sementara mereka, adalah tawanan dalam kekuasaan-Nya.
Sementara mereka, tidak mampu mendatangkan manfaat bagi diri mereka
sendiri sekalipun, tidak juga mampu menolak mudharat, tidak sanggup
menolak maut, kehidupan dan kebangkitan.
(Nukilan dari kitab
Mausuu’atul Akhlaaq waz Zuhdi war Raqaa-iq: 1/10-11, Yaasir
Abdurrahmaan, cet.-1 Mu-assasah Iqraa’, tahun 1428).
***
Semoga Allaah senatiasa mengampuni kita, memberi berkah kemampuaan
dalam taat dan membersihkan sampah-sampah jiwa kita, yang menyampaikan
kita pada ridha rahmat serta cinta Nya. اَمِيـْنْ يَـارَبَّ
الْعَـالَمِيْــ
لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Islam adalah agama yang sempurna (syumul), Islam mengatur segenap
urusan kehidupan manusia dari bangun tidur hingga tidur kembali, dari
perkara yang paling kecil hingga perkara yang paling besar. Dari urusan
yang bersifat individual hingga urusan sosial,sehingga membuat tatanan
kehidupan kita sebagai seorang muslim menjadi teratur.
Salah satu contoh pengaturan kehidupan sosial yg di ajarkan oleh
Rosululloh saw, adalah menebarkan salam. Nabi Muhammad shollallahu
’alaih wa sallam mencontohkan bahwa bila seorang Muslim berjumpa dengan
Muslim lainnya, maka hendaklah ia mengucapkan sapaan khas Islam yaitu
As-Salamu ‘Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh, artinya Salam damai
untukmu dan semoga Rahmat dan Keberkahan Allah menyertaimu.
Subhanallah…! Begitu indahnya tegur-sapa yang diajarkan agama Allah
kepada hamba-hambaNya yang beriman. Bahkan dalam suatu kesempatan Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan tindakan mengucapkan salam
sebagai bentuk ajaran Islam yang lebih baik. Menebar salam disetarakan
dengan memberi makanan kepada orang yang dalam kesusahan.
Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih
wa sallam: “Manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul shollallahu
’alaih wa sallam bersabda: ”Hendaklah engkau memberi makanan dan
mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak.” (HR
Bukhary)
Dalam hadits yang lain Nabi shollallahu ’alaih wa
sallam menjelaskan korelasi antara mengucapkan salam dengan saling
mencinta antara satu Muslim dengan Muslim lainnya. Kemudian korelasi
antara saling mencinta dengan keimanan. Kemudian akhirnya korelasi
antara beriman dengan izin dari Allah untuk masuk surga.
Berkata Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bersabda Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian
beriman. Kalian tidak beriman secara sempurna sehingga kalian saling
mencinta. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara bila kalian lakukan
akan saling mencinta? Biasakanlah mengucapkan salam di antara kalian
(apabila berjumpa).” (HR Muslim)
Dengan kata lain Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam ingin menjelaskan bahwa kumpulan Muslim
yang tidak suka saling menebar salam maka tidak akan saling mencintai.
Kata salam dalam Bahasa Arab mempunyai arti keselamatan, kesejahteraan
atau kedamaian, dan digunakan oleh kultur Muslim. Salam ini adalah
Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang dapat merekatkan Ukhuwah Islamiyah umat
Muslim di seluruh dunia. Untuk yang mengucapkan salam, hukumnya adalah
Sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya.
Salam ini juga digunakan oleh kultur Kristen di Timur Tengah yang
mempunyai arti kedamaian dan kesejahteraan bagi yang mengucapkan salam
dan penerima salam tersebut. Salam ini sama dengan salam shalom aleichem
dalam bahasa Ibrani.
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman dalam
Surat Al-Hasyr Ayat 23: Dialah Allah, tidak ada ilaah (sesembahan) yang
layak kecuali Dia, Maha Rajadiraja, yang Maha Suci, Maha Sejahtera, Maha
Mengaruniai rasa aman, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha
Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari segala yang mereka
persekutukan.
Di dalam ayat ini, As-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu dari Nama-nama Agung Allah Subhana wa Ta'ala .
Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab biasa menggunakan
ungkapan-ungkapan yang lain, seperti Hayakallah yang artinya semoga
Allah menjagamu tetap hidup, kemudian Islam memperkenalkan ungkapan
Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka,
kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an
mengatakan bahwa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan
berarti “Semoga Allah menjadi Pelindungmu”.
KEUTAMAAN SALAM
Ungkapan Islami ini lebih berbobot dibandingkan dengan
ungkapan-ungkapan kasih-sayang yang digunakan oleh bangsa-bangsa lain.
Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan-alasan berikut ini.
Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi bentuk doa pengharapan
agar anda selamat dari segala macam duka-derita. Salam mendoakan agar
hidup dengan penuh kebaikan.
Salam mengingatkan kita bahwa kita
semua bergantung kepada Allah Subhana wa Ta'ala. Tak satupun makhluk
yang bisa mencelakai atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa
perkenan Allah.
Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan
kepada anda, “Aku berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka ia menyatakan dan
berjanji bahwa anda aman dari tangan(perlakuan)-nya, lidah(lisan)-nya,
dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri anda.
Ibnu Al-Arabi di dalam Ahkamul Qur’an mengatakan:“ Tahukah kamu arti
Salam? Orang yang mengucapkan Salam itu memberikan pernyataan bahwa
‘kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya dari diriku.’ ”
Kesimpulannya bahwa Salam berarti:
- Mengingat (dzikr) Allah,
- Pengingat diri,
- Ungkapan kasih sayang antar sesama Muslim,
- Doa yang istimewa, dan
- Pernyataan atau pemberitahuan bahwa ‘anda aman dari bahaya tangan dan lidah’-
Dalam sebuah Hadits dikatakan:
“ Muslim sejati adalah bahwa dia tidak membahayakan setiap Muslim yang lain dengan lidahnya dan tangannya ”
Jika kita memahami Hadits ini saja, sudahlah cukup untuk memperbaiki
semua umat Muslim. Karena itu Muhammad sangat menekankan penyebaran
pengucapan Salam antar sesama Muslim dan beliau menyebutnya sebagai
perbuatan baik yang paling utama diantara perbuatan-perbuatan baik yang
anda kerjakan. Ada beberapa Sabda Muhammad yang menjelaskan pentingnya
ucapan salam antar seluruh Muslim.
Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kamu tidak dapat memasuki
Surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu
berkasih-sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu
yang jika kamu kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat
kasih-sayang diantara kamu sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama
lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal.”
(Muslim)
Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang
bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amalan terbaik dalam Islam?”
Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang dan tebarkanlah
ucapan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak.”
(Sahihain)
Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih
dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)
Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke
bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang
lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis
tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari
merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al
Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)
Abu Hurairah
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang
sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.”
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:”Apabila
kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan
penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa.
Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan”.
Demikianlah Allah Ta'ala memerintahkan agar seseorang membalas dengan
ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sebagaimana yang disebutkan oleh
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang
duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan,
“Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah pun membalas dengan ucapan
“Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan
“Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan,
“Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga
datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.”
Rasulullah menjawab: ”Wa’alaika”.
Orang yang ketiga pun
terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendah-hatian, “Wahai
Rasulullah, ketika mereka mengucapkan Salam yang ringkas kepadamu,
Engkau membalas dengan Salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku
memberi Salam yang lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku
dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah menjawab,
“Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik.
Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang
di jabarkan Allah di dalam Al-Qur’an.”
Yang mengawali
mengucapkan salamlah yang lebih dekat kepada Allah sebagaimana sudah
dijelaskan diatas. Hasan Basri menyimpulkan bahwa:“ Mengawali
mengucapkan salam sifatnya adalah sukarela, sedangkan membalasnya adalah
kewajiban”
Disebutkan di dalam Muwattha’ Imam Malik,
diriwayatkan oleh Tufail bin Ubai bin Ka’ab bahwa, Abdullah bin Umar RA
biasa pergi ke pasar hanya untuk memberi salam kepada orang-orang disana
tanpa ada keperluan membeli atau menjual apapun. Ia benar-benar
memahami arti penting mengawali mengucapkan salam. Pada bagian kalimat
terakhir Surat An-Nisa ayat 86, Allah Subhana wa Ta'ala berfirman:
… Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.
Disini, mendahului memberi salam dan membalasnya juga termasuk yang
diperhitungkan. Maka kita hendaknya menyukai mendahului memberi salam.
Sama halnya kita harus membalas salam demi menyenangkan Allah SWT dan
menyuburkan kasih-sayang diantara kita semua.
Abu Hurairah RA
mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Ketika Allah telah menjadikan
Adam, maka Allah memerintahkan:”Pergilah kepada para Malaikat dan
ucapkan salamkepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam
mereka, karena itu akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu
kelak!” Maka pergilah Nabi Adam dan mengucapkan:”Asalaamu ‘alaikum!”
Para Malaikat menjawab:”Assalaamu ‘alaika warahmatullaah!” Mereka
menambah warahmatullaah” (HR. Bukhary dan Muslim).
Al Qur’an
menceritakan kisah Ibrahim AS:”(Ingatlah) ketika mereka msuk ke
tempatnya lalu mengucapkan:”Salaaman”, Ibrahim menjawab:”Salaamun” …”
(Adz Dzaariyaat [51]: 254.
Thufail Bin Ubay Bin Ka’ab pernah
datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya pergi ke pasar. Ketika
keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar menemui tukang
rombeng, penjual toko, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti
memberi salam kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin Ubay Bin
Ka’ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar, dan diajak lagi ke pasar.
Maka Thufail bertanya:”Perlu apa kita ke pasar? Kamu sendiri bukanlah
seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau
menawar barang. Lebih baik bila kita duduk bercengkerama di sini”.
Abdullah Bin Umar menjawab:”Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke
pasar hanya untuk memasyarakatkan salam. Kita beri salam kepada siapa
saja yang kita temui di sana!” (Imam Malik dalam kitab Al Muwatha’
dengan sanad shahih).
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah
yang dikuatkan (sunnah mu’akadah). Rasulullah SAW bersabda:”Jika
seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah
memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang
pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka
ucapkan salam kepadanya” (HR. Abu Daud).
Sedangkan hukum
menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah SWT:”Apabila kamu
dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau
balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala
sesuatu” (An Nisaa’ [4]: 86).
Ucapan salam yang lengkap adalah
“Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh” yang artinya “semoga
seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada kalian”.
Ucapan salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW ketika beliau
tengah bersama isterinya, ‘Aisyah RA, beliau bersabda:”Ini Jibril
mengucapkan salam kepada kamu”. Maka ‘Aisyah RA menjawab:”Wa
‘alaihissalaam warahmatullaahi wabarakaatuh” (HR. Bukhary dan Muslim).
Semakin lengkap ucapan salam seorang, maka semakin banyak pula
keutamaan yang diraihnya. Imran Bin Hushain RA menceritakan tentang
seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan mengucapkan
salam:”Assalaamu ‘alaikum!” Rasulullah SAW menjawab salam tersebut, dan
kemudian memberikan komentar:”Sepuluh!” Kemudian datang orang lain yang
mengucapkan salam:”Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah!” Rasulullah SAW
menjawab dan kemudian memberikan komentar:”Duapuluh!” Dan datanglah
orang ketiga dan mengucapkan salam:”Assalaamu’alaikum warahmatullahi
wabarakaatuh!” Maka Rasulullah SAW menjawab:”Tigapuluh!” (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi).
Demikianlah, semakin lengkap ucapan salam seseorang, akan semakin banyak pula keutamaan yang dia peroleh.
Selain memiliki nilai kehangatan dan persahabatan (ukhuwwah), jabatan
tangan juga akan menghapus dosa di antara kedua Muslim yang
melakukannya. Rasulullah SAW bersabda:”Tidaklah dua orang Muslim yang
bertemu kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni dosa
keduanya sampai mereka melepaskan jabatan tangannya” (HR. Abu Daud).
Salam kepada Orang Non Muslim
Diharamkan seorang Muslim mendahului mengucapkan salam kepada orang Non
Muslim. Rasulullah SAW bersabda:”Jangan kalian mendahului mengucapkan
salam kepada orang Yahudi atau Nashrani” (HR. Muslim).
Tetapi
apabila forumnya telah berbaur antara orang Muslim dengan Non Muslim,
maka diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah
yang dilakukan Rasulullah SAW ketika melewati suatu majelis yang berbaur
antara orang Muslim, musrikin penyembah berhala dan Yahudi. Beliau
mengucapkan salam kepada mereka” (HR. Bukhary dan Muslim).
Apabila orang Non Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang
diperkenankan oleh syari’at adalah:”Wa ‘alaikum!” (Semoga anda juga).
Itu saja, tidak usah diperpanjang lagi. Rasulullah SAW
menasihatkan:”Jika orang-orang Ahli Kitab (Non Muslim) memberi salam
kepada kamu, maka jawablah:”Wa ‘alaikum” (HR. Bukhary dan Muslim).
Rasulullah SAW pun juga mengajarkan kepada Anas Bin Malik:”Wahai anak,
jika kamu masuk ke dalam rumah keluargamu, hendaknya memberi salam,
supaya menjadi berkah untuk kamu dan keluargamu” (HR. at Tirmidzi).
Yuk kita tebarkan salam
Semoga kita termasuk orang yang bersegera melaksanakannya dan semoga
keindahan ukhuwah dan rahmat Allah senantiasa terlimpah bagi kita semua .
اَمِيـْنْ يَـارَبَّ الْعَـالَمِيْــ
Maraji’
Hasan Ayyub, Assulukul Ijtima’I
Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihn
Sayyid Sabiq, Fiqhus sunnah