Sabtu, 17 Maret 2012

::: LIHATLAH, DIALAH SUAMIMU ... (RENUNGAN UNTUK ISTRI YANG SHALIH) :::




WAHAI para ISTERI,

Pernahkah kau perhatikan lebih jauh tentang sosok perkasa yang ada dirumahmu, yang menjadi separuh nyawamu itu, dan yang menjadi teman seumur hidup bagimu untuk menghabiskan hari?


Lihatlah dia dalam tidurnya ...

Tidur nyenyaknya seakan menggambarkan betapa seharian ini beliau begitu lelah guna mencukupi nafkah untukmu. Dia menyingsingkan lengannya dan mengusap keringatnya, demi dirimu untuk sebuah tercukupi. Katup sayu matanya mungkin tengah menahan derasnya air mata dalam tidur, karena jebolnya bendungan hati yang kian tergerus setumpuk masalah hidup. Tapi semua masih tertahan, karena tidak akan tega membiarkan kau dan keluargamu terlunta.


Lihatlah kaki kuat itu ...

Allah yang menopang tubuh renta suamimu, yang menjadi penopang ketika harus menyusuri dunia untuk sebuah kebahagiaanmu, wahai wanita.
Bahkan seperti yang di sabdakan Nabi Muhammad salallahu alaihi wassalam, jikapun memang sesama manusia boleh bersujud, maka di kaki itu, kau harus meletakkan sujudmu dan memasrahkan tanganmu kepadanya.


Lihatlah gurat garis wajahnya ...

Kulitnya yang legam dan kasar itu menandakan beratnya perjuangannya. Seakan disana terukir sebuah perjuangan yang begitu melelahkan namun menenangkan seluruh anggota keluargamu. Dengan tanpa keluh walaupun sesekali bimbang dalam melintasi, namun tetep menyediakan pundak yang kuat, dan dada yang lapang demi kau bersandar. Lihatlah gurat wajah lelah itu, yang seakan semakin rapuh dari hari ke hari namun tetap teguh demi sebuah yang bernama tanggung jawab.


LIHATLAH PARA ISTERI YANG SHOLIHAH, DIALAH SUAMIMU ..

Lihatlah tangannya ...

Rasakan tangan berkulit kasar itu yang semakin hari semakin terasa kasar. Tangan itulah yang telah menyelamatkanmu menuju sebuah kehormatan dan menggandengmu pada sebuah perlindungan. Tangan inilah yang terkait dengan hati mereka dimana mereka seumur hidup menghabiskan hari harinya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


Lihatlah mata mereka ...

Pandangan teduh itulah yang mendamaikanmu. Mengajakmu dengan lindungan dalam kekuatan mereka. Berharap kedamaian menyelimutimu, menghapus sedihmu dan kembali membawa senyum untukmu, wahai para ISTERI.
Pandangan teduh itu yang mengoyak arogansi dan kekuatan mereka demi sebuah cinta yang tulus untuk keluarga . Pandangan teduh yang juga begitu lelah.

Wahai para ISTERI, betapa banyak SUAMI yang tidak dapat memejamkan mata mereka karena beratnya pikiran dan tanggung jawab mereka saat ini. Subhanallah, maka bahagiakan dan alihkan sedikit beban mereka dengan sebuah kesenangan dan kesyukuran karena kehadiranmu. Bahagiakan mereka dengan meminimalisir keluhanmu atas mereka, dan menghadirkan senyum hari- hari mereka.


Lihatlah ketulusan hati mereka ...

Seorang lelaki yang dengan penuh pengayoman tulus dan pengabdian penuh, telah menghabiskan jatah umur mereka demi memegang kendali kapal rumah tanggamu. Mereka tak mengharapkan balas kecuali kesetiaanmu. Mereka tak mengharapkan puji kecuali kepandaianmu menjaga anak- anak dan kehormatan diri serta keluarga. Mereka tak mengharapkan pamrih kecuali dengan kebahagiaan, karena terjaganya pendamping yang shalihah di disisinya ..


*************

Sungguh para wanita, ridho suamimu adalah kunci surga dunia bagi dirimu dan surga akherat untuk kau dan keluargamu. Maka hargailah ..

Maka rendahkan suaramu, walaupun mungkin dalam amarahnya yang sempat memuncak. Tak apalah jika mengalahmu bisa menjadi sedikit balasan bagi kelegaan hati mereka. Allah akan tersenyum kepadamu, Allah akan ridho kepadamu, surgapun akan merindukanmu atas semua kebesaran hati dan keluasan jiwamu. ...


Dan ... sudahkah hari ini kau memanjatkan doa untuk kemudahan jalannya , mengucapkan kata terimakasih untuknya, seraya mencium tangannya dengan penuh cinta ... , berjalan beriringan bersama menuju satu tujuan , Cinta Allah Azza Wa Jalla ...




Syahidah

voa-islam.com

::: MERAIH IHSAN DALAM DIRI :::



“’Wahai Rasulullah, apakah IHSAN itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Hendaklah kamu beribadah  (takut /khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (H.R. Muslim)


Muslim yang meyakini diawasi/dilihat oleh Allah -Maha Agung sifatNya atau mereka yang dapat melihat Rabb dengan hati (ain bashiroh) atau muslim yang Ihsan atau muslim yang bermakrifat maka ia mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya, mencegah dirinya dari perbuatan maksiat, mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. Sehingga terwujud dalam berakhlakul karimah. Inilah tujuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” ( Ath Thabarani)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian.” (HR Muslim)

Tidaklah mereka mencapai sholat yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa “Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin“, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.


Dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan”

Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).


DERAJAT IHSAN merupakan tingkatan tertinggi keislaman seorang hamba, setelah Islam dan iman. Tidak semua orang bisa meraih derajat yang mulia ini. Hanya hamba-hamba الله yang Allah kehendaki saja yang bisa mencapai derajat mulia ini. Atas mujahadah dan kemauan yang keras untuk mendekat kepada Allah dan berjuang melawan hawa nafsunya.

Semoga الله ‘Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk di dalamnya.


Kata IHSAN (berbuat baik) merupakan kebalikan dari kata al isaa-ah (berbuat buruk), yakni perbuatan seseorang untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dan menahan diri dari dosa. Dia mendermakan kebaikan kepada hamba الله yang lainnya baik melalui hartanya, kehormatannya, ilmunya, maupun raganya.



Syaikh ‘Abdurrahman as Sa’di menjelaskan bahwa IHSAN mencakup dua macam, yakni IHSAN dalam beribadah kepada الله dan IHSAN dalam menunaikan hak sesama makhluk.

1. Ihsan dalam beribadah kepada الله maknanya beribadah kepada الله seolah-olah melihat-Nya atau merasa diawasi oleh-Nya.

2. Sedangkan IHSAN dalam hak makhluk adalah dengan menunaikan hak-hak mereka. Ihsan kepada makhluk ini terbagi dua, yaitu yang wajib dan sunnah. Yang hukumnya wajib misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap adil dalam bermuamalah. Sedangkan yang sunnah misalnya memberikan bantuan tenaga atau harta yang melebihi batas kadar kewajiban seseorang. Salah satu bentuk IHSAN yang paling utama adalah berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepada kita, baik dengan ucapan atau perbuatannya.


IHSAN adalah membaguskan amal. Batasan minimal seseorang dapat dikatakan telah melakukan IHSAN di dalam beribadah kepada الله yaitu apabila di dalam memperbagus amalannya niatnya ikhlas yaitu semata-mata mengharap pahala-Nya dan sesuai dengan sunnah Nabi صلی الله علیﻪ و سلم .


seseorang Ihsan adalah yang beramal senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh الله dalam setiap aktivitasnya. Ini berdasarkan sabda Nabi صلی الله علیﻪ و سلم

فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

(jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu)



وَمَاتَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَاتَتْلُوا مِنْهُ مِنْ قُرْءَانٍ وَلاَتَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ …{61}

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya…” (Yunus: 61)



Pada tingkatan ini seseorang beribadah kepada الله, seakan-akan dia melihat-Nya.

“Sesungguhnya الله beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat IHSAN.” (An Nahl: 128)


Dalam ayat lain الله berfirman,

وَأَنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ {195}


“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan الله, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya الله menyukai orang-orang yang berbuat IHSAN.” (Al Baqarah:195)


Allah Ta'ala berfirman :
“Bagi orang-orang yang berbuat IHSAN, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah الله سبحانا وتعاﱃ)” (QS Yunus: 26) الله akan bersamanya, memberinya petunjuk, membimbingnya, serta menolongnya dalam setiap urusannya.

الله سبحانا وتعاﱃ juga berfirman (artinya),

“Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) الله dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya الله menyediakan bagi siapa yang berbuat IHSAN (kebaikan) diantaramu pahala yang besar.” (Al Ahzab: 29)



Semoga Allah membukan mata hati, dan menyampaikan kita pada rahmat Ihsan dalam beribadah , mewujudkan Ihsan dalam diri kita, dan istiqomah sampai الله mengambil ruh ini dari jasad kita.. Aamiin Allahumma aamiin.




Wallahu a'lam bishawab,
Barakallahufikum ...

::: KEUTAMAAN MEMBACA SURAT AL-MULK :::




Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Satu surat dalam al-Qur’an (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafa’at (dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Dalam riwayat lain: “… sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga” (HR Abu Dawud - at-Tirmidzi )


Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca surat ini secara kontinyu , karena ini merupakan sebab untuk mendapatkan syafa’at dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.


Hadits ini semakna dengan hadits lain dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Satu surat dalam al-Qur’an yang hanya (terdiri dari) tiga puluh ayat akan membela orang yang selalu membacanya (di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala) sehingga dia dimasukkan ke dalam surga, yaitu surat: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan” (HR ath-Thabarani)



Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

- Keutamaan dalam hadits ini diperuntukkan bagi orang yang selalu membaca surat Al Mulk dengan secara kontinyu disertai dengan merenungkan kandungannya dan menghayati artinya.

- Surat ini termasuk surat-surat al-Qur’an yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur di malam hari, karena agungnya kandungan maknanya .

- Sebagian dari ulama ahli tafsir menamakan surat ini dengan penjaga/pelindung dan penyelamat (dari azab kubur)

- Al-Qur’an (secara keseluruhan) akan memberikan syafa’at (dengan izin Allah) bagi orang yang membacanya (dengan menghayati artinya) dan mengamalkan isinya , sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya bacaan al-Qur’an itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia)” (HR Muslim)


وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين




Subhanallah ...

Maha Suci Allah Yang di tangan-NYA lah segala kerajaan/kekuasaan, dan DIA Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu ...





Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni
Wallahu a'lam ,
Barakallahufikum ..

::: MANAGEMENT SAKIT HATI :::




Hampir setiap orang tentu pernah mengalami sakit hati dalam hidupnya. Baik dalam keluarga, berteman, maupun bermasyarakat. Sebagaimana sifat sedih dan gembira, rasa yang satu ini adalah suatu kewajaran dalam hidup manusia. Apalagi, mengingat manusia adalah mahluk sosial, yang dalam setiap interaksinya tidak lepas dari kekhilafan.



Bagaimanakah cara diri untuk me-manage rasa sakit hati ?

Allah Ta'ala dan RasulNya telah mengajarkan kiat-kiat tersendiri yang dapat menjadi penawar, bila diamalkan. Apa sajakah itu?


1. Muhasabah (Koreksi Diri).

Sebelum kita menyalahkan orang lain, seharusnyalah kita melihat diri kita sendiri. Bisa jadi kita merasa tersakiti oleh saudara kita, padahal ia tak bermaksud menyakiti. Cobalah bertanya pada diri sendiri, mengapa saudara kita sampai bersikap demikian. Jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan.



2. Menjauhkan Diri dari Sifat Iri, Dengki,


Rasulullah Saw bersabda :

Jauhilah olehmu sifat dengki/iri hati, karena sesungguhnya dengki itu bisa menghabiskan amal-amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
( HR. Abu_Daud )


Demikian sifat iri dan dengki. Sifat ini berasal dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat materi, kehormatan, dan pujian. Manusia tidak akan tenang bila dalam hatinya ada sifat ini. Manusia juga tak akan pernah bisa bersyukur, karena selalu merasa kurang. Ia selalu memandang ke atas, dan seolah tidak rela melihat orang lain memiliki kelebihan atas dirinya. Maka hapuslah terlebih dahulu sikap cinta dunia, sehingga dengki pun sirna.


Rasulullah bersabda,

"Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang. Yaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian memenangkannya atas kerakusannya di jalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutuskan persoalan dengannya dan mengajarkannya." (HR. Bukhari).



3. Menjauhkan Diri dari Sifat Amarah dan Keras Hati.


Bila marah telah timbul dalam hati manusia, maka kadang manusia bertindak tanpa pertimbangan akal. Jika akal sudah melemah, tinggallah hawa nafsu. Dan syetan pun semakin leluasa melancarkan serangannya, lalu mempermainkan diri manusia. Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyebutkan bahwa Iblis pernah berkata, "Jika manusia keras hati, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola."



4. Menumbuhkan Sifat Pemaaf.

Bukakanlah hati untuk memaafkan ... Bukankah kita pun tak luput dari kesalahan, dan menginginkan Allah pun memberi maaf atas kesalahan-kesalahan kita ...

"Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."

Demikian firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raf : 199.



Allah sang Khaliq saja Maha Pemaaf terhadap hambaNya. Tak peduli sebesar gunung atau sedalam lautan kesalahan seorang hamba, jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu maaf selebar-lebarnya. Kita sebagai manusia yang lemah, tidak sepantasnya berlaku sombong, dengan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, sebelum ia meminta maaf. Insya Allah, dengan begitu, hati akan lebih terasa lapang.

Rasulullah bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di mana engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Hakim dan At-Tirmidzi).



5. Berprasangka Baik


Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya." (QS. Al-Hujurat : 12).



6. Menumbuhkan Sikap Ikhlas.

Ikhlas adalah kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi cukup berat untuk dilakukan. Orang yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya kepada Allah. Ia tidak memiliki pamrih yang bersifat duniawi. Apabila Allah mengujinya dengan kenikmatan, maka ia bersyukur. Bila Allah mengujinya dengan kesusahannya pun, ia bersabar. Ia selalu percaya bahwa Allah akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi hambaNya. Orang yang ikhlas akan lebih mudah mengatur kalbunya untuk selalu menyerahkan segalanya hanya kepada Allah. Hanya kepadaNyalah ia mengantungkan harapan.

Sungguh, Ikhlas itu indah, tenang dan menentramkan hati ..


Rasulullah SAW bersabda tentang akhlak yang baik :
"Sesungguhnya seorang hamba Allah akan mencapai derajat tinggi dan tempat yang mulia di akhirat nanti karena kebagusan akhlaknya, sekalipun ibadahnya tidak terlalu banyak"


Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW berkata :
"Sesungguhnya budi pekerti yang baik akan melelehkan semua kekhilafan seperi cahaya matahari mencairkan salju.. "


Salah satu doa Rasulullah SAW :

" Ya Allah, ya Tuhanku berilah aku petunjuk kepada akhlak yang baik dan sebaik-baiknya. Tidak ada yang dapat memberi petunjuk kecuali Engkau .. "
Aamin ya Robbal alamin.


Sahabat fillah ,
Bila ada yang sedang dilanda sakit hati, cobalah amalkan kiat di atas. Insya Allah, beban hati akan berkurang. Dada pun akan terasa lapang. Insya Allah.





Semoga bermanfaat ..
Selamat beraktivitas , & Keep Istiqomah ^__^

::: ALHAMDULILLAH , NIKMAT BERSYUKUR :::



~ Bismillahirrahmanirrahim ~


Sahabat Fillah.....

Bersyukur artinya berterimakasih kepada yang memberi nikmat/hadiah kepada kita melalui hati yang tulus, dengan pujian secara lisan, dan perbuatan yang menyenangkan si pemberi nikmat tersebut.

Jika kita mendapat kurnia dari Allah, hendaklah kita ucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah).

Ada empat perkara, barangsiapa memilikinya Allah akan membangun untuknya rumah di surga, dan dia dalam naungan cahaya Allah yang Maha Agung.
1. Apabila pegangan teguhnya “Laailaha illallah”.
2. Jika memperoleh kebaikan dia mengucapkan “Alhamdulillah”,
3. Jika berbuat salah (dosa) dia mengucapkan “Astaghfirullah” dan
4. Jika ditimpa musibah dia berkata “Inna lillahi wainna ilaihi roji’uun.”
(HR. Ad-Dailami)


Jika kita bersyukur/berterimakasih atas nikmat Allah, niscaya Allah akan menambah nikmatNya kepada kita. Jika tidak, maka kita akan disiksa olehNya:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [Ibrahim 7]



Mengapa kita harus bersyukur kepada Allah?

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)

“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” [Al Mu’minuun 78]

Coba kita renungi diri kita. Siapakah yang telah menciptakan kedua mata kita? Kedua telinga kita? Mulut kita? Kaki dan tangan kita? Allah bukan?
Mengapakah kita tidak mau bersyukur?

Sekedar untuk membeli frame dan lensa saja bisa habis jutaan rupiah. Mata kita tentu nilainya jauh di atas itu. Mengapa kita tidak bersyukur?



Sahabatku .....

Saat orang sakit jantung, dia bisa menghabiskan ratusan juta rupiah untuk mengobatinya. Bukankah kita seharusnya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan jantung kepada kita secara Cuma-Cuma?

Jika kita amati orang tua kita, anak-anak kita, istri kita, semua itu Allah yang menciptakan. Begitu pula dengan bumi dan langit beserta seluruh isinya.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An Nahl 18]


Oleh karena itulah Luqman menasehati anaknya untuk bersyukur kepada Allah:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” [Luqman 12]



“Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata:
Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda: ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata: ‘Inilah rahmat Allah’. Orang yang kufur nikmat berkata: ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.243)

“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh Dhuha: 11)



Hendaknya kita bekerja demi Allah:

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. “ [Saba’ 13]


“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya: Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari , Muslim )


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim)



Mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan: ‘Jazaakallahu khayr’ (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya” (HR. Tirmidzi )



Senantiasa Qana’ah atau merasa cukup atas nikmat yang telah Allah berikan, kemudian hakikat syukur yang lainnya adalah

"Tidak mengunakan nikmat-nikmat Allah pada hal-hal yang tidak Allah sukai.. baik itu nkmat pendengaran, nikmat penglihatan , nikmat sehat, nikmat alam semesta .. dll yang kita tidak mampu menghitungnya ...


“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits ra ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang menggemberikan beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah”(HR. Abu Daud )


******

"Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada kami hari ini atau yang Engkau berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat itu hanya dari-Mu .. dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-Mu" ...

“Ya Allah kami memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan kami termasuk dalam hamba Mu yang senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik”


Aamiin , Allahu ya Muhaimin ..



Alhamdulillah ala ni'matil islam wal iman

Jumat, 16 Maret 2012

::: KISAH ISLAMIAH ... SEBUTIR KURMA :::



 
Hati-hati dengan sebutir rambutan yang kalian cicipi tanpa sepengetahuan Si tukang rambutan di pasar ketika berniat ingin membeli...
Barangkali sebutir rambutan yang sepet itulah yang menghalangi terkabulnya doa kita yang selalu dipanjatkan siang dan malam...

Bukan hanya rambutan..tapi jenis makanan apa saja yang kita makan tanpa seizin pemiliknya...
Memang kelihatannya sepele alias gratis dan terasa enak tanpa keluar uang...
Tapi akibatnya sangat mencengangkan..


Kisah Islamiah ini akan menghadirkan kisah taubat..Gara-gara sebutir kurma.. amalan ibadah yang dialkukan oleh Ibrahim bin Adham tertolak...
Namun setelah mendapatkan penghalalan dari sebutir kurma itu.. doa dan ibadahnya kembali makbul....


KISAHNYA...

Ibrahim bin Adham merupakan seorang yang dikenal ahli ibadah.. zuhud dan tinggi tawakalnya kepada Allah Swt..
Pada suatu hari setelah selesai menunaikan ibadah haji..Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke masjid Al-Aqsa...
Untuk bekal di perjalanan..ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat Masjidil Haram...

Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak di dekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.

Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. Empat bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al-Aqsa dan seperti biasa, ia suka memilih tempat beribadah pada sebuah ruangan di bawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusyuk sekali.

Tiba-tiba ia mendengar percakapan dua malaikat tentang dirinya.
"Itu Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara' yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT," kata malaikat yang satu.
"Tetapi sekarang tidak lagi, doanya ditolak karena empat bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Masjidil Haram," jawab malaikat yang kedua.

DIALOG MALAIKAT.

Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama empat bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan amalan-amalan lainnya tidak diterima oelh Allah SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.

"Astaghfirullah....," Ibrahim beristighfar.
Ia langsung berkemas berangkat lagi ke Makkah menemui pedagang tua penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Makkah, ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, akan tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda,
"Empat bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang pedagang tua. Kemana ia sekarang?" tanya Ibrahim.

"Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma," jawab anak muda itu.
"Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan?" katanya.

Kemudian Ibrahim menceritakan peristiwa yang dialaminya, anak muda itu mendengarkan dengan penuh hikmat.
"Engkau sebagai ahli wairs orang tua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur aku makan tanpa seizinnya?" tanya Ibrahim.

"Bagi saya tidak masalah..Insya Allah saya halalkan..tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang..Saya tidak berani mengatasnamakan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya," jawab pemuda itu.
"Dimana alamat saudara-saudaramu? Biara saya temui mereka satu persatu," tutur Ibrahim.

MAKBUL LAGI.

Ibrahim bin Adham pun bergegas, walaupun tempatnya berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.

Empat bulan kemudian..Ibrahim bin Adham sudah berada di bawah kubah Sakra lagi dan tiba-tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap-cakap...
"Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain.." kata malaikat yang satu.

"Oh... tidak lagi sekarang..
sekarang doanya sudah makbul lagi...Ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu...Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain..dan sekarang ia sudah bebas.." jawab malaikat yang kedua.
Wallahu a'lam bishawab,,

::: PENTINGNYA MENGUCAPKAN INSYA ALLAH :::



Bismillahirrahmanirrahim ...

Sahabat fillah , seberapa pentingkah kita mengucapkan kata "Insya Allah (dengan seijin Allah) " dalam berbagai aktifitas kita ... mari kita simak kisah-kisah berikut , semoga dapat menjadi hikmah dan manfaat bagi kita bersama ...


1. Kisah Pertama

Dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim, dikisahkan bahwa suatu hari, nabi Sulaiman alaihisalam berkata, “Malam ini aku akan menyetubuhi 60 atau 70 istriku sehingga mereka hamil. Lalu, setiap istriku melahirkan seorang anak lelaki yang akan menjadi mujahid penunggang kuda fisabilillah.” Namun kemudian Nabi Sulaiman alaihisalam lupa mengucapkan insya Allah.


Malam itu Nabi Sulaiman alaihisalam berhasil menyetubuhi 60-70 istrinya, tetapi yang hamil hanya salah satu istrinya. Dan saat melahirkan, anak yang dilahirkannya tidak sempurna fisiknya, ia hanya berupa badan saja. Dalam riwayat lain, ia hanya sebelah manusia saja.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.bersabda,

“Kalau saja Nabi Sulaiman alaihisalam mengucapkan Insya Allah niscaya mereka akan berjihad dijalan Allah sebagai penunggang kuda semuanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan :

“Semua wanita itu akan hamil (dan melahirkan) putra yang berjihad dijalan Allah.” (HR. Muslim)



2. Kisah Kedua

Di puncak pertarungan pemikiran antara Rasulullah shalallahu alaihiwassalam dengan kafir Quraisy, orang-orang Quraisy mengirimkan dua orang cendikiawannya sebagai utusan khusus kepada orang-orang yahudi di madinah.

Tujuannya, agar orang-orang Quraisy mendapatkan dukungan ilmu baru dalam menghadapi Rasulullah SAW, yakni An-Nadhar bin Al Harits dan ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Orang-orang yahudi membekali dua orang cendikiawan itu dengan tiga pertanyaan yang harus mereka ajukan kepada Rasulullah shalallahu alaihiwassalam. Pertanyaannya adalah :


1. Bagaimana kisah Ashhabul Kahfi ?
2. Bagaimana kisah dzul Qarnain?
3. Apa yang dimaksud dengan ruh?

Mendapatkan tiga pertanyaan seperti itu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda “besok akan saya ceritakan dan saya jawab.”

Akan tetapi beliau lupa mengucapka Insya Allah. Akibatnya, wahyu yang biasanya turun kepada beliau setiap kali menghadapi masalah, terhenti selama lima belas hari.

Sedangkan orang-orang Quraisy setiap hari selalu datang menagih janji Rasulullah SAW. “mana ceritanya? Besok...besok...besok...,” begitu kira-kira ucapan orang-orang quraisy itu.

Rasulullah shalallahu alaihiwassalam sangat sedih atas kejadian itu. Barulah setelah berlalu selama 15 hari Allah Subhana wa Ta'ala menurunkan surat Al kahfi yang berisi jawaban atas dua pertanyaan yang diajukan kepada Nabi Muhammad .

Sedangkan pertanyaan yang ketiga disebutkan Allah Subhanawata'ala . Dalam surat Al Isra’ ayat 85.


Pada penghujung akhir kisah Ashhabul Kahfi, Allah Subhanahu wa Ta'ala Berfirman :

“ Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al Kahfi :23-24)



3. Kisah Ketiga

Pada suatu hari, ketika Nabi Musa alahisalam sedang mengajar kaumnya timbul sebuah pertanyaan, “siapakah yang paling ‘alim diantara kalian?, Nabi Musa menjawab, “saya”. Atas jawaban tersebut, Allah Subhanawata'ala menegurnya dan memberitahukan kepadanya bahwa ada seorang hamba Allah yang lebih alim.


Singkat cerita, Nabi Musa alaihisalam ingin berguru kepada hamba Allah itu. Hamba Allah itu menerima lamaran Nabi Musa dengan syarat Nabi Musa tidak boleh bertanya, berkomentar, apalagi mengingkari apa yang akan dilihatnya sebelum hal itu dijelaskan kepadanya. Nabi Musa a.s. menerima persyaratan itu.

Hamba Allah itu, yang tiada lain adalah Nabi Khidir alaihisalam , berkata, “akan tetapi kamu tidak akan mampu bersabar”.

Spontan Nabi Musa menjawab , Insya Allah kamu akan mendapati diriku sebagai orang yang sabar.”

Nabi Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun." (QS. Al-Kahfi : 69)


Dalam jawaban ini, Nabi Musa alaihisalam mengucapkan Insya Allah. Akan tetapi jawaban itu menunjukkan bahwa Nabi Musa alaihisalam kurang tawadhu’. Mengapa? Sebab, ia mengatakan “...saya sebagai orang yang sabar”.


Beliau tidak mengatakan ”...saya sebagai bagian dari orang-orang yang bersabar.” Artinya, jawaban Nabi Musa a.s dapat dikonotasikan sekakan-akan didunia ini tidak ada orang yang sabar selain dirinya.

Karena sedikit kurang tawadhu, terbuktilah bahwa Nabi Musa a.s. tidak mampu sabar dalam berguru kepada Nabi Khidir a.s.. mengapa? Sebab, setiap Nabi Khidir a.s. berbuat sesuatu, Nabi Musa a.s. selalu bertanya/berkomentar, (kisah lengkapnya bisa dilihat di (QS. Al-Kahfi : 60-82).

Rasulullah Shallahu 'alaihi wasalam bersabda, Kita sangat senang kalau saja Nabi Musa bersabar, niscaya akan banyak kisah yang bisa kita dapatkan darinya.”(HR. Bukhori dan Muslim)


Pada penghujung akhir kisah Ashhabul Kahfi, Allah Subhanawata'ala Berfirman :

“ Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al Kahfi :23-24)



4. Kisah Keempat

Nabiyullah Ibrahim a.s. berkata kepada sang putra yang dicintai itu, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkan apa pendapatmu!.”

Ia Menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(QS. Ash-Shafat: 102)

Jawaban Nabi Isma’il ini mengandung makna bahwa didunia ini banyak sekali orang yang sabar dan ia insya Allah termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian terbuktilah bahwa Nabi Isma’il a.s. mampu bersabar berkat pertolongan Allah.



Menjadilah pelajaran bagi kita semua, bahwa setiap gerak , laku , peristiwa , rencana dan ketaatan seorang hamba sekalipun ...itu adalah semata-mata karena ijin dan pertolongan Allah Ta'ala ..


Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita semua ke dalam golongan hamba-hamba Nya yang senantiasa mengembalikan segala sesuatu kepada Allah , mampu bersikap tawadhu’ dan bersabar. Aamin ya Robbal alamin..





Wallahu a'lam Bishawab
Barakallahufikum ...

::: BESARNYA DOSA MENINGGALKAN SHALAT 5 WAKTU :::


Sahabat yang dirahmati oleh Allah Ta’ala. 


Kita semua pasti tahu bahwa shalat adalah perkara yang amat penting. Bahkan shalat termasuk salah satu rukun Islam yang utama yang bisa membuat bangunan Islam tegak. Namun, realita yang ada di tengah umat ini sungguh sangat berbeda.

Kalau kita melirik sekeliling kita, ada saja orang yang dalam KTP-nya mengaku Islam, namun biasa meninggalkan rukun Islam yang satu ini. Mungkin di antara mereka, ada yang hanya melaksanakan shalat sekali sehari, itu pun kalau ingat. Mungkin ada pula yang hanya melaksanakan shalat sekali dalam seminggu yaitu shalat Jum’at. Yang lebih parah lagi, tidak sedikit yang hanya ingat dan melaksanakan shalat dalam setahun dua kali yaitu ketika Idul Fithri dan Idul Adha saja.


Memang sungguh prihatin dengan kondisi umat saat ini. Oleh karena itu, pada tulisan yang singkat ini kami akan mengangkat pembahasan mengenai hukum meninggalkan shalat. Semoga Allah memudahkannya dan memberi taufik kepada setiap orang yang membaca tulisan ini.



Meninggalkan Shalat Termasuk Dosa Besar yang Lebih Besar dari Dosa Besar Lainnya

Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan,
”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash Sholah, hal. 7)


Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” (Al Kaba’ir, hal. 25)


Adz Dzahabi –rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).” (Al Kaba’ir, hal. 26-27)



Rasulullah shallahu alaihiwasalam bersabda :


“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 25
7).


Banyak ayat yang membicarakan hal ini dalam Al Qur’an, namun yang kami bawakan adalah dua ayat saja.

Allah Ta’ala berfirman,

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59-60)


Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31)


Dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu).


Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan,

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا

”kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh”. Maka seandainya orang yang menyiakan shalat adalah mu’min, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.


Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah [9] : 11).

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49] : 10)



Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257).


Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ

“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih)


Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ

”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih .


Dalam hadits ini, dikatakan bahwa shalat dalam agama Islam ini adalah seperti penopang (tiang) yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat.



Umar ra, mengatakan,

لاَ إِسْلاَمَ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ

”Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat.”


Dari jalan yang lain, Umar berkata,

ولاَحَظَّ فِي الاِسْلاَمِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ

“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.”

(Dikeluarkan oleh Malik. Begitu juga diriwayatkan oleh Sa’ad di Ath Thobaqot, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Iman. Diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthniy dalam sunannya, juga Ibnu ’Asakir. Hadits ini shohih, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil no. 209). Saat Umar mengatakan perkataan di atas tatkala menjelang sakratul maut, tidak ada satu orang sahabat pun yang mengingkarinya. Oleh karena itu, hukum bahwa meninggalkan shalat adalah kafir termasuk ijma’ (kesepakatan) sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab Ash Sholah.


Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq. Beliau mengatakan,

كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَرَوْنَ شَيْئًا مِنَ الأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلاَةِ

“Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.”

Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy seorang tabi’in dan Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. (Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52)


Allah Subhana wa Ta'ala berfirman,

وَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ )

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107]


Sudah sepatutnya kita menjaga shalat lima waktu. Barangsiapa yang selalu menjaganya, berarti telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang sering menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi.

Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, 

“Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.“

Imam Ahmad –rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu.

Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah, Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu.“ (Lihat Ash Sholah, hal. 12)


Al Hasan mengatakan, “Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan). Namun iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.“ (Lihat Ash Sholah, 35-36)


Saudaraku yang dirahmati Allah,

Bila seorang hamba meningalkan shalat, apa yang hendak dibawa ketika ajal menjemputnya..

Shalat adalah kewajiban utama yang telah diikrarkan Rasulullah shallahu alaihiwa salam kepada Allah Ta'ala ketika bermi'raj , sebagai hamba yang patuh, tunduk dan berserah diri pada Allah (muslim).

Shalat juga sebagai wujud syukur seorang hamba kepada Rabb nya, atas segala nikmat-nikmat yang tak mampu kita menghitungnya ... baik nikmat nafas, nikmat sehat, nikmat pendengaran, nikmat penglihatan ,nikmat alam semesta , dsb .

Satu saja nikmat kecil dimata kita Allah cabut dari kita (semisal satu syaraf tidak berfungsi dalam badan kita , astaugfirllah hal adzim naudzubillah ..) , pastilah gerak badan kita pun tidak dapat berfungsi dengan normal... berapa banyak biaya harus dikeluarkan untuk operasi, bagaimana juga kita bisa bekerja mencari uang ..

Maka tunaikanlah hak Allah... malulah kapada Tuhanmu,.. nikmat manalagikah yang akan engkau dustakan ( QS Ar Rahman)



Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kaum muslimin. dan saling mengingatkan mengingatkan kerabat, saudara dan sahabat kita mengenai bahaya meninggalkan shalat lima waktu.


Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam

***


Muhammad Abduh Tuasikal

wallahu a'lam bishawab

::: KETIKA SALING BERBANGGA DENGAN HARTA ... :::



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ,

Sahabat yang dimuliakan Allah ..


Marilah kita renungkan bunyi QS At Takatsur dibawah ini :

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (3) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, (6) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. (7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (8).” (QS. At Takatsur: 1-8)


Ibnu Katsir berkata, “Kecintaan terhadap dunia, kenikmatan dan perhiasannya telah melalaikan kalian dari mencari akhirat. Hal itu pun berlanjut dan baru berhenti ketika datang maut dan ketika berada di alam kubur saat kalian menjadi penghuni alam tersebut.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)



Harta dan Kebanggaan akan Sirna


Dari Qotadah, dari Muthorrif, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” (sungguh berbangga-bangga telah melalaikan kalian dari ketaatan), lantas beliau bersabda,


“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim)


Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim)


Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Yang akan mengiringi mayit (hingga ke kubur) ada tiga. Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” (HR. Bukhari - Muslim )


Al Hafizh Ibnu ‘Asakir , bahwasanya beliau melihat dirham di genggaman tangan seseorang. Lantas Al Ahnaf bertanya, “Dirham ini milik siapa?” “Milik saya”, jawabnya. Al Ahnaf berkata, “Harta tersebut jadi milikmu jika engkau menginfakkannya untuk mengharap pahala atau dalam rangka bersyukur.” Kemudian Al Ahnaf berkata seperti perkataan penyair,

Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut,.. Namun jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah jadi milikmu.


Kenapa dikatakan harta yang disedekahkan atau disalurkan sebagai nafkah itulah yang jadi milik kita? Jawabnya, karena harta seperti inilah yang akan kita nikmati sebagai pahala di akhirat kelak. Sedangkan harta yang kita gunakan selain tujuan itu, hanyalah akan sirna dan tidak bermanfaat di akhirat kelak.



Sekali-kali Pandanglah Orang di Bawah kita


Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,

“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): 
(1) Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka,
(2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. ...” (HR. Ahmad)


Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim)


Harta hanyalah titipan .. Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta yang kekal milik kita kelak sesungguhnya adalah jika digunakan dalam kebaikan.


Seharusnya yang kita banggakan adalah bagaimana keimanan kita, bagaimana ketakwaan kita di sisi Allah, bagaimana kita bisa amanat dalam menggunakan harta titipan ilahi.

Allah Ta'ala berfirman :

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7).


“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar yaitu SURGA.”



Berlomba-lombalah dalam Kebaikan dan Takwa


Allah Ta'ala pun menjanjikan derajat tinggi di surga , bagi mereka yang senang dan ikhlas mendermakan harta mereka untuk kemaslahatan umat , berjihad harta untuk syiar-syiar Allah ( berinfaq untuk jalannya dakwah, membangun prasarana tempat ibadah, prasarana umum, mencintai anak yatim dan fakir miskin ) semata-mata karena kecintaan kepada Allah Ta'ala .


“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Sesungguhnya kepada Allah-lah tempat kalian semua kembali.” (QS. Al Ma’idah: 48)


Al Hasan Al Bashri mengatakan,

“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dalam masalah akhirat.”

karena sesungguhnya bagian mereka adalah untuk dunia (orang-orang kafir disegerakan kebaikannya di dunia saja, dan di akhirat tidak tersisa), sedangkan untukmu (orang-orang muslim) adalah di akhirat ( Allah akan berikan nikmat rezeki di dunia dan disempurnakan nikmat Allah kelak di akhirat bagi yang beriman)


Menuntut ilmu, Mencari rezeki dan karunia Allah adalah diwajibkan bagi seluruh muslim , karena Muslim yang kuat lebih Allah sukai daripada yang lemah.


Maka , bila sesungguhnya dunia hanyalah persinggahan sementara dalam mencari bekal .. berlomba-lombalah menjadikan nikmat-nikmat Allah ... agar sampai pada Ridha dan Cinta Allah Azza Wa Jalla ...


Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat sombong dan membanggakan diri dalam hal harta dan dunia. Karuniakanlah pada kami sifat Tawadhu' (rendah hati) dan qona’ah, selalu merasa berkecukupan.
Sesungguhnya Engkau Maha Pemelihara bagi kami di dunia dan di akhirat . Aamiin ya Robbal alamin.




Wallahu a'lam bishawab,
Barakallahufikum,

::: KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ... :::



Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat


Bismillahirahmanirrahim ,

Sahabat yang dimuliakan Allah, marilah sejenak kita membayangkan masa-masa kelak , akhir dari kehidupan dunia kita ... menuju pada alam kehidupan yang sebenarnya. Semoga perenungan ini bermanfaat sebagai penguat keimanan bagi kita bersama . Aamiin.


Setelah meninggal , kita akan mengalami tahapan sbb :

1.Alam Barzakh

Para ulama bersepakat tentang kebenaran adzab dan nikmat yang ada di alam kubur (barzakh) . Pertanyaan kubur itu berlaku terhadap ruh dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir.

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah shallahu alaihiwasalam selalu berlindung kepada Allah Subhana wa Ta'ala dari siksa kubur. Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, kemudian di akhir hayatnya belum sempat bertaubat , belum membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk surga karena hutangnya) dan orang yang enggan bersuci dari buang air kecil, sehingga masih bernajis

Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum, zakat, dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung silaturahim, segala perbuatan yang ma’ruf dan berbuat baik kepada manusia , juga berlindung kepada Allah Subhana wa Ta'ala dari adzab kubur.



2. Peniupan Sangkakala

Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah Subhana wa Ta'ala . Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah Subhana wa Ta'ala, seperti dijelaskan pada Al Qur’an :

“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah SWT”( QS. Az Zumar :68 ).


Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras dan hebat sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah I tu keadaan alam semesta kembali seperti awal penciptaannya.


Allah Subhana wa Ta'ala menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya :

>> “ Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras” (QS.Al Hajj:1-2).

Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh manusia ;

>> “Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.(QS. Yaa Siin : 51).


Rasulullah Shallahu alaihi wasalam bersabda,
“Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah Subhana wa Ta'ala menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, dan manusia pun bermunculan (bangkit) dan berdiri”.(HR. Muslim).



3. Hari Berbangkit

“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al Mujadilah : 6).


4. Padang Mahsyar

“(Yaitu) pada hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).

Hasr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada hari kiamat untuk dihisap dan diambil keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu hari yang berbanding 50.000 tahun di dunia. Allah berfirman:

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.(QS. Al Maarij:4).
Karena amat lamanya hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti satu jam saja.

Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari. (QS.Yunus:45).

“Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja” (QS. ArRuum:55).

Adapun orang yang beriman merasakan lama pada hari itu seperti waktu antara dhuhur dan ashar saja. Subhanallah.

Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.”Orang kafir ingin seandainya ia dapat menebus dirinya dari adzab hari itu dengan anak-anaknya, dengan istri serta saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”.(QS.AlMa’arij:11-14).



5. Syafaat

Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir dan munafik, maka tidak ada syafaat bagi mereka.

Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah Subhana wa Ta'ala)



6. Hisab

Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqamahan atau kekafiran

Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28).

Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah.

Allah Subhana wa Ta'ala mengatakan kepada orang kafir : “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS. Yunus:61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.

Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93).

Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.



7. Pembagian catatan amal


Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia.

Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah Subhana wa Ta'ala.


Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan

menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, seperti pada firman Allah berikut ini:

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”,(QS. Al Insyiqaq:8-12) .

"Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:"wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaanku dariku" (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya", kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala".(QS. Al Haqqah:25 31).


8. Mizan

Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman : “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47)

Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka.

Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga



9. Telaga

Umat Muhammad shallahu alaihiwasalam akan mendatangi air pada telaga tersebut . Barang siapa minum dari telaga tersebut maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah shallahu alaihiwasalam lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya :

Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak (HR. Bukhari Muslim).

Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).


10. Ujian Keimanan Seseorang

Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.

Allah Subhana wa Ta'ala berfirman,
 

”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka):”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa.(QS.Al hadid:13).

Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan melalui Shirat.



11. Shirat

Shirath adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).

Beberapa Hadits tentang Shirath

Sesungguhnya rasulullah SAW pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau berkata :

Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon Sud’an.(HR. Muslim)

“Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang”. (HR. Muslim)

“Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan angin, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim)

Yang paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad shallahu alaihiwasalam dan para pemimpin umat beliau. Beliau bersabda : “Aku dan umatku yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul, dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.(HR. Bukhari).

Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya jembatan



12. Jembatan


Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam.

Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia. Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”. (HR. Bukhari).


Setelah melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk Surga.


****

Setelah penjelasan di atas tinggal kita menunggu..., apa yang akan kita alami di hari akhir nanti..., tentunya sesuai dengan apa yang kita lakukan di dunia ini….

Semoga Allah Subhana wa Ta'ala memberi kekuatan dan selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah di jalan-Nya sehingga dapat mencapai Ridha dan Cinta Nya.

Ya Allah…, bimbinglah, sayangilah dan kuatkanlah kami .. agar sampai kepada MU dengan selamat .. atas pertolongan dan Rahmat Mu .. Wahai Allah yang Maha Penyayang dan Maha Menguasai ... Aamiin yaa Robbal alaamiin.




Wallahu a'lam bishawab.

::: ALLAH BEGITU DEKAT DENGAN KITA ... :::



Bismillahirahmannirahim ,

Sahabat yang dmuliakan Allah,

Ketika begitu lama, ingin agar harapan segera terwujud. Beberapa waktu terus menanti dan menanti, namun tak juga impian itu datang. Kadang jadi putus asa karena sudah seringkali memohon pada الله. Sikap seorang Muslim adalah tetap terus berdo’a karena الله begitu dekat pada orang yang berdo’a. Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula الله mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan الله adalah yang TERBAIK.


Ayat yang patut direnungkan adalah firman الله Ta’ala,

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al Baqarah: 186)


Sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum berkata,

“Wahai Rasulullah, apakah Rabb kami itu dekat sehingga kami cukup bersuara lirih ketika berdo’a ataukah Rabb kami itu jauh sehingga kami menyerunya dengan suara keras?” Lantas الله Ta’ala menurunkan ayat di atas. (Majmu’ Al Fatawa, 35/370)


Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Kedekatan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kedekatan الله pada orang yang berdo’a (kedekatan yang sifatnya khusus).” (Majmu’ Al Fatawa, 5/247)



Perlu diketahui bahwa kedekatan الله itu ada dua macam:

1) Kedekatan الله yang umum dengan ilmu-NYA, ini berlaku pada setiap makhluk.

2) Kedekatan الله yang khusus pada hamba-NYA dan seorang muslim yang berdo’a pada-NYA, yaitu الله akan mengijabahi (mengabulkan) do’anya, menolongnya dan memberi taufik padanya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 87)


Kedekatan الله pada orang yang berdo’a adalah kedekatan yang khusus (bukan kedekatan yang sifatnya umum pada setiap orang). الله begitu dekat pada orang yang berdo’a dan yang beribadah pada-NYA. Sebagaimana disebutkan dalam hadits pula bahwa tempat yang paling dekat antara seorang hamba dengan الله adalah ketika ia sujud. (Majmu’ Al Fatawa, 15/17)


Siapa saja yang berdo’a pada الله dengan menghadirkan hati ketika berdo’a, menggunakan do’a yang ma’tsur (dituntunkan), menjauhi hal-hal yang dapat menghalangi terkabulnya do’a (seperti memakan makanan yang haram), maka niscaya الله akan mengijabahi do’anya.


Terkhusus lagi jika ia melakukan sebab-sebab terkabulnya do’a dengan tunduk pada perintah dan larangan الله dengan perkataan dan perbuatan, juga disertai dengan mengimaninya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 87)


Dengan mengetahui hal ini seharusnya seseorang tidak meninggalkan berdo’a pada Rabbnya yang tidak mungkin mensia-siakan do’a hamba-NYA. Fahamilah bahwa الله benar-benar begitu dekat dengan orang yang berdo’a, artinya akan mudah mengabulkan do’a setiap hamba. Sehingga tidak pantas seorang hamba putus asa dari janji الله yang Maha Mengabulkan setiap do’a.


Ingatlah pula bahwa do’a adalah sebab utama agar seseorang bisa meraih impian dan harapannya. Sehingga janganlah merasa putus asa dalam berdo’a. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,

>>> “Do’a adalah sebab terkuat bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak ia sukai dan sebab utama meraih hal yang diinginkan. Akan tetapi pengaruh do’a pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang do’anya berpengaruh begitu lemah karena sebab dirinya sendiri. Boleh jadi do’a itu adalah do’a yang tidak الله sukai karena melampaui batas. Boleh jadi do’a tersebut berpengaruh lemah karena hati hamba tersebut yang lemah dan tidak menghadirkan hatinya kala berdo’a. Boleh jadi pula karena adanya penghalang terkabulnya do’a dalam dirinya seperti makan makanan haram, noda dosa dalam hatinya, hati yang selalu lalai, nafsu syahwat yang menggejolak dan hati yang penuh kesia-siaan.” (Al Jawaabul Kaafi, hal. 21)


Ingatlah hadits dari Abu Hurairah, Nabi صلی الله علیﻪ و سلم bersabda,

“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi الله Ta’ala selain do’a.” (HR. Tirmidzi - Ahmad )

Jika memahami hal ini, maka gunakanlah do’a pada الله sebagai senjata untuk meraih harapan.


Penuh yakinlah bahwa الله akan kabulkan setiap do’a. Dari Abu Hurairah, Nabi صلی الله علیﻪ و سلم bersabda,

“Berdoalah kepada الله dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa الله tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi)


Nabi صلی الله علیﻪ و سلم bersabda,

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada الله selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan الله akan beri padanya tiga hal: (1) الله akan segera mengabulkan do’anya, [2] الله akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] الله akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi صلی الله علیﻪ و سلم lantas berkata, “الله nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian.” (HR. Ahmad).


TERTUNDANYA DOA ADALAH KEBAIKAN PULA

Boleh jadi الله menunda mengabulkan do’a. Boleh jadi pula الله mengganti keinginan kita dalam do’a dengan sesuatu yang الله anggap lebih baik. Atau boleh jadi pula الله akan mengganti dengan pahala di akhirat. Jadi do’a tidaklah sia-sia.


Ingatlah nasihat yang amat menyejukkan hati dari cucu Nabi صلی الله علیﻪ و سلم. Al Hasan bin 'Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata,

"Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan الله untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang الله pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang الله) berlakukan (bagi hamba-NYA)"

(Lihat Siyaru A’laamin Nubalaa’ 3/262 dan Al Bidaayah wan Nihaayah 8/39).



Yakinlah bahwa PILIHAN الله ITULAH YANG TERBAIK untuk kita ...





Wallahu a'lam bishawab,

::: AL QUR’AN YANG MULIA , SEBUAH KEAJAIBAN ... :::






Bismillahirahmanirahim ,


Sahabat yang dimuliakan Allah,

Sesungguhnya derajat pemahaman seorang hamba terhadap Al-Qur’an berbanding lurus dengan tingkat kedekatannya dengan Allah subhana wa Taa'la


Al-Qur’an Mulia ditulis dengan bahasa Arab, akan tetapi esensi dan aktualitasnya ditulis dengan bahasa Allah . Hanya mereka yang cinta dan takut pada Allah lah yang dapat mengerti makna yang sesungguhnya dari Al-Qur’an. Hanya mereka yang dekat kepada-Nya sajalah yang mampu memahami bahasa-Nya.


Jika kita mengira bahwa sebuah kitab dari kertas yang bisa kita pegang dengan tangan adalah Al-Qur’an Mulia yang sesungguhnya, itu seperti berfikir bahwa matahari adalah sebuah cermin kecil yang bulat. Bahasa manusia tidaklah mampu mencukupi peralihan bahasa Al-Qur’an ke dalam pemahaman manusia. Kita makhluk fana, sementara Allah Ta'ala adalah kekal.


Al-Qur’an adalah sesuatu yang tiada habisnya. Jika lautan adalah tinta, dan pohon-pohon di hutan adalah pena, seluruh langit serta bumi adalah kertas, dan seluruh makhluk menuliskan buku ini hingga akhir waktu, ketika tinta itu akan habis, seluruh pena akan habis, dan tidak akan ada lagi kertas tersisa, seluruh malaikat dan semua makhluk akan kelelahan dan makna Al-Qur’an tetap belum terjelaskan sepenuhnya.


Segala hal telah tercakup dalam Al-Qur’an apa-apa yang terjadi sebelum adanya waktu dan setelah waktu punah, baik yang tersembunyi maupun nyata. Segalanya ada dalam Al-Qur’an. Hanya saja, engkau harus punya mata untuk melihatnya, telinga untuk mendengarnya, akal untuk memahaminya, dan qalb untuk merasakannya.


... Maka sesungguhnya derajat pemahaman seorang hamba terhadap Al-Qur’an berbanding lurus dengan tingkat kedekatannya dengan Allah subhana wa Taa'la


Al-Qur’an Mulia adalah sebuah dokumen. Ia mengkonfirmasi seluruh kitab-kitab suci lain dan para pembawa risalah yang membawanya. Pada lapis tertentu ia menunjukkan sejarah umat manusia, sejarah orang-orang yang beriman maupun yang tidak beriman. Ia menunjukkan balasan untuk orang-orang yang beriman dan hukuman bagi yang tidak beriman. Ia mengundang kita kepada keberserahdirian dan kepada Cinta kepada Allah dan segenap makhluknya.


Al-Qur’an Mulia mengajarkan kita untuk menjadi insan. Ia mengajarkan tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, dan apa makna cinta yang sebenarnya. Ia adalah ’mata’ yang diberikan Allah kepada kita. Siapa pun yang memiliki mata ini akan mengetahui mana yang haqq dan mana yang bathil, apa yang nyata dan apa yang tersembunyi.


Penyucian dari kotoran debu-debu duniawi disebutkan dalam Al-Qur’an dengan penggambaran kelahiran Nabi Isa alaihisalam . Kejadian janin beliau yang tanpa melibatkan seorang bapak merupakan sebuah hadiah dari langit. Al-Qur’an pun memberitakan tentang kenabiannya,termasuk juga kisah-kisah tentang beliau yang menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan yang berpenyakit lepra, serta menjadikan orang yang buta melihat.


Al-Qur’an Mulia adalah sebuah buku tentang pengajaran-pengajaran, suatu kitab mengenai Kebenaran, yang Allah karuniakan bai segenap umat manusia. Ia mengajarkan kita tentang sifat-sifat para nabi. Ia menunjukkan kepada kita bahwa seharusnya kita merupakan khalifah-Nya di muka bumi.


Janganlah membiarkannya Al Quran lepas dari tangan, pikiran, atau hati. Membaca buku lain terus-menerus akan membosankan, tapi untuk kitab yang satu ini tidak. Semakin banyak engkau baca, semakin engkau ingin membacanya lagi.


Salah satu keajaiban Al-Qur’an adalah bahwa seorang anak berusia lima tahun dapat menghafalnya di luar kepala. Padahal Al-Qur’an terdiri atas 6.236 ayat dan 114 surat. Tidak ada kitab lain yang begitu mudah untuk dipelajari. Dalam setiap abad, terdapat ribuan, bahkan ratusan ribu orang yang telah menghafalkan Al-Qur’an.


Manusia itu hanya makhluk , sedangkan Al-Qur’an abadi. Ia merupakan kitab Allah. Maka bagaimana seorang manusia dapat menghafal Al-Qur’an? Sebenarnya Allah lah yang melindungi dan menjaga sejatinya Al-Qur’an setiap kata dan setiap titiknya. Meski tampaknya qalb insan yang menghafalnya, namun sesungguhnya Allah -lah yang menyimpan Kitab ilahiah itu di dalam qalb insan. Allah lah yang melantunkan Al-Qur’an Mulia lewat lisan insan.


Al-Qur’an Mulia bukanlah sekedar kitab yang berbahasa Arab saja. Seluruh alam raya merupakan Al-Qur’an. Sejak dahulu sebelum awal hingga berlanjut setelah akhir. Ia adalah sebuah penjelasan yang meliputi segalanya.


Para pecinta Allah selalu membaca Al-Qur’an. Mereka yang mukhlas (hamba yang dijadikan ikhlas oleh Allah dalam kehidupannya. -Ed ) dan selalu berpegang teguh kepada-Nya bisa memahami makna Al-Qur’an. Al-Qur’an itu ibarat seutas tali. Satu ujung berada dalam genggaman kuasa-Nya dan ujung yang lainnya turun ke dunia ini. Siapa pun yang berpegang kepada tali itu akan selamat, dan memperoleh ganjaran Kebenaran dan al-jannah.


Maka bacalah Al-Qur’an, hiasilah qalbumu dengan Al Quran, maka engkau akan temukan obat bagi segala kesulitanmu, sebagai penunjuk jalan yang benar dalam liku kehidupanmu.


Subhanallah, Allahu Akbar,,
Maha Besar dan Agungnya Allah dengan segala firman Nya ..




Syaikh Mozafeer Ozak.

Wallahu a'lam bishawab,
Barakallau fikum ...