Minggu, 19 Juni 2011

SEMBILAN WAKTU DIANJURKAN MEMBACA SURAT AL IKHLAS

PADA kesempatan kali ini, kami akan membahas waktu yang dianjurkan membaca surat Al Ikhlas. Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dengan mengamalkannya.


PERTAMA: WAKTU PAGI DAN SORE (PETANG) HARI


Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlas bersama dengan maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas) masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah: akan dijaga dari segala sesuatu (segala keburukan).


Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia berkata,

Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah ntuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?" Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah". Hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah bersabda, "Katakanlah (bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A'UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A'UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan." (HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)



KEDUA: SEBELUM TIDUR

Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi diulang sebanyak tiga kali.


Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

“Nabi ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlas), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)



KETIGA: KETIKA INGIN MERUQYAH (MEMBACA DO’A DAN WIRID UNTUK PENYEMBUHAN KETIKA SAKIT)


Bukhari membawakan bab dalam shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Apabila Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم hendak tidur, beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan Mu'awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen)." (HR. Bukhari no. 5748)

Jadi tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.



KEEMPAT: WIRID SEUSAI SHALAT (SESUDAH SALAM)


Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,

“Rasulullah memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat (sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)




KELIMA: DIBACA KETIKA MENGERJAKAN SHALAT SUNNAH FAJAR (QOBLIYAH SHUBUH)



Ketika itu, surat Al Ikhlas dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlas dibaca pada raka’at kedua.


Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah bersabda,

“Sebaik-baik surat yang dibaca ketika dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud yang akan disebutkan pada point berikut.




KEENAM: DIBACA KETIKA MENGERJAKAN SHALAT SUNNAH BA’DIYAH MAGHRIB



Ketika itu, surat Al Ikhlas dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlas dibaca pada raka’at kedua.



Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

“Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)



KETUJUH: DIBACA KETIKA MENGERJAKAN SHALAT WITIR TIGA RAKA’AT


Ketika itu, surat Al A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan surat Al Ikhlas pada raka’at ketiga.

Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yang dibaca oleh Rasulullah (setelah membaca Al Fatihah) ketika shalat witir?” ‘Aisyah menjawab,


“Nabi membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)

Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat al mu’awwidzatain.

Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah biasanya melaksanakan shalat witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan,

“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni, 1/831)

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,

“Hadits ini shahih kecuali pada perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal, 6/227)

Jadi yang tepat dalam masalah ini, bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).



Namun bacaann ketika witir ini sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah mengatakan,

“Yang nampak dari hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)




KEDELAPAN: DIBACA KETIKA MENGERJAKAN SHALAT MAGHRIB (SHALAT WAJIB) PADA MALAM JUM’AT



Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlas dibaca pada raka’at kedua.


Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,

“Nabi biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)




KESEMBILAN: KETIKA SHALAT DUA RAK’AT DI BELAKANG MAQOM IBRAHIM SETELAH TAWAF



Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang amat panjang disebutkan,

“Lantas Nabi menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi hal. 56)

Semoga sajian ini bermanfaat dan bisa diamalkan. Alhmadulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa ’ala alihi wa shohbihi wa sallam.





Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
Sila juga lihat artikel mengenai tafsir dan fadhilah surat Al Ikhlas (http://www.facebook.com/notes/nafas-subuh/fadhilah-surat-al-ikhlas/10150221902415969).
_____________________

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,

"Artinya : Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba)" [Diriwayatkan oleh Muslim 2/175-176 -An-Nawawi



Shared by Bicara Hidayah

::: BUNDA :::



Bunda...
Engkau adalah Sumber kasih sayang
dan mata air rahmat
Engkau Bayangan yang selalu memberikan keteduhan
Serta melahirkan sosok yang dicintai
Yang selalu berikan cinta tanpa pamrih
Kapanpun datang rasa gelisah
Engkau mencoba membuatku bahagia
Kau seperti lentera penerang dalam kegelapan
Kau mempunyai akal yang menyegarkan
Ketika diriku berada dalam kesedihan
Membuatku lupa akan segala penderitaan

Kau hapus semua duka derita
Kau sembuhkan semua nyeri luka
Engkau adalah Oase tempat beristirahat
Tempat menemukan air yang dingin dan jernih
Yang akan menyirnakan rasa gelisah dan cemas

Engkau adalah sosok kekasih
Dan tempat perlindungan
Engkau juga yang mampu mengobati hatiku
Ketika diriku berada dalam kesedihan
Engkau mengulurkan tanganmu,
Menyiramiku dengan hiburan
Sebagai naungan tempat berlindung

Engkaulah sang Cinta sumber kehidupan ini
Laksana matahari yang selalu menerangi
Dan menghangatkan bumi tanpa pamrih
Engkau selalu membuatku tersenyum
Yang bersumber dari cinta dan kasihmu

Engkau ibarat tanah yang subur
Yang akan melahirkan para ksatria
Ibarat bunga yang tumbuh diladang Islam
Disirami dengan air wahyu
Dan diberi wangi-wangian sunnah yang penuh berkah,
Maka tersebarlah semerbak wanginya
Hingga meliputi seluruh alam

"Ya Tuhanku Bangunkan untuk bundaku sebuah rumah disisi-Mu di surga”

Engkau bagaikan embun
Yang tercipta dari sentuhan lembut-Nya.
Penuntun dalam gelap seakan tak berujung
Mempertaruhkan nyawa demi sebuah kehidupan
Yang terlahir dari rahimmu...

Ibunda...
Selimut kasih ini belum mampu
Menghangatkan dinginnya kerinduan
untuk membahagiakanmu,

Ibunda...
Seribu satu teori kebijakan belum pernah mampu Membuat kami menyadari bahwa engkau ada.
Kami terlalu sibuk untuk menjadi anak-anak berbakti
Meskipun yg engkau tuntut hanya
Agar kami tidak celaka.,………………

Ibunda engkau adalah
Sesosok raga dengan segala kelembutan dan kekerasan hati yang di milikinya..
Ada air mata tercipta di persimpangan asa
Saat aku terhempas dalam ketidak pastian impian

Wahai ibunda....
Ku ingin memetik satu bintang ranum disana
Akan ku persembahkan padamu,
Namun apa daya jasamu tak mampu ku jangkau
Kau adalah sumber segala Keberkahan yang ada di dunia

Ada resah hadir di hatimu ketika melihatku hampir sekarat dalam kesendirian.
Namun Dalam dekap hangat kasihmu.Aku tetap akan mampu bertahan di kelamnya dunia.

Ya Allah...
"Ya Tuhanku Bangunkan untuk Bundaku sebuah rumah disisi-Mu di surga"
Bidadari yang diciptakan oleh Tuhan pada seluruh makhlukNya



(by : Kelelawar Hitam (Alm), Helena Lucya , GinaSheilla Pujangga , Chintya Martha Helena dan Bulan Cahaya )
With love...,

::: SAAT KU BERWUDHU :::

Saat kubersihkan MULUTKU, seharusnya KUSADAR bahwa kubersihkan dan kujaga MULUTKU dari OMONGAN yang memfitnah, menggunjing, membuka aib orang lain, mengumpat dan memanggil seseorang dengan perkataan buruk.



Saat kucuci LUBANG HIDUNGKU, seharusnya KUSADAR bahwa kubersihkan dan kujaga LUBANG HIDUNGKU dari setiap NAFAS yg melupakan NIKMAT ; SYUKUR akan kehidupanku kepada Allah SWT.



Saat kubasuh MUKAKU, seharusnya KUSADAR bahwa kubersihkan dan kujaga MATAKU dari PANDANGAN yang MAKSIAT dan NAFSU, dan kubersihkan WAJAHKU dari SENTUHAN yang bukan muhrimku.



Saat kubasuh TANGANKU, seharusnya KUSADAR bahwa kubersihkan dan kujaga TANGANKU dari perbuatan MENGAMBIL dan MEMEGANG yang BUKAN hak ku, menyalahkan orang lain, dan MEMUKUL seseorang dg dzalim.



Saat kubasuh KEPALAKU, seharusnya KUSADAR bahwa kubersihkan dan kujaga OTAKKU dari PIKIRAN KOTOR dan MAKSIAT, ANGAN-ANGAN kosong, PRASANGKA BURUK terhadap manusia dan Allah,



Saat kubasuh TELINGAKU, seharusnya KUSADAR bahwa kubersihkan dan kujaga TELINGAKU dari PENDENGARAN OMONGAN BURUK dan TIDAK BERMANFAAT, dan SUARA yang MENGAJAK pada KESESATAN.



Saat kubasih KAKIKU, seharusnya KUSADAR bahwa kubersihkan dan kujaga KAKIKU dari LANGKAH-LANGKAH yang MENUJU ke tempat-tempat MAKSIAT, MENGINJAK dan MENENDANG seseorang dengan DZALIM.



Berdoalah disetiap sentuhan WUDHU yang dilakukan, agar Allah senantiasa membersihkan dosa-dosa perbuatan fisik kita, dan selalau menjaga kesucian wudhu kita.



“Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yg bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang bersuci”.



Semoga aku dapat "BERWUDHU" dengan sebenar-benarnya, Amin. Wallahu'alam



WASIAT TERAKHIR IMAM AL-GHAZALI

Imam Ghazali terbangun pada dini hari dan sebagaimana biasanya melakukan shalat dan kemudian beliau bertanya pada adiknya, “Hari apakah sekarang ini?”

Adiknya pun menjawab, “Hari senin.”

Beliau kemudian memintanya untuk mengambilkan sajadah putihnya, lalu beliau menciumnya, Menggelarnya dan kemudian berbaring diatasnya sambil berkata lirih, “Ya Allah, hamba mematuhi perintahMu,”

dan beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya.Di bawah bantalnya mereka menemukan bait-bait berikut, ditulis oleh Al-Ghazali ra., barangkali pada malam sebelumnya.

“Katakan pada para sahabatku, ketika mereka melihatku, mati Menangis untukku dan berduka bagiku

Janganlah mengira bahwa jasad yang kau lihat ini adalah aku

Dengan nama Allah, kukatakan padamu, ini bukanlah aku,

Aku adalah jiwa, sedangkan ini hanyalah seonggok daging

Ini hanyalah rumah dan pakaian ku sementara waktu.

Aku adalah harta karun, jimat yang tersembunyi,
Dibentuk oleh debu ,yang menjadi singgasanaku,

Aku adalah mutiara, yang telah meninggalkan rumahnya,

Aku adalah burung, dan badan ini hanyalah sangkar ku

Dan kini aku lanjut terbang dan badan ini kutinggal sbg kenangan

Puji Tuhan, yang telah membebaskan aku
Dan menyiapkan aku tempat di surga tertinggi,
Hingga hari ini , aku sebelumnya mati, meskipun hidup diantara mu.

Kini aku hidup dalam kebenaran, dan pakaian kubur ku telah ditanggalkan.

Kini aku berbicara dengan para malaikat diatas,
Tanpa hijab, aku bertemu muka dengan Tuhanku.

Aku melihat Lauh Mahfuz, dan didalamnya ku membaca

Apa yang telah, sedang dan akan terjadi.
Biarlah rumahku runtuh, baringkan sangkarku di tanah,

Buanglah sang jimat, itu hanyalah sebuah kenang2an, tidak lebih

Sampingkan jubahku, itu hanyalah baju luar ku,
Letakkan semua itu dalam kubur, biarkanlah terlupakan

Aku telah melanjutkan perjalananku dan kalian semua tertinggal.

Rumah kalian bukanlah tempat ku lagi.
Janganlah berpikir bahwa mati adalah kematian, tapi itu adalah kehidupan,

Kehidupan yang melampaui semua mimpi kita disini,
Di kehidupan ini, kita diberikan tidur,

Kematian adalah tidur, tidur yang diperpanjang
Janganlah takut ketika mati itu mendekat,

Itu hanyalah keberangkatan menuju rumah yang terberkati ini

Ingatlah akan ampunan dan cinta Tuhanmu,
Bersyukurlah pada KaruniaNya dan datanglah tanpa takut.

Aku yang sekarang ini, kau pun dapat menjadi
Karena aku tahu kau dan aku adalah sama
Jiwa-jiwa yang datang dari Tuhannya
Badan badan yang berasal sama
Baik atapun jahat, semua adalah milik kita
Aku sampaikan pada kalian sekarang pesan yang menggembirakan

Semoga kedamaian dan kegembiraan Allah menjadi milikmu selamanya.



sumber : http://virouz007.wordpress.com/2011/02/22/wasiat-terakhir-imam-al-ghazali/

WUJUD BARU DI PADANG MAHSYAR



Nanti kita dibangkitkan di padang Mahsyar dengan wujud yang sama sekali baru, bukan yang seperti sekarang ini sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan, ” karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?" (QS Al-Isra’ 17:98)

Namun yang bagi mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah itu tidaklah percaya bahwa mereka akan diciptakan sebagai ciptaan yang baru, ”Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Rabb-nya.” (QS As-Sajdah 32:10)

Sekali lagi Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam ciptaan yang baru, ”Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru.” (QS Qaaf 50:15)

Dan yang lebih mengenaskan lagi, bagi orang-orang yang ingkar dengan ayat-ayat Allah, mereka akan dikumpulkan dalam wujud binatang liar, ”dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan,” (QS At-Takwir 81:5)



SEPULUH WUJUD DARI KALANGAN UMATKU…

Rasulullah Muhammad saw telah berkata bahwa umat manusia kelak dibangkitkan di padang Mahsyar akan terbagi kedalam tiga golongan: satu golongan berkendaraan, satu golongan berjalan kaki, dan satu golongan lagi berjalan dengan kepalanya sendiri.

Kemudian Rasulullah saw berkata: “Sesungguhnya Dia yang telah menjadikan manusia berjalan dengan kaki, berkuasa pula untuk menjadikan manusia berjalan dengan kepalanya sendiri” (HR. Tirmidzi).

Pada suatu hari Muadz bin Jabal ra bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, apakah gerangan maksud dari Firman Allah, ‘Yauma yunfakhu fiish-shuuri fata’tuuna afwaajaa’ (‘Pada hari ketika ditiup sangkakala, lalu kalian datang dengan berkelompok-kelompok’)?” (An-Naba [78]:18)

Maka jawab Rasulullah saw, “Wahai Mu’adz! Sesungguhnya engkau telah bertanya tentang persoalan yang amat besar!”, lalu berlinanglah air mata Rasulullah saw karena menangis. Kemudian Beliau saw bersabda: “Ada sepuluh golongan dari kalangan umatku yang mereka akan dibangkitkan secara terpisah, mereka ini telah dipisahkan oleh Allah dari kumpulan kaum muslimin yang lain dan Allah telah mengubah wajah-wajah mereka ...

Saat dibangkitkan ada yang wujudnya seperti monyet, ada yang seperti babi, ada yang tubuhnya terbalik (kakinya di atas) dan diseret atas muka mereka, ada yang buta tersungkur, ada yang bisu tuli dan tidak berakal, ada yang mengunyah-ngunyah lidahnya sendiri yang terjulur hingga ke dada, dari mulut mereka mengalir nanah laksana air liur berbau busuk yang membuat semua orang merasa jijik kepadanya, ada yang terpotong tangan dan kakinya, ada yang disalib di atas palang-palang api, ada yang bau tubuhnya lebih busuk daripada bangkai, dan ada pula yang memakai jubah-jubah panjang yang terbuat dari timah-timah panas yang meleleh ...

Adapun yang berwajah monyet adalah umatku yang suka menyebarkan fitnah di antara manusia. Yang seperti babi adalah mereka yang suka memakan harta yang haram dan merampas hak orang lain. Yang tertelungkup, kepalanya di bawah sementara kakinya di atas, adalah kaum pemakan riba. Yang dalam keadaan buta adalah mereka yang bertindak dzalim dalam pemerintahan. Yang buta tuli adalah mereka yang suka ujub (bangga diri) dalam amalannya. Yang mengunyah-ngunyah lidahnya sendiri adalah para alim ulama dan para hakim yang kata-katanya berlawanan dengan perbuatannya. Yang terpotong-potong tangan dan kakinya adalah orang yang selalu mengganggu tetangganya. Yang tersalib pada palang-palang api adalah mereka yang suka memfitnah orang lain kepada penguasa. Yang bau badannya lebih busuk daripada bangkai adalah mereka yang selalu memuaskan hawa nafsunya, bergelimang dalam dosa syahwat serta menolak menunaikan Hak Allah dalam harta kekayaannya. Adapun yang memakai baju-baju panjang dari timah yang meleleh adalah mereka yang selalu takabur, suka bermegah dan memuji diri sendiri!”


Diambil dari buku “Renungan Tentang Umur Manusia” (Penerbit MIZAN, 1985) , karya Allamah Sayyid Abdullah Haddad, seorang ulama besar Yaman abad ke-16

Gemuruh Tasbih Alam

SYAIR CINTA RABIAH AL -ADAWIYAH TOKOH SUFI WANITA



Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu

Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malampun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau Terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau Tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-Mua
Inilah yang akan selalu ku lakukan
Selama Kau Beri aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu,
Andai Kau Usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu


Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku


Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku


Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakana
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki


Aku mencintaiMu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diriMu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingatMu
Cinta karena diriMu, adalah keadaanMu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
BagiMu pujian untuk semua itu


Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang kehadiratMu
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau


Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mauMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua birahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu


Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahasia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan karunia atas doaku
Memahkotaiku, hingga enyahlah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan karunia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”


Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
O, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau bikin dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika akku telah memenuhiMu
O, rindu hatiku, aku pun bahagia

Ya Ilahi Rabbi ... tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu